Cinta Yang Dalam - Bab 70 Kalau Ada Pilihan

Rasa sakit mendera, Gandi menahannya tanpa berani mengeluarkan suara.

Melirik ibunya, mengetatkan rahangnya, namun tidak berlutut.

Di lutut pria ada emas, dia tidak boleh berlutut.

“Bagus, bagus sekali, sudah hebat ya.” Melihat Gandi tidak menuruti kata-katanya, Nyonya Tirta mengambil tongkat pemukul yang terbuat dari bamboo, dia kesal sampai tangannya gemetar, berkata dengan penuh amarah.

Nyonya Tirta menarik telinga Gandi kearah depan, menunjuk kursi dibalik meja kerja dan berkata : “Ketika itu ayahmu juga duduk di tempat ini. Seumur hidupnya selalu begitu perhatian pada keluarganya, sama sekali tidak pernah membuat masalah apapun, menganggap martabat keluarga Tirta jauh lebih penting daripada harga dirinya sendiri. Namun kamu terus menerus membuat nama baik keluarga Tirta rusak, apakah akmu tidak merasa bersalah padaku, pada ayahmu, pada leluhur keluarga Tirta?”

Setiap kata yang diucapkan Nyonya Tirta, langsung menusuk lubuk hati terdalam Gandi.

Dirinya sekarang juga merasa sangat kacau.

Kalau ada pilihan, dia rela tidak ada yang terjadi ketika itu.

Julia tetap seorang artis yang memikirkan berbagai cara untuk mendapatkannya, dan dia mungkin bisa menerima pernikahannya dengan Neva apa adanya.

Pernikahan dengan Neva?

Gandi berpikir sampai disini, langsung merasa kacau, kenapa dia bisa tiba-tiba memikirkan Neva?

Neva wanita yang begitu kotor, meskipun dia berlutut dihadapannya, dia juga tidak akan menikahinya!

“Maaf, ibu, aku yang salah dalam bertindak.” Gandi melihat wajah ibunya yang marah sampai wajahnya merah padam, hanya bisa pasrah mengakui kesalahan.

“Satu kata maaf, apakah cukup untuk menyelesaikan semua masalah?” kali ini Nyonya Tirta tidak berencana melunak, dia ingin menghajar Gandi dengan baik kali ini.

Gandi tahu maksud ibunya, namun dia tidak ingin melawan hati nuraninya.

Karena ketika itu terjadi hubungan seperti itu dengan Julia, maka dia harus menikahi Julia.

“Kalau begitu katakanlah, apa yang harus kulakukan?”Gandi juga tahu kalau kali ini ia harus mengikuti apa yang ibunya mau.

Dia bukannya ingin dihukum oleh ibunya, hanya saja dia tahu kondisi kesehatan ibunya tidak baik, dan marah itu sungguh merusak tubuh.

“Ketika kamu melakukan hal ini, apakah kamu memikirkan perasaan istrimu?” Nyonya Tirta memukul lengan Gandi dengan pemukul bamboo, seperti seorang guru yang sedang memarahi muridnya.

Memikirkan perasaan Neva? Mendengar apa yang ibunya katakan, Gandi malah merasa lucu.

Untuk apa memikirkan perasaannya? Ketika dia melakukan hal memalukan itu, apakah dia memikirkan bagaimana perasaan suaminya ketika mengetahui hal itu?

Gandi berkata dengan datar : “Tidak, tapi kelak aku akan memikirkannya terlebih dahulu.”

Gandi sama sekali tidak menyadari kalau dia menganggap dirinya sebagai suami Neva tanpa sadar.

“Kelak, kelak, masih ada berapa kali kelak!” melihat sikap putranya yang seperti ini, Nyonya Tirta langsung mengamuk, tongkat bamboo melayang ketubuhnya berkali-kali.

Gandi merasa sakit, namun dia tetap berusaha menahannya.

Dna ini membuat Nyonya Tirta semakin kesal, pukulannya juga makin sadis, terus menerus memukuli dan memarahinya.

Neva di lantai bawah mendengarkan suara Nyonya Tirta yang begitu murka, seketika merasa begitu panic.

“Fendi, menurutmu ibu marah sampai seperti ini, apakah tidak akan merusak kesehatannya?”

Neva melihat Fendi yang duduk disamping sambil mengetik dengan wajah sumringah dan tidak perduli.

Fendi terhenti sejenak, berkata tanpa mengangkat kepalanya : “Meskipun mempengaruhi kesehatannya, paling tidak ibu harus melampiaskan amarah dalam hatinya, kalau hanya dipendam, itu akan lebih merusak tubuhnya.”

Seolah tidak perduli dengan tubuh kakak keduanya yang dipukuli.

Toh ibunya tidak akan memukul kakaknya sampai mati. Kalau dibandingkan kakak ipar kedua dengan wanita yang bernama Julia itu, Fendi merasa jauh lebih menyukai kakak iparnya ini.

Neva menghela nafas sambil mengetuk meja didepannya : “Sudah, kamu jangan main lagi, coba naik dan bujuklah mereka. Terserah bujuk ibu atau Gandi, bagaimana pun mereka ibu dan anak, rebut seperti ini juga tidak baik.”

Sebagai menantu, Neva tidak punya wewenang untuk membujuk.

Karena begitu Nyonya Tirta melihatnya, dia akan merasa semakin bersalah.

“Kakak ipar, kamu tidak perlu ikut campur urusan mereka. Setelah menjadi anaknya selama bertahun-tahun, mungkinkah aku tidak tahu sifat ibu? Ibu sangat keras kepala, setelah memukul kakak kedua beberapa kali, amarahnya akan reda, lalu sudah. Mengenai kakak kedua, kulitnya sangat tebal, tidak masalah dipukuli seperti itu.” Fendi berkata dengan cuek disamping.

Neva tidak bersuara, dia langsung mengangkat wajahnya dan melirik, melihat wajah Neva yang masih begitu cemas, ia lanjut menenangkan : “Kedua kali ini bukan apa-apanya, kamu tidak tahu saja ketika itu kakak kedua ngotot ingin menikah wanita bernama Julia itu, membuat ibu marah setengah mati, hampir sama membuat kakak kedua diusir dari keluarga. Daripada memikirkan hubungan kakak kedua dan ibu, lebih baik kamu memikirkan cara agar ibu bisa lebih cepat memiliki cucu, dengan begitu ibu tidak akan punya banyak waktu luang untuk mengurusi urusan kalian. Kakak kedua setelah memiliki anak juga bisa lebih anteng….”

Ucapan Fendi ini seketika membuat hati Neva bergetar.

Sepertinya ini cara menyelesaikan masalah yang paling baik?

Tapi anak ini, perlu jodoh antara sperma dan sel telur untuk bertemu, tidak bisa dijodohkan seperti pernikahan masal.

Gandi jarang sekali menyentuhnya, dan dia selalu menjaga dengan sangat baik, sama sekali tidak membiarkannya punya kesempatan untuk hamil.

Ketika Neva berpikir sampai disini, ia langsung sadar.

Bukankah hanya tersisa setengah tahun, untuk apa hamil, dia cukup bersabar dan bertahan sebentar lagi saja.

Ketika dia memikirkan ini, pintu ruang baca diatas tiba-tiba terbuka, lalu terbanting dengan kencang.

Nyonya Tirta turun dengan sangat kesal, lengan bajunya sampai tergulung, peluh memenuhi wajahnya, kelihatannya apa yang dirasakan oleh Gandi tidak akan enak.

Neva segera menghampiri dan memapah Nyonya Tirta untuk duduk.

“Ibu, sudah jangan marah, Gandi sudah tahu salah.” Neva membujuk disampingnya.

Fendi juga sudah meletakkan ponselnya sejak tadi, ia juga ikut membujuk ibunya untuk jangan marah lagi.

“Tahu salah? Kalau hari ini dia tahu salah, potong telinga ini!” Nyonya Tirta yang biasanya begitu anggun, tiba-tiba berkata kasar.

Neva yang mendengarnya hanya bisa membisu sambil menggeleng dengan senyum pahit, ia mengambilkan segelas air.

Kali ini ia mendengar suara pintu ruang baca lantai atas terbuka lagi, Gandi turun perlahan.

Ketika dia berjalan mendekat, Neva baru melihat kalau ada satu garis di wajah Gandi yang membengkak.

Dan garis ini seolah hasil pukulan benda keras yang dipukulkan dengan kuat!

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu