Cinta Yang Dalam - Bab 320 Mengunci Hati Kamu

Ekspresi Winda canggung, setelah melangkah keluar dengan kaku dari dalam toko lalu dia mendorong Gandi.

"Tuan Tirta, kamu bagaimana bisa memanggil aku seperti tadi? " Kata Winda menyalahkan dengan galak.

Winda belakangan merasa terlalu malas untuk marah saat menghadapi laki - laki satu ini.

Jika bukan karena menjaga nama reputasi kedua perusahaan, Winda benar - benar ingin memarahinya bahwa apa yang dikatakan tadi adalah hal yang tidak mungkin terjadi.

Gandi sudah keterlaluan, dirinya jelas - jelas masih belum menikah, tetapi Gandi menyebutnya sebagai nyonya dia.

Ini jika tersebar keluar, bagaimana Winda harus menyikapinya kedepan?

Gandi melangkah maju beberapa langkah, tubuhnya sedikit menunduk, postur tubuh yang terlihat jelas intim ini membuat wajah Winda memerah dengan cepat.

Gandi melihatnya dengan niat mempermainkan "Apakah Nona Yang merasa tidak puas dengan apa yang aku lakukan tadi? "

Winda sedikit mendongak, setelah melihat tatapan Gandi yang penuh dengan rasa penyerangan, segera menunduk.

Winda panik takut, dia sungguh benar - benar tidak berani membicarakan kebenaran dengan laki - laki satu ini.

Karena jika laki - laki ini tidak setuju dengannya, maka akan mencium paksa dirinya.

" Tidak, tidak ada. Sekarang, apakah kamu bisa menjauh sedikit dari aku? " Winda mengulurkan tangan, menopang tubuh Gandi dengan takut.

Gandi sedikit menunduk kedepan lagi, tangan Winda tiba - tiba tersimpan kembali.

Napas Gandi yang hangat, tersemprotkan di wajah Winda, membuat Winda timbul semacam perasaan yang sulit untuk dikatakan.

Keduanya berada disudut, pandangan orang yang berlalu lalang semuanya selalu terfokus kepada mereka berdua, ini membuat Winda merasa tidak nyaman.

" Nona Yang berharap aku menjauh seberapa jauh? " Gandi tampak sudah cukup mempermainkan Winda, lalu berdiri tegap.

Keduanya akhirnya berada dalam jarak aman, Winda tiba - tiba menghela napas panjang.

" Jarak yang paling bagus adalah tidak saling bertemu. Tuan Tirta, tempat yang bisa aku bawakan kamu jalan - jalan semuanya sudah habis. Pulang nanti aku pasti akan memberitahu Kakak Tertua, untuk mengganti standar pelayanan perusahaan untuk kamu. Jika tidak ada masalah lagi, aku pergi dulu. "

Selesai berkata, Winda mengesampingkan badannya melewati Gandi, bersiap untuk pergi.

Hanya saja detik berikutnya, Winda di tahan dengan kuat dan seluruh orangnya masuk kedalam pelukan Gandi.

Gandi menempel ke telingannya, napas yang hangat langsung terasa di telinganya "Kalau begitu, apakah Nona Yang boleh melakukan pelayanan yang tidak sesuai standar? "

Winda tercengang, maksud dia mengatakan perkataan tadi adalah hanya mengganti standar penjual Grup Amazon saja.

Tetapi mengapa dari mulut laki - laki ini, artinya terdengar seperti berbeda sepenuhnya.

" Bukan, bukan..... "

Winda masih belum selesai berkata, sudah merasakan sesuatu di lehernya.

Setelah Laki - laki itu menyelesaikan aksinya, lalu melepaskan Winda.

Winda melihat terdapat sesuatu di lehernya, dalam hati merasa aneh, lalu dengan lembut menaruhnya dalam tangan dan melihat, tiba - tiba merasa sangat cantik.

Tetapi detik berikutnya, Winda teringat ini bukanlah intinya sama sekali.

Laki - laki ini, kenapa tiba - tiba memakaikan kalung untuknya!

" Gandi, apa yang sedang kamu lakukan? "

Selesai berkata, lalu Winda menariknya ke bawah dengan keras, tetapi tarikannya membuat lehernya sakit, sebaliknya kalung tersebut sedikipun tidak bergerak.

Gandi menekan Winda dibawah bayangan tubuh rampingnya "Kalung ini, pada dasarnya memang barang lama Nona Yang. Kamu dulu sangat menyukainya, aku sekarang hanya mengembalikan ke pemilik aslinya. "

" Ini bukan barang aku, lepaskan! "

Winda mengulurkan tangan meraih gesper di bagian belakang leher, tetapi tidak tahu mengapa kalung ini tidak mempunyai gesper.

Perselisihan antara keduanya pun menarik perhatian banyak orang di sekitarnya.

Mata hangat Gandi melihat ke wajah cemas Winda, dia mengulurkan tangan dengan lembut menahan Winda yang masih tidak menyerah untuk mencoba melepaskan kalung itu.

" Sekarang aku memberikannya kepadamu! "

" Tetapi aku tidak mau! "

Perkataan yang saling bertentangan, membuat mata Gandi tiba - tiba meredup.

" Kalung ini sangat cantik dikenakan oleh kamu, juga sangat menonjolkan karisma kamu. "

" Please, ini adalah desain abad lalu, lagipula juga terlihat dikenakan oleh bibi paruh baya, apakah kamu sedang memberi sinyal bahwa aku sudah tua? "

Perkataan Winda semakin bertambah tajam, ini membuat Gandi yang selama ini tidak bersedia menjelaskan menjadi tersenyum tidak bersemangat dengan aneh.

Gandi melihat Winda, pandangan mendalamnya membuat Winda tidak ada tempat untuk menghindar.

" Sebenarnya aku hanya ingin mengunci kamu agar kamu selamanya tidak pernah meninggalkan aku. "

Winda masih ingin membantah, tapi melihat tatapan mata Gandi yang terbesit luka itu, sebalik menahanya kembali.

Winda bingung, kedua tangannya memegang baju, sebentar kemudan baru berkata "Tetapi Tuan Tirta, aku bisa memahami perasaan kamu, tapi aku benar - benar bukan orang yang sedang kamu cari itu. "

Gandi sedikit tersenyum, berkata "Ng, aku yang menyulitkan orang. "

Gandi berbalik berjalan kedepan lift dan menekan tombol lift.

Winda ragu sejenak lalu juga tetap mengikutinya.

Meskipun tidak tahu alasan laki - laki ini menjadi tidak bersemangat, tapi Winda mencari sebuah alasan untuk tetap mengikutinya, yakni hubungan mereka berdua adalah mitra kerjasama.

Tetapi tidak tahu mengapa Winda merasa Gandi tampak berbeda sepenuhnya.

Sudah tidak ada rasa sombong seperti tadi sebaliknya punggungnya terlihat terdapat kesepian yang mendalam.

Persis seperti yang baru saja terjadi tadi, benar-benar mematahkan obsesi tertentu di dalam hatinya.

Winda melihat samping wajah Gandi, dalam hatinya bergetar, bagaimana bisa cambang pria ini memiliki sedikit rambut putih.

Winda ingat bahwa laki - laki ini seharusnya hanya baru berusia tiga puluh tahun, usia terbaik dalam hidup, bagaimana bisa ada tanda-tanda penuaan dini seperti itu?

Parkir bawah tanah, Gandi setelah masuk kedalam mobil, lalu Winda mengikutinya masuk dengan anteng.

Sampai tiba di Manor Keluarga Yang, Gandi juga tidak ada mengatakan apapun.

Supir berhenti, lalu Winda turun dari mobil.

Setelah berjalan beberapa langkah kedepan, tiba - tiba Winda berhenti, berbalik melihat ke arah mobil gelap tersebut.

Mobil belum mulai pergi, lampu diruang pengemudi menyala, samar - samar bisa terlihat bayangan gelap laki - laki itu.

Winda tiba - tiba teringat, apakah perkataannya hari sedikit berlebihan?

Ini pertama kalinya Winda pulang kerumah dengan perasaan panik gelisah.

Saat baru masuk ke ruang tamu, lalu babysitter menghampirinya berkata tentang kemajuan belajar Sabrina hari ini.

Sebelumnya Winda akan selalu mendengarkan dengan serius masalah ini.

Karena belajar harus dimulai dari dasarnya dulu dan masa depan Sabrina adalah yang terpenting.

Tetapi hari ini, Winda sedikit merasa kesal, babysitter baru berkata sebentar dia sudah melambai - lambaikan tangan berkata sudah mengetahuinya.

Winda naik ke lantai atas dalam masuk kedalam kamar tidur, berendam di bak mandi sebentar, dia menatap ke lampu gantung di langit - langit, memikirkan masalah hari ini.

Kalung tersebut masih belum bisa dilepaskan, seolah-olah seperti dibaca mantra oleh laki - laki itu, mengunci hatinya dengan erat.

Sebenarnya desain kalung ini sangat avant-garde, gayanya modis dan elegan serta mewah, siapa pun yang melihat akan menyukainya dan tidak akan merasa ketinggalan zaman.

Lagipula jika Winda tidak salah lihat, dia seharusnya pernah melihat kalung ini di sebuah buku tentang perhiasan berharga.

Nilai pasar bisa melebihi delapan digit.

Dan laki - laki itu memberikannya begitu saja kepadanya.

Setelah selesai mandi Winda kembali ke ranjang, setelah baring lama juga tidak bisa tidur.

Dalam pikiran Winda mengingat kembali ingatan singkat akan kehidupannya, Kakak Tertua nya, Kakak Kedua, kakak ipar, Ramon dan juga Gandi.

Siapa sebenarnya istri Gandi?

Apakah benar adalah dirinya?

Tetapi dia bermarga Yang, bukan bermarga Aska, Kakak Tertua dan Kakak Kedua keduanya sangat tulus kepadanya, perasaan semacam itu pasti tidak akan bisa dibuat - buat.

Tetapi kegigihan laki - laki itu terhadapnya juga tidak terlihat seperti palsu.

Winda memikirkannya sepanjang malam, sampai langit terang, Winda duduk dari tempat tidur dengan putus asa.

Winda tidak menutup matanya sepanjang malam.

Dan tanpa sadar tangannya terus memainkan kalung di lehernya.

Winda berdiri, mengenakan pakaian kasual dan turun ke bawah untuk lari.

Matahari yang terbit sangat indah.

Lalu seiring dengan matahar terbit, Winda juga melangkah kedepan mengikuti matahari pagi.

Sampai matahari terbit semakin tinggi dan Winda tidak bisa mengejarnya lagi.

Winda berkeringat deras lalu berhenti, perasaan senang selesai olahraga semacam ini benar - benar sangat nyaman.

Dan tepat disaat ini, Winda tiba - tiba ditutupi oleh sebuah bayangan.

Winda mendongak melihat laki - laki didepannya, tiba - tiba merasa apakah matanya salah lihat?

Ini baru jam tujuh pagi, laki - laki ini bagaimana bisa sudah muncul di sekitaran keluarga Yang?

Gandi sudah menenangkan suasana hatinya, dia memberikan ke Winda handuk dan air, lalu tertawa melihat kedua mata panda Winda dan berkata “Insomnia? “

Winda tanpa sadar menjawab ng, kemudian merasa dirinya kehabisan kata - kata.

Untuk apa dirinya harus insomnia? Apakah karena laki - laki ini?

Tidak mungkin, itu tidak mungkin!

" Bagaimana kamu bisa berada disini? " Winda bertanya dengan nada sedikit tidak baik.

Gandi mengabaikan sikap Winda, dia sudah terbiasa dengan sikap Winda yang seperti kucing kecil liar itu.

" Apakah ini adalah tempat milik rumah kalian? "

" Bukan. "

" Lalu mengapa aku tidak boleh berada disini! " Perkataan Gandi membuat Winda terdiam.

Entah mengapa Winda merasa laki - laki ini bisa berada disini pasti karena ingin bertemu secara kebetulan dengan dirinya.

Sebentar kemudian hp Winda berdering, babysitter yang meneleponnya, mengingatkannya untuk pulang makan.

" Kalau begitu terserah Tuan Tirta, aku sudah mau pulang makan. " Selesai berkata Winda berbalik bersiap untuk lari pulang.

Tetapi detik berikutnya, tangan Winda ditahan.

" Setelah meminum airku dan menggunakan handukku, bukankah Nona Yang seharusnya berterima kasih kepadaku? "

Winda memandang laki - laki ini dengan diam, rasa bersalah yang timbul karena perkataan yang melukai laki - laki itu kemarin, seketika menghilang.

Laki - laki ini selalu langsung mengharapkan balas budi!

" Tuan Tirta. kamu juga benar - benar..... sudahlah, katakan kamu ingin aku bagaimana berterima kasih kepadamu, kecuali berhubungan dengan tubuh. " Entah kenapa, Winda menekankan kalimat terakhir.

Karena Winda takut, laki - laki ini setiap kali menggunakan paksaan terhadapnya.

Dan setiap kali Winda akan berlembut hati dan tidak mempermasalahkan dengannya.

" He, tubuh? " Gandi antar tersenyum dan diam melihat Winda dan itu membuat Winda gelisah hingga melangkah mundur, tapi pergelangan tangannya malah di pegang oleh Gandi dan tidak ada tempat untuk melarikan diri.

" Traktir aku sarapan saja! "

Winda menyipit, sarapan?

Sarapan keluarga Yang, adalah satu keluarga makan bersama.

Itu berarti Winda mengajak Gandi pulang lalu makan bersama dengan Kakak Tertua, kakak ipar, Kakak Kedua, Sabrina dan lainnya........

" Ini..... " Winda masih belum mengatakan keraguannya, sebaliknya Gandi menambahkan satu kalimat yang membuat semua pemikiran penolakan Winda menghilang.

" Jika tidak bisa, pencicipan tubuh aku juga bisa menerimanya. "

" Mimpi, ayo ikut aku pulang! "

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu