Cinta Yang Dalam - Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung

Meskipun mengetahui bahwa masalah ini pasti dapat diselesaikan apabila Riana yang turun tangan secara langsung.

Namun Winda tetap saja merasa tidak tega.

“Sudah selesai, ke depannya anak itu dan orang tuanya tidak akan muncul di sekolah lagi.”

Riana berkata dengan nada datar, bagaimanapun apabila bermasalah dengan anggota keluarga Yang, setidaknya harus mengorbankan sesuatu.

Namun ini tidak menandakan bahwa Winda adalah orang yang kejam, malahan karena dirinya telah memberikan kesempatan kepada mereka, akan tetapi mereka yang menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Jika demikian, tidak ada salahnya juga apabila keluarga Yang memanfaatkan kekuasaannya.

Winda membuka mulutnya, namun akhirnya tetap saja tidak melontarkan apapun.

Sebenarnya dia ingin mengatakan bahwa jangan melibatkan anak kecil dalam permasalahan, namun setelah berpikir kembali tentang tingkah laku budak bandel tersebut, Winda menyimpan kembali niatnya yang ingin membela keluarga tersebut.

Winda sudah memberi ampun dalam menghadapi anak bandel di sekolah itu.

Kehidupan pada selanjutnya seolah-olah telah berlangsung dengan lancar.

Di dalam perusahaan, Satya telah turun tangan secara langsung untuk mencari beberapa atasan Sansan dan membahas permasalahan politik di kantor.

Satya berjabat sebagai direktur di perusahaan tentu saja akan menepati janji. Asalkan dia telah turun tangan untuk mengurus secara langsung, semua orang harus melaksanakan sesuai dengan permintaannya.

Dikarenakan atasan andalan telah ditegur oleh direktur, sehingga semua rumor di dalam perusahaan telah menghilang seketika.

Bahkan Sansan juga harus menyapa dengan sopan apabila bertemu dengan Winda.

Lagi pula Sansan yang selalu berpakaian terbuka di perusahaan untuk pamer bentuk tubuhnya, saat ini terpaksa harus mengenakan seragam kerja di kantor.

Sementara beberapa orang yang selalu menyanjung Sansan saat ini juga dalam keadaan ketakutan.

Meskipun Sansan tidak pernah memberitahukan apapun kepada mereka, namun mereka juga bukan karyawan yang buta, mereka tentu saja dapat merasakan hubungan ganjil antara Winda dan Sansan.

Mereka dapat menebak dengan mudah, jelasnya keadaan saat ini Sansan telah mengalah terhadap Winda.

Oleh sebab itu rombongan yang dipimpin oleh Ruri juga turut mengendalikan aksinya.

Sedangkan Ruri juga berpura-pura untuk memperlihatkan kesetiaan secara diam-diam.

Namun Winda telah mengetahui sikap dan kepribadian Ruri, sehingga tidak terlalu melayani dirinya. Oleh sebab itu Ruri yang kasihan diusir begitu saja oleh Dania dari ruangan Winda.

Di dalam dunia ini, banyak sekali perbuatan yang tidak tahu malu.

Namun dasar dari tidak tahu malu adalah orang tersebut telah tidak memiliki batasan harga diri apapun lagi, bahkan boleh menginjak harga diri sendiri hanya demi masalah sepele.

Saat ini Ruri sedang memerankan orang seperti ini.

Di dalam ruangan penulis skenario, sebelumnya posisi tempat duduk Ruri berada di tempat yang paling dekat dengan Sansan.

Namun dikarenakan kehilangan kasih sayang dan memerlukan orang yang menerima hukuman, sehingga Sansan mencari alasan sembarangan untuk memindahkan Ruri ke tempat duduk yang paling pojok.

Sementara suasana dan keadaan ruang penulis skenario yang dikendalikan oleh Sansan juga kekacauan.

Beberapa penulis skenario yang bekerja di perusahaan telah memiliki tuntutan profesional yang tinggi, sehingga pada biasanya jarang sekali datang ke kantor, pada dasarnya hanya perlu melakukan penyelidikan dan penelitian di luar perusahaan.

Oleh sebab itu Sansan hanya dapat mengendalikan berbagai karyawan yang mengerjakan pekerjaan sepele.

Namun ada satu hal yang sudah pasti, yaitu peraturan di dalam ruangan penulis skenario semuanya ditetapkan oleh Sansan.

Dengan demikian Ruri yang kehilangan kasih sayang dari Sansan, saat ini harus bertugas dalam melaksanakan pekerjaan orang baru.

Contohnya seperti membeli makanan, lembur, membersihkan ruangan, asisten semua orang ….

Pada saat manusia sedang kesusahan, banyak sekali orang yang datang menginjak.

Beberapa rekan kerja yang berhubungan dekat dengan Ruri, diam-diam menasihati Ruri agar jangan bertahan lagi.

Namun Ruri tidak berpikir demikian, dia selalu percaya bahwa ketabahan akan mendatangkan keberhasilan.

Ruri terus bekerja pada sepanjang siang, ketika hampir waktunya makan siang, dia buru-buru membeli makanan untuk rekan kerjanya yang berada di ruang penulis skenario.

Sementara ketika para rekan kerjanya selesai makan siang, makanan yang dibeli oleh dirinya juga telah dingin.

Dengan keadaan seperti ini dan memakan lauk yang begitu tragis, Ruri mencurigai dirinya lagi, dia tidak yakin apakah dirinya masih perlu bertahan lagi.

Hal ini dikarenakan apabila Sansan masih bekerja di ruang penulis skenario, maka Ruri akan terus melanjutkan kehidupan seperti ini.

Setelah rekan kerjanya selesai makan siang, tugas membereskan meja dijatuhkan kepada Ruri.

Pada saat membereskan meja Sansan, Ruri tanpa sengaja menyentuh draf yang berada di mejanya.

Dalam seketika itu bercak minyak berwarna kuning muncul di atas kertas putih.

Sansan yang baru saja berdiri dan ingin mencuci tangan, langsung mengerut alis dan membentak dengan emosi "Kamu buta ya ?”

Meskipun hanya tiga patah kata yang sederhana, namun Ruri tetap saja sangat tertekan dan langsung membungkuk pinggang.

Dia membungkuk pinggang dan terus meminta maaf "Maaf, Kak Sansan, aku …..”

“Kamu apanya ? Aku sudah menulis draf ini dengan susah payah, langsung kotor begitu saja karena ulahmu, jangan-jangan kamu sengaja ya ?”

Sansan langsung memaki dengan tanpa segan, namun wajahnya malahan membawa senyuman arogan.

Hal ini membuat Ruri merasa sangat emosi, akan tetapi dia tetap saja hanya bisa meminta maaf.

Bagaimanapun saat ini dia bekerja di bawah bimbingan Sansan.

Kertas di atas meja itu adalah hasil kerja Sansan pada sepanjang siang ?

Ruri juga bukan orang buta, dia tentu saja telah melihat isi di atas kertas yang hanya tertera dari beberapa baris tulisan saja.

Meskipun orang baru yang tidak pernah mengetik, jelasnya juga dapat mencetak hasil tersebut dengan waktu satu jam.

Sedangkan Sansan hanya memerlukan sebuah alasan untuk menyalahkan dirinya saja.

“He …..”

Sansan mengambil kertas di atas meja dan langsung mencampakkan ke wajah Ruri.

Setelah itu dia mengeluarkan formulir prestasi Ruri untuk beberapa bulan ini, kemudian langsung membubuhi angka sepuluh pada kertas tersebut.

Tubuh Ruri kaku seketika, kemudian menatap ke arah Sansan dengan tampang tidak percaya.

“Kak Sansan, aku …….”

“Jangan berlagak dekat denganku, aku atasmu, kamu jangan menyapa dengan buatan aneh.”

Setelah selesai berkata, Sansan meletakkan formulir prestasi ke dalam laci.

Dia menarik selembar tissue basah dan untuk menyeka tangan, kemudian membuang ke sepatu Ruri. Setelah itu dia melangkah kakinya dan keluar dari ruangan penulis skenario.

Saat ini di dalam ruangan hanya menyisakan Ruri sendiri saja, tangannya masih memegang kantung plastik yang berminyak. Dia menatap semua kejadian di depan mata, dalam hatinya semakin bimbang.

Meskipun dia tidak terlalu berusaha dalam bekerja, namun orang yang dapat bekerja di Young Grup tentu saja juga memiliki kemampuan, bagaimanapun dia juga telah bekerja sesuai aturan perusahaan.

Sebelumnya ketika dia menyanjung Sansan, dia juga mengira bahwa Sansan akan membantu dirinya jika dia mengalami kesulitan di perusahaan.

Namun kenyataan yang terjadi malahan di luar dugaannya, Sansan tidak dapat bertindak terhadap Winda, malahan melampiaskan semua amarah kepada dirinya.

Reaksi bimbang di wajahnya telah berubah menjadi senyuman sinis, kemudian dia langsung membuang semua sisa makanan ke atas meja Sansan, setelah itu langsung keluar dari ruang penulis skenario.

Setelah makan siang Ruri tidak muncul di tempat kerjanya, awalnya Sansan yang sedang jalan santai di luar mengira kalau Ruri akan datang mencarinya, kemudian akan menangis tragis dan memohon kepadanya.

Namun di luar dugaannya, setelah sekian lamanya dia menanti di koridor, Ruri tetap saja tidak muncul di hadapannya.

Hal ini membuat Sansan yang bermaksud untuk menghajar Ruri langsung emosi meledak.

Masih tidak sadar diri ya ? Bagus, kalau begitu dia akan mengantar Ruri ke alam neraka saja.

Setengah jam kemudian setelah waktu bekerja, Sansan baru kembali ke ruangannya.

Akan tetapi pada saat baru masuk ke dalam, dia langsung melihat mejanya yang kotor beserta semua draf hasil kerjanya yang telah hancur.

Sansan bengong sejenak, di dalam masa karirnya sama sekali tidak pernah muncul tantangan yang begitu terang-terangan.

Dia membentak dengan kuat dan menepuk meja "Apa yang terjadi ! Ini apa yang terjadi ? Ruri di mana ? Dia ke mana ? Kalian semua buta ya ? Kenapa tidak ada yang membereskan mejaku …..”

Karyawan yang berada di dalam ruangan hanya terdiam, bagaimanapun mereka mungkin saja akan menjadi pelampiasan Sansan apabila bersuara di saat ini.

Namun mereka semakin diam, api amarah di hati Sansan malahan semakin membara.

Dia menepuk orang yang berdiri di dekat pintu dan berkata "Kamu yang bilang saja, apa yang terjadi !”

“ Ruri yang buat.” Setelah melihat tatapan Sansan yang begitu ganas, orang tersebut langsung mengalihkan permasalahan kepada Ruri.

Sansan melirik sekeliling ruangan dengan tatapan amarah, kemudian berkata dengan nada geram "Kalian melihat begitu saja ? Tidak ada yang membuat sesuatu ? Coba kasih tahu, Ruri ke mana ?”

Semua orang yang berada di dalam ruangan hanya menggeleng kepala.

Meskipun dalam beberapa waktu ini mereka juga ikut menyaksikan nasib Ruri yang begitu sial, mereka bahkan juga mengikuti langkah Sansan untuk menginjak Ruri.

Akan tetapi mereka mungkin saja akan mengalami nasib yang sama dengan Ruri.

Emosional Sansan memang selalu tidak jelas, sedangkan pada sebelumnya sikap Ruri terhadap Sansan memang masih terkesan setia.

Lagi pula mengenai kejadian yang berhubungan dengan Winda, malahan Ruri yang selalu membela Sansan.

Namun pada akhirnya orang yang paling setia malahan mendapatkan nasib seperti ini, hal ini membuat beberapa orang lainnya merasa kecewa.

Sebelumnya dikarenakan ruang penulis skenario tidak memiliki pilihan lainnya, sehingga semuanya orang hanya bisa mengandalkan Sansan yang sebagai pimpinan mereka.

Akan tetapi bagaimana perlakuan Winda terhadap Dania untuk beberapa waktu ini, semua orang memiliki kesadaran sendiri.

Oleh sebab itu, selain Sansan yang selalu merasa dirinya telah memiliki kekuasaan, semua orang di dalam ruang penulis skenario masing-masing menjaga jarak dengan Sansan.

Ruang penulis skenario sudah kacau, dikarenakan ingin mencari keberadaan Ruri, Sansan bahkan ingin membalikkan meja.

Sementara pada saat ini, Ruri sedang berada di lantai kantor direktur dan sedang berdiri di dalam ruangan Satya.

Mengapa dia harus berdiri ? Karena Ruri mengetahui bahwa dirinya tidak memiliki hak untuk duduk.

Satya baru saja selesai bertelepon dengan rekan bisnis, kemudian dia menepuk sofa di samping dan berkata "Duduk saja di sini.”

“Tidak perlu lagi pak, aku berdiri di sini saja.”

Satya menilai Ruri yang berdiri di depan, wanita ini tidak tergolong cantik, namun juga tidak tergolong jelek.

Bentuk tubuhnya masih lumayan, namun dari raut wajahnya, dia dapat merasakan karakter Ruri yang lumayan ganas.

Satya mengetahui bahwa di dalam kejadian yang berhubungan dengan Winda, orang yang menyalurkan rumor di perusahaan adalah Ruri.

Dikarenakan pengaruh dari Jenifer, Satya juga mulai perhatian dengan politik di perusahaannya.

Oleh sebab itu, nasib buruk Ruri dalam waktu dekat ini beserta penindasan Sansan terhadap Ruri, Satya juga mengetahuinya.

Tujuan kedatangan Ruri pada kalinya kesannya sangat jelas.

“Bilang saja “

Waktu Satya sangat berharga, seandainya bukan karena ingin menyeimbangkan kekuasaan Winda di perusahaan, dia tidak ada waktu untuk berurusan dengan Ruri lagi.

Ruri tidak berani menatap Satya yang memegang kekuasaan besar di perusahaan, dia sedikit menunduk dan mengerut bibir, dalam hatinya seolah-olah telah mengambil keputusan.

Setelah itu hal yang di luar dugaan Satya langsung terjadi.

Ruri bahkan langsung berlutut di hadapannya.

“Direktur, maaf, aku sudah begitu lama bekerja di Young Grup, tetapi malahan terus melakukan perbuatan yang tidak teladan, aku bahkan membuat rumor untuk menyerang Direktur Yang. Aku sudah menyadari kesalahanku, semoga kamu dapat menghukum aku. Tetapi mohon memberikan kesempatan kepadaku untuk bekerja lagi di Young Grup.”

Ruri melontarkan berbagai kata tersebut seiring dengan suara tangisan, semua siksaan dirinya pada beberapa waktu ini meledak secara langsung.

Namun ada sebuah alasan yang tidak dilontarkan dirinya.

Alasan satunya lagi yaitu dia benar-benar sangat menyukai perusahaan ini.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu