Cinta Yang Dalam - Bab 320 Mengunci Hati Kamu
Ekspresi Winda canggung, setelah melangkah keluar dengan kaku dari dalam toko lalu dia mendorong Gandi.
"Tuan Tirta, kamu bagaimana bisa memanggil aku seperti tadi? " Kata Winda menyalahkan dengan galak.
Winda belakangan merasa terlalu malas untuk marah saat menghadapi laki - laki satu ini.
Jika bukan karena menjaga nama reputasi kedua perusahaan, Winda benar - benar ingin memarahinya bahwa apa yang dikatakan tadi adalah hal yang tidak mungkin terjadi.
Gandi sudah keterlaluan, dirinya jelas - jelas masih belum menikah, tetapi Gandi menyebutnya sebagai nyonya dia.
Ini jika tersebar keluar, bagaimana Winda harus menyikapinya kedepan?
Gandi melangkah maju beberapa langkah, tubuhnya sedikit menunduk, postur tubuh yang terlihat jelas intim ini membuat wajah Winda memerah dengan cepat.
Gandi melihatnya dengan niat mempermainkan "Apakah Nona Yang merasa tidak puas dengan apa yang aku lakukan tadi? "
Winda sedikit mendongak, setelah melihat tatapan Gandi yang penuh dengan rasa penyerangan, segera menunduk.
Winda panik takut, dia sungguh benar - benar tidak berani membicarakan kebenaran dengan laki - laki satu ini.
Karena jika laki - laki ini tidak setuju dengannya, maka akan mencium paksa dirinya.
" Tidak, tidak ada. Sekarang, apakah kamu bisa menjauh sedikit dari aku? " Winda mengulurkan tangan, menopang tubuh Gandi dengan takut.
Gandi sedikit menunduk kedepan lagi, tangan Winda tiba - tiba tersimpan kembali.
Napas Gandi yang hangat, tersemprotkan di wajah Winda, membuat Winda timbul semacam perasaan yang sulit untuk dikatakan.
Keduanya berada disudut, pandangan orang yang berlalu lalang semuanya selalu terfokus kepada mereka berdua, ini membuat Winda merasa tidak nyaman.
" Nona Yang berharap aku menjauh seberapa jauh? " Gandi tampak sudah cukup mempermainkan Winda, lalu berdiri tegap.
Keduanya akhirnya berada dalam jarak aman, Winda tiba - tiba menghela napas panjang.
" Jarak yang paling bagus adalah tidak saling bertemu. Tuan Tirta, tempat yang bisa aku bawakan kamu jalan - jalan semuanya sudah habis. Pulang nanti aku pasti akan memberitahu Kakak Tertua, untuk mengganti standar pelayanan perusahaan untuk kamu. Jika tidak ada masalah lagi, aku pergi dulu. "
Selesai berkata, Winda mengesampingkan badannya melewati Gandi, bersiap untuk pergi.
Hanya saja detik berikutnya, Winda di tahan dengan kuat dan seluruh orangnya masuk kedalam pelukan Gandi.
Gandi menempel ke telingannya, napas yang hangat langsung terasa di telinganya "Kalau begitu, apakah Nona Yang boleh melakukan pelayanan yang tidak sesuai standar? "
Winda tercengang, maksud dia mengatakan perkataan tadi adalah hanya mengganti standar penjual Grup Amazon saja.
Tetapi mengapa dari mulut laki - laki ini, artinya terdengar seperti berbeda sepenuhnya.
" Bukan, bukan..... "
Winda masih belum selesai berkata, sudah merasakan sesuatu di lehernya.
Setelah Laki - laki itu menyelesaikan aksinya, lalu melepaskan Winda.
Winda melihat terdapat sesuatu di lehernya, dalam hati merasa aneh, lalu dengan lembut menaruhnya dalam tangan dan melihat, tiba - tiba merasa sangat cantik.
Tetapi detik berikutnya, Winda teringat ini bukanlah intinya sama sekali.
Laki - laki ini, kenapa tiba - tiba memakaikan kalung untuknya!
" Gandi, apa yang sedang kamu lakukan? "
Selesai berkata, lalu Winda menariknya ke bawah dengan keras, tetapi tarikannya membuat lehernya sakit, sebaliknya kalung tersebut sedikipun tidak bergerak.
Gandi menekan Winda dibawah bayangan tubuh rampingnya "Kalung ini, pada dasarnya memang barang lama Nona Yang. Kamu dulu sangat menyukainya, aku sekarang hanya mengembalikan ke pemilik aslinya. "
" Ini bukan barang aku, lepaskan! "
Winda mengulurkan tangan meraih gesper di bagian belakang leher, tetapi tidak tahu mengapa kalung ini tidak mempunyai gesper.
Perselisihan antara keduanya pun menarik perhatian banyak orang di sekitarnya.
Mata hangat Gandi melihat ke wajah cemas Winda, dia mengulurkan tangan dengan lembut menahan Winda yang masih tidak menyerah untuk mencoba melepaskan kalung itu.
" Sekarang aku memberikannya kepadamu! "
" Tetapi aku tidak mau! "
Perkataan yang saling bertentangan, membuat mata Gandi tiba - tiba meredup.
" Kalung ini sangat cantik dikenakan oleh kamu, juga sangat menonjolkan karisma kamu. "
" Please, ini adalah desain abad lalu, lagipula juga terlihat dikenakan oleh bibi paruh baya, apakah kamu sedang memberi sinyal bahwa aku sudah tua? "
Perkataan Winda semakin bertambah tajam, ini membuat Gandi yang selama ini tidak bersedia menjelaskan menjadi tersenyum tidak bersemangat dengan aneh.
Gandi melihat Winda, pandangan mendalamnya membuat Winda tidak ada tempat untuk menghindar.
" Sebenarnya aku hanya ingin mengunci kamu agar kamu selamanya tidak pernah meninggalkan aku. "
Winda masih ingin membantah, tapi melihat tatapan mata Gandi yang terbesit luka itu, sebalik menahanya kembali.
Winda bingung, kedua tangannya memegang baju, sebentar kemudan baru berkata "Tetapi Tuan Tirta, aku bisa memahami perasaan kamu, tapi aku benar - benar bukan orang yang sedang kamu cari itu. "
Gandi sedikit tersenyum, berkata "Ng, aku yang menyulitkan orang. "
Gandi berbalik berjalan kedepan lift dan menekan tombol lift.
Winda ragu sejenak lalu juga tetap mengikutinya.
Meskipun tidak tahu alasan laki - laki ini menjadi tidak bersemangat, tapi Winda mencari sebuah alasan untuk tetap mengikutinya, yakni hubungan mereka berdua adalah mitra kerjasama.
Tetapi tidak tahu mengapa Winda merasa Gandi tampak berbeda sepenuhnya.
Sudah tidak ada rasa sombong seperti tadi sebaliknya punggungnya terlihat terdapat kesepian yang mendalam.
Persis seperti yang baru saja terjadi tadi, benar-benar mematahkan obsesi tertentu di dalam hatinya.
Winda melihat samping wajah Gandi, dalam hatinya bergetar, bagaimana bisa cambang pria ini memiliki sedikit rambut putih.
Winda ingat bahwa laki - laki ini seharusnya hanya baru berusia tiga puluh tahun, usia terbaik dalam hidup, bagaimana bisa ada tanda-tanda penuaan dini seperti itu?
Parkir bawah tanah, Gandi setelah masuk kedalam mobil, lalu Winda mengikutinya masuk dengan anteng.
Sampai tiba di Manor Keluarga Yang, Gandi juga tidak ada mengatakan apapun.
Supir berhenti, lalu Winda turun dari mobil.
Setelah berjalan beberapa langkah kedepan, tiba - tiba Winda berhenti, berbalik melihat ke arah mobil gelap tersebut.
Mobil belum mulai pergi, lampu diruang pengemudi menyala, samar - samar bisa terlihat bayangan gelap laki - laki itu.
Winda tiba - tiba teringat, apakah perkataannya hari sedikit berlebihan?
Ini pertama kalinya Winda pulang kerumah dengan perasaan panik gelisah.
Saat baru masuk ke ruang tamu, lalu babysitter menghampirinya berkata tentang kemajuan belajar Sabrina hari ini.
Sebelumnya Winda akan selalu mendengarkan dengan serius masalah ini.
Karena belajar harus dimulai dari dasarnya dulu dan masa depan Sabrina adalah yang terpenting.
Tetapi hari ini, Winda sedikit merasa kesal, babysitter baru berkata sebentar dia sudah melambai - lambaikan tangan berkata sudah mengetahuinya.
Winda naik ke lantai atas dalam masuk kedalam kamar tidur, berendam di bak mandi sebentar, dia menatap ke lampu gantung di langit - langit, memikirkan masalah hari ini.
Kalung tersebut masih belum bisa dilepaskan, seolah-olah seperti dibaca mantra oleh laki - laki itu, mengunci hatinya dengan erat.
Sebenarnya desain kalung ini sangat avant-garde, gayanya modis dan elegan serta mewah, siapa pun yang melihat akan menyukainya dan tidak akan merasa ketinggalan zaman.
Lagipula jika Winda tidak salah lihat, dia seharusnya pernah melihat kalung ini di sebuah buku tentang perhiasan berharga.
Nilai pasar bisa melebihi delapan digit.
Dan laki - laki itu memberikannya begitu saja kepadanya.
Setelah selesai mandi Winda kembali ke ranjang, setelah baring lama juga tidak bisa tidur.
Dalam pikiran Winda mengingat kembali ingatan singkat akan kehidupannya, Kakak Tertua nya, Kakak Kedua, kakak ipar, Ramon dan juga Gandi.
Siapa sebenarnya istri Gandi?
Apakah benar adalah dirinya?
Tetapi dia bermarga Yang, bukan bermarga Aska, Kakak Tertua dan Kakak Kedua keduanya sangat tulus kepadanya, perasaan semacam itu pasti tidak akan bisa dibuat - buat.
Tetapi kegigihan laki - laki itu terhadapnya juga tidak terlihat seperti palsu.
Winda memikirkannya sepanjang malam, sampai langit terang, Winda duduk dari tempat tidur dengan putus asa.
Winda tidak menutup matanya sepanjang malam.
Dan tanpa sadar tangannya terus memainkan kalung di lehernya.
Winda berdiri, mengenakan pakaian kasual dan turun ke bawah untuk lari.
Matahari yang terbit sangat indah.
Lalu seiring dengan matahar terbit, Winda juga melangkah kedepan mengikuti matahari pagi.
Sampai matahari terbit semakin tinggi dan Winda tidak bisa mengejarnya lagi.
Winda berkeringat deras lalu berhenti, perasaan senang selesai olahraga semacam ini benar - benar sangat nyaman.
Dan tepat disaat ini, Winda tiba - tiba ditutupi oleh sebuah bayangan.
Winda mendongak melihat laki - laki didepannya, tiba - tiba merasa apakah matanya salah lihat?
Ini baru jam tujuh pagi, laki - laki ini bagaimana bisa sudah muncul di sekitaran keluarga Yang?
Gandi sudah menenangkan suasana hatinya, dia memberikan ke Winda handuk dan air, lalu tertawa melihat kedua mata panda Winda dan berkata “Insomnia? “
Winda tanpa sadar menjawab ng, kemudian merasa dirinya kehabisan kata - kata.
Untuk apa dirinya harus insomnia? Apakah karena laki - laki ini?
Tidak mungkin, itu tidak mungkin!
" Bagaimana kamu bisa berada disini? " Winda bertanya dengan nada sedikit tidak baik.
Gandi mengabaikan sikap Winda, dia sudah terbiasa dengan sikap Winda yang seperti kucing kecil liar itu.
" Apakah ini adalah tempat milik rumah kalian? "
" Bukan. "
" Lalu mengapa aku tidak boleh berada disini! " Perkataan Gandi membuat Winda terdiam.
Entah mengapa Winda merasa laki - laki ini bisa berada disini pasti karena ingin bertemu secara kebetulan dengan dirinya.
Sebentar kemudian hp Winda berdering, babysitter yang meneleponnya, mengingatkannya untuk pulang makan.
" Kalau begitu terserah Tuan Tirta, aku sudah mau pulang makan. " Selesai berkata Winda berbalik bersiap untuk lari pulang.
Tetapi detik berikutnya, tangan Winda ditahan.
" Setelah meminum airku dan menggunakan handukku, bukankah Nona Yang seharusnya berterima kasih kepadaku? "
Winda memandang laki - laki ini dengan diam, rasa bersalah yang timbul karena perkataan yang melukai laki - laki itu kemarin, seketika menghilang.
Laki - laki ini selalu langsung mengharapkan balas budi!
" Tuan Tirta. kamu juga benar - benar..... sudahlah, katakan kamu ingin aku bagaimana berterima kasih kepadamu, kecuali berhubungan dengan tubuh. " Entah kenapa, Winda menekankan kalimat terakhir.
Karena Winda takut, laki - laki ini setiap kali menggunakan paksaan terhadapnya.
Dan setiap kali Winda akan berlembut hati dan tidak mempermasalahkan dengannya.
" He, tubuh? " Gandi antar tersenyum dan diam melihat Winda dan itu membuat Winda gelisah hingga melangkah mundur, tapi pergelangan tangannya malah di pegang oleh Gandi dan tidak ada tempat untuk melarikan diri.
" Traktir aku sarapan saja! "
Winda menyipit, sarapan?
Sarapan keluarga Yang, adalah satu keluarga makan bersama.
Itu berarti Winda mengajak Gandi pulang lalu makan bersama dengan Kakak Tertua, kakak ipar, Kakak Kedua, Sabrina dan lainnya........
" Ini..... " Winda masih belum mengatakan keraguannya, sebaliknya Gandi menambahkan satu kalimat yang membuat semua pemikiran penolakan Winda menghilang.
" Jika tidak bisa, pencicipan tubuh aku juga bisa menerimanya. "
" Mimpi, ayo ikut aku pulang! "
Novel Terkait
Eternal Love
Regina WangCinta Tak Biasa
SusantiHusband Deeply Love
NaomiMy Cold Wedding
MevitaPernikahan Kontrak
JennyUnplanned Marriage
MargeryCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip