Cinta Yang Dalam - Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
Sansan mengangkat permasalahan sepele menjadi permasalahan mengerjakan perintah atasan atau tidak.
Young Grup Entertainment memiliki persyaratan ketat terhadap kepatuhan dan pelaksanaan perintah atasan.
Tidak peduli apapun alasanmu, pekerjaan yang diperintahkan atasan harus dijadikan sebagai prioritas pertama.
“Kak Sansan, bagaimana kalau aku menangani salah satu yang lebih penting dulu? Sisanya akan aku kerjakan setelah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Direktur Winda. Bolehkah?” Dania tidak bisa melawan, jadi dia hanya bisa memilih untuk berkompromi dan mencoba membuat Sansan memahami dirinya.
Tapi respons yang didapatkannya hanyalah cibiran dari Sansan.
Sansan mengangkat alis, berkata dengan nada dingin " Dania, aku rasa kamu sepertinya sudah bosan untuk tinggal di perusahaan ini? Atau kamu pikir bahwa kamu telah mendapatkan seorang andalan sehingga kamu boleh tawar-menawar pekerjaan dengan atasanmu?"
Dania adalah pekerja yang taat dan tertib, dia memahami setiap peraturan perusahaan.
Dia berkata dengan suara rendah "Kak Sansan, Direktur Winda benar-benar memberikan pekerjaan untukku, pekerjaan itu amat mendesak..."
"Oke, aku sudah tahu. Aku akan menelepon Departemen Personalia untuk memberi tahu mereka tentang kinerjamu. Apakah kamu melihat ini?" Sansan mengeluarkan selembar kertas dari laci meja, melemparkannya ke depan Dania.
Dania sekilas melihatnya, mata tiba-tiba menyusut.
Ancaman, ancaman terang-terangan.
Ini adalah formulir penilaian kinerja, penilaian yang dilakukan setiap tiga bulan. Ini akan secara langsung memengaruhi tingkat gaji dan proses promosi ke depannya.
"Kamu pasti tahu bahwa akhir bulan ini adalah waktu penyerahan terakhir untuk penilaian kuartal ini. Kalau kamu tidak mengikuti instruksiku hari ini, maaf, aku hanya bisa memberi nilai 10 poin pada formulir penilaian kamu..."
Kata-kata Sansan berkombinasi dengan senyum arogannya.
Rekan kerja yang dekat dengan Dania menarik pakaiannya, berbisik “Dania, apa yang kamu ragukan? Jangan berdiri di tim yang salah. Baru berapa lama Winda datang ke sini? Walau dia masuk dari pintu belakang, cepat atau lambat dia akan tersapu keluar jika tidak mendapatkan kerja sama dari kami. Ke depannya, Departemen Perfilman tetap merupakan dunia yang dikuasai Kak Sansan..."
Dania mengatupkan bibirnya dan tidak berkata apa-apa. Pikirannya mengalami kontradiksi yang dahsyat.
Dari sudut pandang seorang karyawan biasa, dia tahu bahwa dia harus berkompromi dengan Sansan supaya bisa bertahan lama di perusahaan.
Tapi setelah interaksi beberapa hari terakhir, dia telah menjalin hubungan pertemanan dengan Winda.
Jika dia tinggal di sini dan mengikuti perintah Sansan, maka penderitaannya selama bekerja pasti akan berkurang.
Bagaimanapun, Sansan sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan. Dia juga bergaul dengan banyak petinggi, pengaruhnya amat kuat.
Dania mengertakkan gigi, akhirnya membuat keputusan.
"Maaf, Kak Sansan. Aku harus membantu Direktur Winda untuk menangani beberapa dokumen terlebih dahulu."
Usai itu, Dania mengertakkan gigi dan bersiap untuk pergi.
Sebelum dia mengambil langkah pertama, Sansan langsung menghalangi jalannya.
"Dania, apakah aku terlalu baik padamu? Beraninya kamu tidak mendengarkan perintahku!"
Sansan sontak marah karena perintahnya diabaikan Dania di depan umum.
Dia menodongkan jarinya ke arah Dania, jari hampir menyodok dahi Dania.
"Apakah kamu kira kamu akan berkembang setelah menjilat pantat Winda? Sungguh orang yang tidak tahu berterima kasih. Saat pertama kali kamu datang ke perusahaan, kamu tidak tahu apa-apa. Siapa yang membantu kamu?"
Dania masih diam.
"Heh, tidak masalah kalau kamu tidak mau jawab. Aku akan membangunkan kamu! Kami yang membantu kamu. Kalau kami tidak merangkul kamu bersama kami, kamu kira kamu akan selamat dari masa magang? Apakah kamu kira kamu yang bisa bekerja di sisi Winda adalah berkat kemampuanmu dalam kerja... "
Tubuh Dania bergemetaran karena marah, tetapi dia hanya bisa mengepal tinju tanpa bisa berbuat apa-apa. Dia terus mengatakan pada dirinya bahwa dia tidak boleh membantah, tidak boleh melawan...
Sansan sengaja mengatakan semua ini untuk menstimulasinya.
Jika dia membantah, maka Sansan akan mengatakan bahwa dia melawan atasan.
Pada saat itu, hukuman pasti akan ditingkatkan sepuluh kali lipat oleh Sansan.
Mengenai bantuan yang disebut Sansan, itu mengingatkan Dania akan perjalanan gelap yang dilaluinya saat pertama kali datang ke perusahaan.
Dia adalah pendatang baru. Dia tahu banyak tentang industri ini. Dia sering berpartisipasi dalam seminar naskah saat masih kuliah, bekerja di perusahaan film selama liburan musim panas, mengambil peran sebagai pemeran tambahan, semua ini dilakukannya guna lebih memahami industri ini.
Tetapi perihal semacam bekerja, sesudah kamu menanjakkan kaki di kantor, kamu harus tahan banting.
Saat itu atasan Dania adalah Sansan.
Apa hobi utama Sansan?
Selain membeli barang mewah untuk memamerkan kekayaan, hobi utamanya adalah menindas pendatang baru, menikmati kekuasaan.
Oleh karena itu, Dania memasuki kehidupan penderitaan yang tak terkatakan itu.
Di pagi hari, dia harus bangun jam enam, naik bus ke Donton, membeli sarapan favorit Sansan.
Pada siang hari, orang lain akan beristirahat setelah makan di waktu istirahat selama dua jam.
Dirinya malah harus mengejar bus, pergi ke Donton untuk membeli makan siang favorit Sansan.
Bahkan di malam hari pun Sansan tidak membiarkannya hidup dengan tenang.
Sansan selalu menggunakan alasan menyusun dokumen untuk membiarkan Dania tinggal di perusahaan. Setelah dibelikan makan malam oleh Dania, dia perlahan menghabiskannya. Kemudian, dia selalu menyisakan meja yang penuh dengan puing-puing, menyuruh Dania membersihkannya.
Sementara dia sendiri menenteng tas LV yang baru saja dibeli, mengambil langkah seksi dan mempesona, naik lift ke tempat parkir bawah tanah, mengendarai BMW Z4-nya untuk pulang atau pergi ke ranjang seorang senior tertentu.
Saat itu status Dania hanya magang, gaji bulanannya hanya sekitar enam juta.
Setiap kali dia membawakan makanan kepada Sansan, Sansan selalu berkata akan mengembalikan uangnya di kemudian hari.
Kemudian hari tidak pernah tiba.
Bahkan Dania sendiri pun tidak paham bagaimana dirinya bisa melewati masa magang.
Ongkos naik taksi terlalu mahal, dia hanya bisa menempuh semua perjalanan dengan mengandalkan transportasi umum dan berjalan kaki.
Meski kondisi keluarganya cukup baik, tapi dia merasa tidak seharusnya meminta uang dari orang tua ketika sudah bekerja.
Dengan mengandalkan gaji sekitar enam juta, dia menambah penghasilan dengan menulis skrip di malam hari dan mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu setiap minggu, barulah dia bisa bertahan dari tekanan Sansan.
Di antara rekan kerja, beberapa bersimpati dengan Dania, tetapi ada lebih banyak yang menindasnya.
Sifat manusia memang seperti ini. Ketika seseorang sedang terpuruk, terlalu sedikit orang yang bersedia mengulurkan tangan untuk membantu. Orang yang menginjak malah tidak pernah kurang.
"Kenapa? Bisu? Oke! Dania, kamu menolak perintah atasanmu. Aku akan memberi penilaian berdasar kenyataan ini!"
Usai itu, Sansan mengambil formulir dan mulai memberi penilaian pada Dania.
"Kak Sansan, jangan, aku..." Hati Dania bergidik. Jika dirinya dinilai seperti ini oleh Sansan, maka dirinya pun akan kembali ke masa sebelum dirinya bebas.
Dia baru saja mendaftar untuk kelas menulis pada bulan lalu. Uang kursus dibayar dengan kartu kredit. Cicilannya kebetulan adalah gaji bulanan yag tersisa.
"Akhirnya tahu untuk minta ampun? Heh, sudah terlambat!"
Sansan mengulurkan tangan untuk mencari pulpen, tetapi tidak ada apa-apa di depannya.
Dia agak marah, bahkan pena pun tidak patuh padanya. Pena juga berpihak pada wanita yang baru datang itu?
"Ambilkan aku pulpen!"
Begitu dia mengulurkan tangan, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa. Semenit kemudian, sebuah pensil disodorkan ke tangannya.
Setelah menyentuh pensil itu, dia mengernyit.
"Ini pensil. Sekian lama bekerja, apakah otak kalian dimakan anjing? Aku mau pena khusus tanda tangan!"
"Apakah pensil tidak bagus? Kalau salah, kamu bisa hapus dan menulis ulang."
Suara lembut itu membuat Sansan agak bengong.
Kenapa dia tidak ingat ada suara sebagus ini di ruang penulis skenario.
Dania yang sedang menunduk langsung terkejut. Dia menoleh ke orang yang masuk dengan ekspresi takjub.
“Direktur, Direktur Winda!” Tidak ada yang mengerti betapa senangnya dia saat ini.
Karena terlalu senang, tubuhnya bergemetaran lagi. Tapi gemetar kali ini disebabkan oleh dua perasaan.
Ketika Sansan mendengar panggilan yang disebut Dania, dia mengendurkan genggaman tangannya pada pensil. Pensil terjatuh dari telapak tangan ke lantai.
Suara pensil menyentuh lantai terdengar nyaring di ruang penulis skenario yang sunyi karena kedatangan Winda.
"Maaf, Direktur Winda Yang, tangan licin..."
Sansan sengaja menyebut nama panjang Winda. Dia melihat wanita yang mengenakan setelan elegan dan anggun, rambut hitam panjang diikat rapi dengan kepang, berwajah halus, memiliki aura luar biasa.
Di dalam hatinya, timbul rasa iri.
Hanya dengan perbandingan sederhana ini, dia tahu bahwa dirinya sudah sepenuhnya kalah.
Aura maupun penampilan wanita ini membuatnya terdampar ke kejauhan.
"Oh, tidak apa-apa." Winda sama sekali tidak merasa tidak senang. Dia melambai pada Dania " Dania, apakah kamu sudah menangani dokumen yang aku serahkan padamu?"
Wajah Dania tiba-tiba tampak canggung, dia berbisik "Maaf, Direktur Winda, aku belum..."
"Lalu apa yang kamu lakukan di sini? Cepat kerjakan. Itu adalah dokumen yang sangat penting. Kalau tertunda, apakah kamu dapat menanggung konsekuensinya?"
Kata-kata Winda terdengar tegas. Beberapa orang di ruangan penulis skenario yang berpihak pada Sansan menunjukkan ekspresi hina di wajah.
Pejabat baru selalu berlagak tegas. Wanita ini cukup lugas.
Dania juga bodoh. Dia kira dengan berusaha menjilat pantat orang, orang pun akan menganggapnya sebagai tangan kanan.
Sesudah pergi ke tempat orang lain, dia masih saja menjadi target penindasan.
"Baik, Direktur Winda."
Setelah Dania selesai berbicara, dia berkata kepada Sansan dengan nada menyesal "Maaf, Kak Sansan. Aku harus menangani pekerjaan yang diberikan Direktur Winda kepadaku dulu.”
Kemudian, dia pun keluar dari ruang penulis skenario.
Sementara Winda memandangi orang-orang di ruang penulis skenario. Dia mengingat bagaimana ekspresi setiap orang.
Dia tersenyum sopan kepada Sansan, tetapi sebagai gantinya, Sansan malah memalingkan muka.
Dia tidak peduli, keluar dari ruang penulis skenario.
Baru saja mengambil dua langkah, langsung terdengar suara dari ruang penulis skenario yang sengaja dibesarkan.
"Lihat cara dia berjalan, sepertinya bagian bawahnya bengkak karena dimasukkan banyak kali oleh salah satu senior?"
"Tadinya masih berpura-pura tegas dan memarahi Dania di depan kita. Dia mau memperlihatkan ketegasannya itu kepada siapa?"
"Kak Sansan lebih baik, berteman dengan kita semua. Pemimpin seperti dia yang bersikap arogan pasti tidak akan bertahan lama!"
Novel Terkait
The Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiPejuang Hati
Marry SuLelaki Greget
Rudy GoldHanya Kamu Hidupku
RenataAir Mata Cinta
Bella CiaoMarriage Journey
Hyon SongCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip