Cinta Yang Dalam - Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya

Begitu pintu ditutup, dia langsung menekankan nada bicaranya.

Mengenai nada bicaranya ini mewakili apa, hanya guru wanita yang berpengalaman yang mengerti.

Dulu Rusdi mengandalkan cara ini untuk bermain-main dengan banyak wanita.

Di dalam pendidikan, setiap orang terbiasa dengan aturan tak terucapkan seperti itu.

Namun yang tidak dia bayangkan, wali kelas tidak menutup pintunya.

Dia hanya mengingatkan dengan berkata “Pak pimpinan, begini ceritanya. Pagi ini terjadi masalah pertengkaran antar murid. Barusan tadi, salah satu wali murid datang kesini minta kepala sekolah kesana untuk menemuinya.”

Kesana menemuinya? Begitu mendengar ini Rusdi tiba-tiba merasa ini sedikit tidak masuk akal.

Apa yang salah di dunia ini, bukankah semua orang tua datang untuk mengemis pada guru? Kenapa sekarang, kepala sekolah harus berlutut mengemis ke orang tua murid?

Dia segera mengerutkan kening dan berkata dengan sungguh-sungguh "Apakah kamu baru di sini? permintaan tidak masuk akal dari orang tua murid, kamu juga datang kesini hanya untuk mengatakannya? Apakah kamu ini tidak bisa membawa orang tua murid itu datang kesini? Jika kepala sekolah yang harus maju ketika ada masalah, lalu apa gunanya guru hah!”

Rentetan kritik seperti ini, serta kepanikan dan kesalahan yang diakui oleh wali kelas yang telah diduga malah tidak muncul.

Dia hanya menundukkan kepala. Setelah menunggu kepala sekolah selesai bicara, dia baru berkata “Wali murid dari anak yang bermarga Yang!”

Bermarga Yang? Bermarga Yang!

Rusdi langsung berdiri dari bangku bos miliknya, dia langsung berjalan maju tiga langkah ke depan guru itu. Sekarang tidak ada pemikiran apapun. Dia bertanya dengan paniknya “Kamu bilang kalau dia itu bermarga Yang? Perempuan atau laki-laki?”

“Perempuan...” Lapor wali kelas dengan sejujurnya.

Begitu mendengar kalau itu perempuan, Rusdi langsung menghela napas lega.

Untung saja. Bukan dari keluarga Yang yang para pimpinan besar itu yang datang.

Walaupun seperti itu, dia juga tidak berani mengabaikan dan menganggap enteng hal ini. Jadi, dia pun bergegas pergi kesana.

Winda sedang menunggu di dalam kelas. Dari kejauhan, datang seorang ibu-ibu yang tampak masih muda menggandeng tangan seorang gadis kecil.

Ketika ibu muda itu sudah berjalan sampai ke depan Winda, dia hanya melirik Winda begitu saja kemudian melewati tanpa menyapanya.

Namun, Nindy pernah bertemu Winda. Dia pun langsung berhenti berjalan dan menunjuk ke Winda, sambil berkata “Mama, itu adalah mama dari anak haram itu!”

Di depan begitu banyak orang, gadis kecil itu berani memanggil Winda seperti itu. Maka bisa dilihat bagaiamana hasil dari didikan anak itu.

Winda tanpa sadar mengerutkan kening, penilaiannya melihat gadis itu langsung turun sampai titik terendah.

Nyonya Gun segera berhenti dan melihat ke arah Winda, yang mengenakan dress panjang berkelas yang hasil buatan tangan, wajahnya tampak polos, riasannya sangat sopan, di semua bagian dari dirinya memperlihatkan kalau dia orang berkelas dan sangat anggun. Nyonya Gun berkata dengan sinisnya “Oh, hei nona yang satu ini. Aku begitu familiar ketika melihat wajahmu! Aku sepertinya memiliki teman yang menari pole dance di bar yang sangat mirip denganmu!"

Di bar, menari pole dance dan Nyonya Gun hampir saja mengatakan kata teman seorang nona penghibur.

Winda mengerutkan kening, memandang Nyonya Gun dan berkata "Karena nyonya punya teman seperti itu, sepertinya profesimu juga setara ya dengan itu."

Menghadapi orang yang suka bicara dengan kata-kata kasar, maka Winda pun tidak akan mengerti kata tidak enak dan sopan untuk menghadapi mereka.

Jika menggunakan kata-kata yang biasanya dikatakan oleh kakak kedua, itu namanya diprovokasi oleh seseorang?

Tidak masalah, maka dia akan memprovokasi dengan lebih menyakitkan kepada orang itu. dia akan membuatnya sampai malu tak karuan.

Sesuatu telah terjadi dan keluarga Yang pasti yang akan bertindak!

Ketika Nyonya Gun bahkan berani membalas perkataannya, dia pun seketika itu langsung meledak dan menunjuk hidung Winda sambil memakinya dengan keras “Wanita kurang ajar, siapa yang kamu maksud itu hah? Bisa bicara baik-baik tidak sih? Berpendidikan tidak sih? Coba kamu lihat anak harammu yang lahir dan kamu besarkan tanpa ayah itu, lihat itu kamu membesarkannya sampai jadi seperti apa sekarang itu hah!”

Dia bicara sambil menarik lengan baju Nindy ke atas, lalu memperlihatkan memar di tiga bagian.

Winda hanya meliriknya saja, tapi di wajahnya tak bisa menahan diri menunjukkan senyum dingin.

Dibandingkan dengan memar yang ada di tubuh putrinya, memar gadis ini hanyalah memar kecil biasa.

Dia belum sempat bicara, tiba-tiba sudah terdengar suara pria yang begitu berat dan rendah.

“Apa yang sedang kamu lakukan? Cepat pergi sana!”

Winda tanpa sadar mengangkat kepalanya dan melihat ke arah suara itu berasal.

Rusdi bergegas menghampiri dan meminta wali kelas untuk menarik Nyonya Gun dan putrinya untuk segera pergi dari sini.

Dia tadi mendengar jelas makian dari Nyonya Gun. Masalah yang awalnya sudah membuat marah, sekarang Nyonya Gun malah menambahkan minyak dalam api permasalah ini. Wanita ini benar-benar tidak tahu diri dan situasi.

Karena sudah muncul orang yang terpenting, Winda pun tidak lagi memedulikan Nyonya Gun.

Dia melihat ke arah pria di depannya, lalu berkata dengan sopan dan sangat tenang “Halo, kamu kepala sekolahkan?”

Rusdi langsung menggelengkan kepalanya dan berkata “Aku adalah salah satu manajer di sekolah, kamu adalah nona Winda Yang kan. Dia, dia barulah kepala sekolah disini.”

Dia bicara sambil menarik kepala sekolah yang baru saja keluar dari kamar mandi yang kebetulan bertemu dengannya saat dia sedang buru-buru datang kesini.

Kepala sekolah melihat Winda, di wajahnya tampak kesedihan yang samar. Dia pun menyapanya dengan memanggilnya nona Yang.

Walaupun ada api kemarahan dalam hati Winda, tapi karena pendidikan norma yang sangat bagus, sehingga membuatnya tidak langsung emosi dan marah dengan meledak-ledak.

Dia tersenyum, lalu berkata “Halo, kepala sekolah. Aku adalah mamanya Sabrina. Permisi, saya mau tanya, apakah Sabrina ada di sini?”

Kepala Sekolah Gun bukan pertama kalinya bertemu dengan Winda, jadi dia masih bisa mempertahankan diri untuk tenang.

Namun Rusdi terus saja memandangi Winda.

Namun status Winda tidak biasa, dia tidak berani lagi menatap Winda dengan tatapan mata ketika melihat ke wali kelas tadi.

Dari pakaian dan aura Winda bisa terlihat kalau dia ini terlahir dari keluarga terpandang dan berkelas.

Kelihatannya kali ini harus melemparkan kesalahan dan masalah ini kepada kepala sekolah.

Kepala Sekolah Gun baru saja mau bicara, namun belum sempat melepaskan tangannya yang ditarik oleh wali kelas, istrinya Nyonya Gun tiba-tiba dari kejauhan datang dan bertanya dengan marahnya “Sini kamu sini. Nona yang bermarga Yang itu bukannya dia bertanya dimana putrinya berada? Anak haram itu, setelah memukul orang sekarang langsung kabur. Tidak tahu deh dimana dia bersembunyi! Jangan sampai aku bertemu dengannya, jika bertemu dengannya, aku akan memukulnya sampai mati!”

Nyonya Gun baru saja mendengar putrinya yang mengadu tidak senang seperti mau menangis, sehingga dia pun sangat marah. Kali ini dia tidak peduli dengan status Winda itu apa, dia hanya mau meluapkan emosinya untuk memberikan keadilan kepada putrinya.

Nyonya Gun tampak sangat galak dan begitu liar. Ancamannya itu membuat ekspresi wajah Winda menggelap.

Ini hanyalah pertengkaran anak kecil, walaupun itu adalah putrinya sendiri.

Karena anak kecil belum dewasa, dia bisa menahan ketidaksenangan dan ketidakpuasan dalam hatinya. Ini masih bisa ditolerir olehnya.

Tapi, jika sebagai ibu ikut campur di dalam masalah ini, apalagi mengancam akan memukul putrinya sampai mati, ini sudah tidak bisa lagi ditolerir olehnya.

Dia ingat luka yang ada di tubuh Sabrina dulu, putrinya bilang itu ketidak sengajaannya sendiri sampai terluka.

Namun jika dipikirkan sekarang, masalah seperti ini sepertinya sudah terjadi berkali-kali.

Tidak heran, Riana pernah sekali mengingatkannya. Ketika Sabrina mandi dulu, selalu memintanya untuk membasuh punggungnya.

Namun, sejak pindah sekolah belum sampai dua hari, Sabrina sudah tidak meminta Riana untuk masuk kamar mandi lagi.

Hal ini pasti karena dia diganggu dan dibully di sekolahnya. Luka dan memar di tubuhnya terlalu mencolok jadi dia takut akan membuat keluarganya khawatir. Jadi, dia pun sengaja menyembunyikan ini.

Hanya saja beberapa aktivitas tidak normal ini, Riana tidak terlalu menganggapnya penting. Winda juga sedang tidak fokus akhir-akhir ini, hati dan pikirannya sangat berantakan, entah sedang memikirkan siapa. Oleh karena itu, dia sampai mengabaikan Sabrina.

Putrinya sendiri, dia sangat tahu jelas sekali.

Sabrina memang benar-benar sekeras kepala itu. Jika tidak begitu, dia dulu pasti sudah sering emosi ketika para pembantu di rumah melakukan pekerjaan mereka dengan tidak baik.

Namun dia selama ini hanya menunjukkan keengganannya, tapi dia jarang sekali mengeluh.

Kecuali di antara keluarga sendiri. Baru dia akan lebih cerewet mengatakan ketidaksenangannya.

Karena terus saja digigit oleh anjing, mangkanya dia berubah segila anjing sekarang sampai membalasnya.

Winda sangat tahu mengenai teori dasar hal ini. Dia pun berkata dengan tenangnya “Nyonya, kamu jangan emosi dulu. Menurutku ini hanyalah pertengkaran antara anak kecil. Pasti ada alasan di balik ini semua. Putriku sekarang tidak ada di sini, tapi ada putrimu disini. Kamu boleh bertanya kepadanya, minta dia mengatakan mengapa mereka bisa tiba-tiba bertengkar. Jika putriku yang bermasalah, aku sebagai orang tuanya pasti akan bertanggung jawab atas ini. Jika putrimu yang bermasalah, maka kamu...”

Belum selesai Winda bicara, Nyonya Gun sudah lebih dulu menyelanya dengan berteriak marah.

“Kentutmu itu!! Kamu ini jangan bicara sembarangan ya, putriku mana mungkin mengganggu dan membully orang!”

Dia bicara sambil melihat ke arah Kepala Sekolah Gun, lalu dia berkata dengan nada yang sangat sengak “Deni, kenapa kamu masih diam saja? wanita ini sama saja tidak masuk akalnya dengan putrinya. Aku barusan juga sudah tanya ke Nindy, lalu ke putri Presdir Sun yang selalu dengannya, putrinya Direktur Chen dan juga putri kesayangan Kapten Zhang. Mereka bilang kalau anak haram itu yang membully mereka. Orang semacam itu bisa-bisanya masuk dan belajar di sekolah bangsawan. Ini benar-benar hal sangat memalukan dalam masyarakat kelas atas. Cepat keluarkan dia dari sekolah ini, kedepannya jangan sampai membiarkan dia masuk satu langkah pun ke sekolah ini!”

Kepala Sekolah Gun sudah memberi isyarat mata ke istrinya, namun istrinya itu seperti tidak melihat isyarat matanya. Setelah Nyonya Gun selesai bicara, kepala sekolah tahu kalau masalah ini sudah tidak bisa diselesaikan dengan baik-baik. Dia pun menghela napas panjang sejenak.

Dia merasa, karirnya sepertinya sudah akan berakhir di sini.

Adapun Rusdi, begitu Kepala Sekolah Gun mencari kematian sendiri. Dia sangat takut kalau Winda marah dan akan membawa keluarga Yang lain untuk membereskan mereka.

Sehingga, dia melihat ke Winda memberi tatapan minta maaf, lalu buru-buru pergi dari sana.

Sedangkan Winda, dia hanya tersenyum dingin.

Dia baru saja mendengar dari ucapan wanita gila satu ini kalau putri kepala sekolah ini juga salah satu dari murid-murid yang mengganggu dan membully Sabrina.

Dia berkata dengan santainya “Kepala Sekolah Gun, sikap istrimu ini, apa juga adalah maksudmu?”

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu