Cinta Yang Dalam - Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas

Winda baru saja memperhatikan waktu, dan ternyata sudah lewat jam enam sore.

Tanpa sadar, Winda sudah tinggal di rumah Gandi begitu lama.

"Tidak perlu, aku bisa makan saat kembali."

Tapi perkataannya diabaikan oleh Gandi.

Gandi membawanya ke ruang makan, lalu ke dapur.

Winda tercengang, buat apa Gandi masuk ke dapur?

Mungkinkah dia bisa memasak?

Saat ini kebetulan ada seorang pelayan yang hendak keluar dari dapur untuk mengantarkan piring buah, dan Winda bertanya, "Maaf, apakah Tuan Tirta masuk ke dalam untuk memasak?"

Pelayan itu memandang Winda dengan iri, dan berkata dengan nada pelan: "Nyonya muda sangat beruntung, Tuan Muda Kedua sudah lama berada di sini, ini pertama kalinya dia memasak!"

Sebelum mereka berdua turun, kepala pelayan datang untuk memberi perintah, jika kedepannya mereka melihat Winda, mereka harus memanggil Nyonya muda.

Winda tertegun sejenak, dan kemudian mulai bertanya-tanya.

Bisakah pria ini memasak?

Saat itu, akankah prosesnya seperti pertarungan sengit, lalu menyajikan makanan beracun?

Alhasilnya, Winda terlalu banyak berpikir.

Setelah beberapa saat, hidangan siap disajikan.

Empat hidangan dan satu sup, ayam cabe pedas, irisan daging rebus, acar ikan, kue beras keju, dan sup kerang.

Winda tampak sedikit tercengang melihat hidangan lezat yang ada di depannya, saat ini, Winda merasa sangat lapar.

Perutnya juga sangat payah dan mulai menjerit.

Gandi melepas celemeknya dan menyerahkannya kepada pelayan. Melihat Winda yang sepertinya sudah hampir meneteskan air liur, Gandi mengerutkan bibirnya dan berkata, "Nona Yang tidak ingin makan?"

"Mau, mau ..." Winda menjawab secara spontan, dan kemudian menyadari bahwa dirinya tampak terlalu terus terang, lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat: "Tidak, aku menunggu, menunggu Tuan Tirta makan bersama."

Gandi mengambil mangkuk kecil di depan Winda dan mengisinya dengan semangkuk sup kerang.

Sup yang baru saja keluar agak panas, Winda meniupnya beberapa kali, menyesapnya, dan matanya seketika bersinar.

Supnya enak, kerang-kerangnya segar dan empuk, pria ini benar-benar serba bisa!

Keterampilan memasaknya hampir setara debgan koki. Jika membuka restoran, bisnis pasti akan sangat ramai!

Saat itu, Winda akan menjadi Nyonya bos, bertanggungjawab menghitung uang ...

Bah baah, siapa bilang mau bersama dengannya? Winda dengan cepat menghilangkan pikiran itu di dalam benaknya dan fokus makan.

Winda menahan panas, menghabiskan semangkuk sup kerang, dan kemudian mulai menyantapnya.

Setelah dua pertiga dari hidangan di atas meja dimakan habis, Winda memegangi perutnya yang sedikit buncit, terengah-engah dan berkata, "Hei, keterampilan memasak Tuan Tirta luar biasa. Aku makan dengan sangat kenyang. Aku tidak bisa memakannya lagi, tapi masih banyak yang tersisa, sangat sayang sekali! "

Gandi mengangkat matanya dan melihat ke sudut mulut wanita di depannya yang berminyak, dan berkata dengan lembut: "Istriku dulu juga akan berkata seperti itu."

Gandi menyodorkan satu kertas tisu basah, Winda tertegun sejenak, melihat Gandi menunjuk ke arah mulutnya, barulah Winda menyadarinya.

Winda buru-buru menyeka mulutnya sampai bersih, dalam hatinya berpikir, aku dulu juga berkata seperti itu?

Jika mendengar kata-katanya, tampaknya pria ini sering memasak saat bersamanya?

Winda terus berpura-pura bingung dan berkata dengan nada pelan: "Aku sangat iri pada istrimu, bisa makan begitu banyak makanan enak setiap hari."

Gandi melambaikan tangannya, dan pelayan itu melangkah maju untuk membersihkan meja.

Mendengar Winda mengatakan hal ini, Gandi juga bekerjasama dengannya memerankan akting ini, matanya sedikit meredup.

"Tidak, aku tidak memperlakukannya dengan baik ..."

Winda bisa mendengar nada suara Gandi sedang menyalahkan dirinya sendiri, lalu menghibur: "Tuan Tirta, pihak yang mengalami sendiri bisa keliru, tetapi pengamat bisa melihatnya dengan jelas, aku dapat melihat bahwa kamu sangat baik kepada istrimu."

Tingkah lakunya bisa saja palsu, tetapi pandangan matanya bisa mengungkapkan isi hati seseorang secara langsung.

Tadi saat Gandi menyebut istrinya, Winda dapat melihat bahwa pandangan mata Gandi dipenuhi dengan kasih sayang yang tidak bisa disembunyikan.

"Oh, benarkah? Tapi dia sudah pergi, karena diriku, dia sedih dan pergi."

Tangan Winda di bawah meja makan perlahan mulai mengepal.

Tapi wajahnya masih sangat tenang: "Dia pergi, Tuan Tirta bisa mengejarnya kembali!"

"Um, aku sudah mendapatkannya."

Winda ternganga, seketika tidak tahu bagaimana menjawabnya.

Mereka berdua terlihat mengobrol seperti biasa, tapi keduanya memiliki makna yang tersirat.

Winda adalah istrinya yang dulu, dan Gandi adalah suaminya yang dulu.

Tapi waktu tiga hari, semuanya bisa berubah, apalagi dua tahun.

Winda benar-benar tidak terpikirkan, seberapa kejamnya hal ini sampai-sampai membuat dirinya melepaskan harapan dan cinta pada saat itu dan pergi dengan frustrasi.

Winda telah menjalani kehidupan baru dan telah melupakan ingatan ini.

Tapi sekarang, cinta ini muncul lagi di depan matanya.

Keduanya terdiam beberapa saat, dan ponsel Winda berdering.

Itu adalah panggilan Elvan, yang mendesaknya untuk pulang.

"Tuan Tirta, ini sudah larut, aku tidak mengganggumu lagi."

“Um.” Gandi bangkit dan mengantar Winda sampai ke gerbang mansion.

Elvan turun dari mobil dan membukakan pintu untuknya.

Setelah berjalan beberapa langkah, Winda berhenti, berbalik dan berkata, "Terima kasih atas bantuanmu. Terima kasih atas keramah-tamahanmu hari ini. Aku harap kamu bisa segera menemukan istrimu dan membawanya kembali ke negara."

Tanpa Gandi, Ramon pasti akan mati.

Makanan hari ini juga membawa kembali banyak kenangan.

Di kalimat terakhir, Winda juga tidak tahu mengapa dirinya mengatakan seperti itu.

Seolah-olah itu semacam harapan?

Gandi memandang Winda, penglihatannya tajam dan mendominasi, menembus hati Winda .

"Nona Yang, apakah kamu tidak kembali ke negara bersamaku?"

Winda terkejut dan dalam hatinya tersenyum pahit.

Winda telah kehilangan ingatannya dan tidak dapat mengingat apapun.

Kejadian waktu itu seperti sebuah mimpi buruk, benar-benar menghalangi ingatan di dalam benaknya.

Winda sekarang memiliki seorang putri, kerabat, dan bahkan kekasih.

Dan Gandi, juga tidak pernah kekurangan apapun di sekitarnya.

Apakah menyukai Gandi?

Winda bertanya pada dirinya sendiri, mungkin itu adalah perasaan yang baik saja.

Meminta Winda menyerah semua ini demi Gandi, hanya demi obsesi cinta yang sebelumnya dan kembali bersamanya.

Maaf, manusia itu egois, Winda benar-benar tidak sanggup melakukannya.

Sebagai satu-satunya Nona besar di keluarga Yang, Winda disayangi oleh kedua abangnya, dan kakek neneknya juga sangat mencintainya.

Ini semua adalah hal yang sangat Winda hargai dan tidak bisa ditinggalkan.

“Tuan Tirta, ada pepatah mengatakan bahwa sesuatu yang dipaksakan, tidak akan berakhir dengan baik. Aku tidak ingat lagi dengan masa laluku, mungkin iya atau tidak orang yang kamu sebutkan. Tapi aku hanya merasa bahwa aku hidup dengan sangat bahagia sekarang, ada kerabat yang peduli denganku, anak yang aku sayangi, semua ini, sangat berarti bagiku ... "

Hati Gandi perlahan menegang, dan wajahnya menjadi lebih dingin.

"Sepertinya aku mengerti maksud Nona Yang."

"Debu kembali menjadi debu, tanah kembali ke tanah, kamu sudah menyerah pada masa lalumu, kan?"

Winda sedikit tersenyum, sepasang lesung pipit yang lucu, membuat Gandi sedikit termenung.

Senyum Winda yang dulu, masih tetap begitu indah.

"Tuan Tirta, manusia itu harus selalu hidup di saat ini!"

Suara berderak, sepertinya ada sesuatu yang pecah di hati Winda dan Gandi pada saat yang bersamaan.

Winda perlahan mengangkat tangannya dan berpura-pura merasa sedikit nyaman menepuk-nepuk dada.

Di malam hari, Winda menutupi matanya yang berkabut.

"Aku bisa merasakan, Tuan Tirta sangat mencintai istrinya. Sama seperti kamu yang mencintai istrimu, aku juga mencintai kekasihku. Aku datang ke sini hari ini, hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan hidup Ramon. Tapi kita sering bertemu, membuat hati kita terikat. Tuan Tirta, ini adalah terakhir kali aku datang ke sini. Terima kasih atas keramahanmu. "

Sudut mulut Gandi terlihat menyeringai. Winda telah mengatakan begitu banyak, dan Gandi sudah mengerti dengan jelas maksud perkataannya.

"Kalau begitu, apakah maksud Nona Yang tidak mau bertemu denganku lagi?"

Winda membuka mulutnya, tapi tidak bisa bersuara.

Winda tidak berani berbicara, karena takut suara seraknya di dengar oleh Gandi.

Winda bertanya pada dirinya sendiri di dalam hati, bukankah tidak memiliki perasaan untuk Gandi?

Kenapa hanya beberapa kata itu, Winda merasa sangat sakit hingga sesak?

Setelah menarik napas dalam-dalam, Winda berusaha menekan getaran dalam suaranya, dan mengangguk: "Jika sudah putus, maka putus. Jika tersu seperti ini, maka akan menyakiti semua orang."

Perkataan Winda, di balas dengan tangisan Gandi.

"Nona Yang, masih tetap bersikap kejam! Datang dan pergi sesuka hati, apakah kamu mengganggap di sini adalah hotel?"

Winda menunduk, air matanya segera mengalir, tetapi Winda tidak ingin Gandi melihatnya.

Setelah mengetahui kebenaran, hidup Winda jatuh ke dalam sebuah keputusan.

Hidup Winda awalnya kosong, karena kehadirannya Gandi telah mengisi kenangannya yang dulu.

Saat Winda melihat pria ini untuk pertama kali, Winda merasa bahwa Gandi sangat akrab.

Dan setelah berinteraksi cukup lama, meskipun Gandi bertindak sembrono padanya, meskipun Winda merasa malu, tetapi Winda jarang benar-benar marah setelah masalahnya berlalu.

Konflik yang berulang-ulang kali tampaknya telah menjadi penggerak perasaan kedua orang itu.

Abang pertama tidak mungkin berbohong padanya, Winda percaya bahwa dulu mereka berdua adalah sepasang suami istri.

Tapi, memangnya kenapa?

Bisakah Winda menyerahkan semua yang dia miliki sekarang? Melukai orang-orang di sekitar, dan pergi mengikuti Gandi begitu saja?

Jika Winda benar-benar orang yang seperti itu, mungkin dulu Winda tidak akan pernah meninggalkan Gandi, dan lebih tidak mungkin terjadi hal-hal setelah kejadian itu?

Winda dulu pergi di waktu yang tidak seharusnya pergi.

Gandi sekarang datang di waktu yang seharusnya tidak datang.

Bunga merah, pohon hijau, nyanyian dan tarian burung, setiap tahun,setiap senja;

Angin musim semi dan hujan musim gugur, waktu membuat semuanya telah berlalu.

Hubungan di antara dua orang ini, akhiri saja sampai di sini!

Winda berbalik dan masuk ke dalam mobil.

Air mata mengalir di pipinya, bersinar seperti kristal di malam yang gelap.

Pria di belakangnya masih terdiam, suara Gandi yang sedingin es terdengar saat Winda mengangkat kakinya untuk masuk ke dalam mobil.

"Nona Yang, sebelumnya aku sudah memberitahumu tentang keputusanku, kan?"

"Jika kamu lupa, tidak masalah, aku bisa mengulanginya agar kamu dengar."

"Jika kamu berani hidup bersama Ramon, maka aku tidak akan keberatan menyingkirkan seluruh keluarga Mones dari dunia ini."

Ini sudah merupakan ancaman terbuka, Winda menyimpan kesedihan di hatinya, berpegangan pada pintu mobil dan berbalik.

"Gandi, apakah kamu ini sedang mengancamku!"

Sebagai Nona besar keluarga Yang yang sebanding dengan keluarga Tirta, bahkan lebih kuat dari keluarga Tirta.

Winda tentu saja tahu bahwa kekuatan Ramon saat ini tampaknya seperti bintang yang sedang naik daun di dunia bisnis.

Tapi di mata Gandi, itu hanya seekor semut yang bisa dibunuh dengan tangan.

Jika pria itu sudah berkata demikian, Winda juga tidak berani mengambil risiko.

Bagaimana jika Gandi benar-benar melakukannya?

Dalam kegelapan, Winda melihat ekspresi wajah Gandi di bawah cahaya redup.

Namun, terlihat penampakan yang menakutkan dari kegelapan, sikap keras kepala itu membuat hati Winda bergetar.

Winda berpegangan pada pintu mobil agar tidak kehilangan kekuatannya dan terjatuh ke tanah.

Mengeluarkan seluruh tenaga tubuh dan hatinya, Winda berteriak histeris: "Gandi, apa yang kamu inginkan dariku, agar kamu merasa puas!"

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu