Cinta Yang Dalam - Bab 193 Membunuh Orang

Gandi masih tetap meneguk alkohol di cangkir. Semakin banyak alkohol yang dia teguk, dia semakin sadar dan merasa malu terhadap hal yang dilakukannya sebelumnya.

Tidak lama, alkohol di meja pun habis.

Dia mengerutkan alisnya, dan berkata ke arah Neva Aska, “Pesanlah alkohol lagi!”

Namun selang beberapa waktu, dia tidak mendengar balasan.

Kemana Neva?

Karena Gandi Tirta sedang dibawah pengaruh alkohol, dia baru teringat bahwa Neva berkata bahwa dia pergi untuk membeli obat pereda mabuk.

Bukankah Neva sudah pergi terlalu lama?

Gandi mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan dan bertanya, “Apakah kamu melihat kemana istriku pergi?”

Pelayan itu memikirkannya sejenak sebelum menjawab, “Nyonya sepertinya keluar dan belum kembali.”

Gandi mengernyit, dalam hatinya dia merasa gelisah. Dia tahu jelas kekacauan yang ada di sekitar Club Golden.

Mungkinkah Neva telah terjerat masalah?

“Panggil manager kalian!”

Setelah itu, Gandi bangkit dan berjalan keluar.

Tidak lama kemudan, manager dari Club Golden pun menghampiri Gandi dan berkata, “Tuan Tirta, ada yang bisa saya bantu?”

Gandi Tita menatap manager dengan tatapan yang dingin dan berkata dengan suara yang dalam,

“Cari beberapa orang dan periksa semua gang di sekitar dengan saksama. Istriku belum kembali untuk waktu yang cukup lama.”

Manager terkejut dan menyadari bahwa ini adalah masalah besar.

Dia segera mengutus seluruh pegawai disana dan keluar untuk mecari orang.

Sekaligus manager Club Golden juga mencari tempat tersembunyi untuk menghubungi bos mereka. Jika Istri Gandi terluka di daerah Club Golden, maka hanya masalah waktu bagi Club Golden untuk ditutup.

Rasa sakit di ujung lidah Neva semakin terasa, dan dia tahu jika dia melanjutkannya, dia tinggal mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini.

Dia teringat buku-buku dan serial TV yang telah dia baca sebelumnya, mereka hanya menggigit lidahnya sejenak dan selesai, semudah itu.

Sekarang setelah dia mengalaminya sendiri, dia hanya merasa kagum pada orang yang berbuat seperti itu.

Di dunia ini, tidak ada yang tidak takut akan kematian, begitu pula dengan Neva.

Dia sekali lagi membuka mata untuk menatap dunia ini lagi, tetapi senyum cabuk di depannya kembali membuat dia menggertakkan gigi.

Di saat ini, sekuntum bunga darah bermekaran meledak tepat di atas kepala pria itu.

Sebelum dia bisa menjerit, dia langsung terjatuh ke tanah dan mengejang. Napasnya juga tersenggal-senggal.

Warna merah dari darahnya membuat Neva menggigil ketakutan.

Tetapi di saat berikutnya, terdengar suara yang dikenalnya dan Neva tanpa sadar mulai menagis.

“Perempuan milikku, juga berani kalian sentuh?”

Gandi, dia akhirnya tiba!

Gandi bahkan tidak melirik pria yang tergeletak di tanah. Tangannya yang memegang sebuah sekop, masih meneteskan darah.

Dia tidak suka melukai orang lain, dia juga benci saat orang terdekatnya dilukai.

Tetapi jika untuk melindungi orang-orang disisinya, dia tidak takut untuk menodai tangannya.

Dia melangkah kedepan, membuka mantel yang dikenakannya dan melingkarkan mantelnya pada Neva.

Dua lelaki yang tadi menahan Neva melangkah mundur dan dengan tegas mengancam, “Kamu, apa yang kamu lakukan? Kamu telah membunuh orang. Kita, kita akan melaporkannya pada polisi!”

Neva mulai merasa lengannya telah basah oleh tangisannya, dia bersandar pada Gandi, dan seluruh tubuhnya masih gemetar, dangat jelas bahwa Neva masih sedang menangis.

Entah kenapa, hati kecil Gandi tersentuh, dia perlahan memeluk Neva da berkata, “Jangan takut, ada aku!”

Neva mengangkat kepalanya, melihat ekpresi kelam yang terbersit di wajah Gandi, “Tuan Tirta, aku kira, aku tidak akan bisa menemuimu lagi!”

Saat Neva membuka mulutnya, Gandi langsung mencium bau darah yang kuat. Dia menundukkan kepalanya dan melihat bahwa bagian dalam mulut Neva sudah dipenuhi oleh darah, wajahnya terlihat bengkak dan terluka. Tiba-tiba atmosfir di sekeliling mereka berubah.

Kemarahan dalam diri Gandi seketika langsung mencapai puncaknya. Dia melirik tajam ke arah dua pria yang didepannya, serta wanita ramping yang berada di sudu seolah tidak ada yang terjadi.

“Bawa dia ke rumah sakit. Sekarang!”

Gandi melepaskan Neva dari genggamannya. Dia masih harus mengurus beberapa hal disini.

Tetapi Neva belum merasa aman. Saat Gandi melepaska genggamannya, Neva berbalik dan memeluk Gandi, “Tuan Tirta, jangan, aku tidak ingin berpisah darimu…”

Kalimat Neva membuat Gandi semakin merasa bersalah.

Walapun dia selalu menganggap Neva sebagai gangguan, Gandi tetap menyimpan perasaan pada Neva. Dia hanya tidak ingin Neva untuk masuk ke dalam dunianya.

Gandi mengelus rambut Neva, berkata dengan nada yang lembut: “Hei, kamu terluka. Pergilah ke rumah sakit terlebih dahulu, aku akan segera menyusulmu.”

Neva kemudian dibawa pergi oleh dua penjaga perempuan menuju ke arah ambulans yang sudah berhenti di depan gang.

Disaat ini, ada yang maju dan berjalan ke manager Club Golden: “Abang Sun, Jika Meng Ketiga masih tidak ditolong, maka dia akan segera mati.”

Manager dengan dingin melirik kepala keamanan yang cerewet itu, menurukan suaranya dan berkata dengan tajam: “Apakah kamu buta? Tidakkah kamu melihat siapa wanita tadi? Dia adalah Nyonya muda keluarga Tirta. Menurutmu, jika kamu kesana dan menolongnya, apakah Tuan Tirta akan membiarkanmu begitu saja?”

Setelah mendengarnya, Kepala keamanan tiba-tiba merinding dan mengerti bahwa dia hampir membuka gerbang neraka. Dia berbisik: “Benar, benar…. Terima kasih atas saranmu Abang Sun.”

Sekelompok orang tadi sudah mundur, dalam jarak yang aman, tidak berani menganggu Gandi untuk menyelesaikan urusannya.

Gandi memandang tiga orang di depannya, dan berkata dengan ringan: “Siapa ketua kalian?”

Kedua pria tadi memandang sekeliling dan menyadari bahwa mereka bernasib buruk hari ini.

“Saudaraku, kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik. Kami juga hanya mengikuti perintah. Jika bukan karena wanita jalang ini yang berkata omong kosong, kami pasti tidak akan memiliki pemikiran untuk melakukan hal yang sedemikian.”

Pria A mengedip pada pria B, dan Pria B melangkah maju.

Mata Gandi berpaling ke arah wanita ramping itu, “Benarkah?”

Wanita ramping itu masih cukup berani untuk mengatakan: "Kamu ... Kamu ...Jangan mendekat, aku tidak takut padamu. Di belakangku ... di belakangku ..."

Suara kata-katanya menjadi lebih kecil dan lebih kecil, dan akhirnya dia dicekik mati oleh Gandi

Mengambil kesempataan saat wanita ramping yang sedang berbicara, pria B bergegas maju, dan mengulurkan tangan untuk menyembunyikan sekop yang tadi di tangan Gandi.

Dia telah memastikan targetnya, kali ini dia pasti akan menang.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu