Cinta Yang Dalam - Bab 328 Dia Hampir Mati
Begitu jet coaster melaju turun, kaki Ramon terasa lemas, namun dia tetap berpura-pura tidak terpengaruh.
Sementara Winda masih sedang berpikir apakah mau naik sekali lagi atau tidak.
“Winda, belakangan ini sedang trend film Pria dan Wanita Jomblo, apakah kamu sudah menontonnya? aku sudah memesan tiketnya, ayo kita pergi bersama!”
Ramon berkata sambil menarik pergi Winda .
Namun kali ini, namun tiba-tiba rasa pusing melanda dan membuat tubuhnya terasa begitu berat, sehingga langsung terjatuh menindih Winda .
Winda baru berpikir untuk menjawab kalau dia sudah menontonnya, namun Ramon tiba-tiba pingsan, membuatnya sangat terkejut.
“Ramon, kamu tidak apa-apa?”
Untungnya rasa pusing itu datang dan pergi dengan cepat, Ramon bangkit berdiri, menggelengkan kepalanya agar sedikit lebih sadar : “Tidak apa-apa, mungkin karena tadi naik je coaster sehingga hilang keseimbangan.”
Mereka berjalan keluar dari taman bermain, Winda melihat jam, sudah jam 12, sudah waktunya makan siang.
Awalnya Ramon ingin memilih sebuah restoran western, namun Winda tidak suka dengan makanan western.
Kebetulan dia tahu ada sebuah restoran Chinese yang baru buka, sehingga mengajak Ramon pergi kesana.
Setelah tiba di tujuan, Ramon pergi memarkir mobil, sementara Winda menunggu di depan pintu utama.
Matahari siang sangat menyengat, dia berteduh dibawah tempat yang teduh. Begitu melihat Ramon berjalan dari parkiran, dia langsung menghampirinya.
Tepat disaat ini, dia melihat Ramon yang ada diseberangnya melambaikan tangan sekuat tenaga kearahnya.
Dia masih belum paham, seketika suara knalpot motor yang kencang terdengar, kalung yang berada di lehernya ditarik dengan kuat, seketika rasa sakit yang menusuk mendera lehernya, berikutnya terdengar suara kalung yang putus.
Rasa panas perlahan mendera lehernya, dia tercengang sesaat, baru sadar apa yang sedang terjadi, ternyata dia bertemu jambret.
Kali ini Ramon sama sekali tidak memperdulika jambretnya, dia langsung berlari dan memapahnya, lalu bertanya dengan panic : “Winda, kamu baik-baik saja?”
Melihat bekas darah yang ada di leher Winda, ekspresinya berubah tajam.
Winda baru sadar dari rasa kagetya, teringat pemilik kalung itu, seketika panic, menunjuk motor yang masih terjebak macet dan tidak bisa melaju lagi sambil berteriak : “Kalung, kalung!”
Ramon melihat kearah penjambret, dia perlahan mengusap rambut Winda yang berantakan sambil menenangkannya : “Jangan takut, aku akan merebutnya kembali untukmu!”
Setelah mengatakannya, Ramon langsung melesat kearah penjambret.
Kebetulan ada sebuah motor besar yang berjalan kearah restoran, Ramon menghadang pengendara itu, lalu berkata beberapa patah kata, pengendara itu langsung menyerahkan motor padanya.
Winda khawatir pengejaran dengan motor akan berbahaya, karena kalau kalung hilang masih bias dibeli lagi, kalau sampai terjadi sesuatu pada orangnya, maka tidak akan ada obat untuk penyesalan.
Dia segera berteriak : “Ramon, tidak perlu dikejar, terlalu berbahaya!”
Namun Ramon malah memberikan isyarat serahkan saja padanya, lalu menancap gas dan melaju dengan kencang menggunakan motor.
Winda mengejar dibelakang sampai seratus meteran, melihat kearah dia menghilang, tiba-tiba ada perasaan tidak enak yang menghampiri hatinya.
Disana ada dua orang pencopet, Ramon hanya seorang diri, apakah tidak bahaya?
Dia harus kembali dengan selamat!
Dia segera menelepon Arya Yang untuk memberitahukan situasi yang terjadi disini.
Winda sama sekali tidak tahu kalau Ramon adalah ahlinya pengendara motor.
Ketika masih sekolah, dia pernah menduduki juara di perlombaan Motor Cross .
Namun akhirnya harus mengurus perusahaan, sehingga perlahan meninggalkan hobinya ini.
Dia mengejar kedua pencopet itu dengan kecepatan tinggi, motor yang dipakai pencopet hanyalah motor biasa, membuatnya bisa mengejarnya dengan mudah.
Dengan satu tikungan, belakang motornya menyengol ban depan motor pencopet itu.
Kecepatan 100 km/jam lebih, stang motor pencopet menjadi tidak stabil, setelah goyang sesaat, mereka langsung terjatuh.
Ramon memarkir motor di pinggir jalan, berjalan kehadapan salah satu pencopet.
Dia masih ingat dengan sangat jelas, dialah yang menjambret kalung Winda .
Pria itu mengatakan serentetan bahasa inggris, karena sudah terkena batunya, tidak berhentinya meminta ampun.
Ramon mendekat, lalu menendang satu kakinya yang terluka.
“Dimana kalungnya?”
Orang itu ketakutan sampai mengeluarkan kalung dari dalam tas dan memberikannya pada Ramon .
Ramon menunduk dan mengambil dengan santai.
Melihat bekas darah diatas kalung itu, ekspresi wajahnya menjadi semakin tajam.
Memukul kedua orang ini hanya akan mengotori tangannya. Namun tidak mengapa, akan ada orang yang memberi mereka pelajaran.
Di Australia, merampas barang adalah criminal yang berat.
Dia mengeluarkan ponsel, menelepon polisi, lalu menyebutkan posisinya.
Begitu pencopet mendengar dia melapor polisi, dia langsung panic, berusaha meronta ingin melarikan diri. Ramon dengan satu tendangan menginjak siku lututnya, membuat pencopet itu tersungkur.
Suara sirine mobil polisi perlahan terdengar mendekat, polisi di Australia sungguh sigap dan cepat.
Ramon melirik pencopet yang satunya lagi, kali ini dia bangkit dengan terhuyung, ekspresi wajahnya terlihat begitu jahat.
Dia tersenyum dingin, nasi sudah menjadi bubur, pencopet yang satu ini juga tidak akan bisa kabur.
Kalau bukan karena merasa mengotori tangannya, dia sungguh ingin membuat kedua pencopet ini menghilang dari dunia ini.
Berani menyakiti wanitanya, maka mereka harus bersiap mati!
Dia baru berbalik ingin menyambut polisi yang datang, tiba-tiba terdengar suara tembakan.
Dan Ramon belum sempat merespon suara ini.
Tubuhnya tersentak, melihat warna merah yang muncul di dadanya, pandangan matanya perlahan menjadi rabun, dan tubuhnya tumbang di lantai.
Dia terkena tembakan, namun kali ini entah kenapa tiba-tiba dia tidak takut mati.
Hanya merasa tidak rela, dia sudah berjanji pada Winda akan melindunginya seumur hidup!
Winda berjalan mondar mandir didepan pintu restoran, matahari yang panas sudah menjemurnya sampai wajahnya dipenuhi keringat.
Namun dia sama sekali tidak memiliki suasana hati untuk mengusap keringatnya.
Dan disaat ini, ponselnya tiba-tiba berdering.
Ketika melihat Ramon yang menelepon, dia segera mengangkatnya : “Ramon, kamu dimana? Kalungnya sudah tidak mau lagi, kita bisa membelinya, kamu cepatlah kembali!”
“Hallo, apakah anda adalah teman tuan ini? Saya adalah pihak kepolisian Kota Orton, dia baru saja tertembak, sekarang sudah dijalan menuju rumah sakit pusat, untuk penanganan darurat butuh tanda tangan pihak kleuarga, mohon anda segera datang!”
Kepala Winda seketika blank, ponsel ditangannya terjatuh ke lantai sampai layarnya hancur.
Sama seperti hatinya yang juga hancur berkeping-keping.
Dia menhadang sebuah taxi dengan tergesa-gesa, meminta supir melaju secepat mungkin ke rumah sakit pusat.
Karena dia terus mendesak, akhirnya supir mulai merasa kesal.
“Nona, didepan adalah penyebrangan, aku tidak bisa menambah kecepatan….”
Setibanya di rumah sakit, dia langsung melihat mobil polisi yang terparkir dibawah.
Dia bertanya kepada polisi yang berjaga, lalu diantar ke ruang gawat darurat.
Lampu merah ruang darurat terlihat begitu menusuk.
Seorang polisi paruh baya berjalan menghampiri : “Hallo, yang tadi kutelfon adalah anda bukan?”
Winda menjawab dengan kaku, melihat cahaya lampu merah yang begitu menusuk mata, terpaku sejenak baru berkata : “Pak polisi, dia, dia tidak apa-apa kan?”
Polisi paruh baya itu menghela nafas, dia tidak tega mengatakan hal yang sebenarnya, namun dia harus mengatakan hal yang sebenarnya.
“Peluru menembus jaringan paru-parunya, dokter sedang berusaha menolongnya, namun anda tetap harus mempersiapkan hati anda…….”
Apa yang polisi katakan membuat tubuh Winda lemas seketika, hampir terkulai di lantai.
“Apakah, apakah membahayakan, membahayakan nyawanya?”
Dia bertanya dengan terbata, dia sungguh berharap bisa mendapatkan jawaban yang sebaliknya dari mulut polisi.
Namun polisi paruh baya ini memapahnya, setelah membiarkannya duduk, dia berkata sambil mengetatkan bibirnya : “Uhm, semoga tuan ini bisa bertahan.”
Polisi sudah pergi, Winda duduk di atas kursi, menatap pintu gawat darurat yang tertutup rapat dengan tatapan kosong.
Alangkah baiknya kalau saat makan dia mendengarkan apa yang dikatakan Ramon .
Namun dia sengaja pergi sejauh itu, dan akhirnya malah terjadi hal seperti ini.
Bukankah kalungnya hanya diambil oleh penjambret? Kenapa harus menyuruhnya mengejarnya!
Ternyata, dia bukanlah orang yang murah hati!
Winda tenggelam dalam penyesalan yang dalam, dan disaat ini Arya dan Elvan sudah tiba.
“Winda, apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?”
Winda memeluk kakinya, kepalanya terbenam dalam lengannya, bahunya sedikit bergetar.
“Kakak kedua, semua salahku, aku yang menyelakai Ramon !”
Winda mengangkat kepalanya, matanya dipenuhi airmata yang meluap.
Saat ini Arya melihat bekas darah di leher Winda, amarah langsung memancar dari tatapan matanya, dia berkata dengan nada berat : “Bukan salahmu, yang bersalah adalah kedua poncopet brengsek itu! Elvan, segera bawa nona untuk mengobati lukanya.”
“Baik.” Elvan memapah Winda, namun Winda malah menggeleng dan berkata : “Kakak kedua, aku tidak ingin pergi kemana pun, aku ingin menunggu sampai Ramon melewati masa kritisnya.”
“Kalau telat diobati, maka akan meninggalkan bekas. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan Ramon, aku yang akan menunggunya.”
Setelah Arya mengatakannya, ia langsung memberi isyarat pada Elvan .
Kali ini Winda tidak lagi melawan, dia tahu apa yang kakak keduanya lakukan untuk kebaikannya.
Setelah masuk ruang perawat, duduk dikursi, dokter membersihkan lukanya dengan alcohol secara hati-hati.
Lukanya sangat dalam, hampir saja memotong urat nadi di leher.
Agar tidak meninggalkan bekas, dia tidak berani menjahitnya.
“Nona Yang, tahan sebentar, aku akan mengoleskan obat.”
Setelah dokter mengatakannya, dia mulai membuka luka dengan cotton bud dan membubuhkan bubuk obat.
Karena terkena obat bubuk, rasa sakit langsung melanda, membuat tubuh Winda menjadi tegang.
Elvan yang melihat dari samping juga merasa sungguh bersalah.
Pagi ini dia sudah berencana mengikuti Winda, untuk menjaga keselamatannya.
Namun Winda berkata kalau dia bersama dengan Ramon, tidak akan mengalami bahaya.
Karena takut mengganggu mereka, setelah ragu sejenak, dia tetap tinggal di Kediaman Yang.
Luka seperti ini, bagi dirinya yang sudah pernah menderita luka karena pertarungan dan luka tembak, ini sama sekali tidak bisa dianggap luka.
Namun bagi Nona besar, ini akan menjadi trauma yang cukup besar.
Ini sudah kedua kalinya tidak menjaga Nona besar dengan baik, untuk seorang penjaga, ini sungguh memalukan.
Melihat alis Winda yang mengkerut erat, Elvan menundukkan kepala dan berkata penuh maaf : “Maaf, Nona, aku gagal melindungi anda dengan baik.”
Winda ingin tersenyum untuk menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja.
Namun dia sungguh kesakitan, saat ini bahkan untuk mengerjapkan mata saja terasa bagaikan tertusuk jarum.
Setelah 15 menit, dokter baru selesai membubuhkan obat, lalu menempelkan plester yang bisa merekatkan bekas luka, baru selesai mengobati lukanya.
“Usahakan jangan banyak menggerakkan leher, sebelum lukanya menyatu jangan sampai terkena air.”
Setelah dokter berpesan langsung meninggalkan ruangan, Winda meluruskan lehernya, hendak bangun dengan tubuh kaku.
Elvan melihatnya dan langsung berkata : “Nona, tunggu sebentar.”
Dia berjalan keluar dari ruang perawat, mencari sebuah kursi roda, lalu kembali untuk mendorong Winda keluar.
Ketika tiba di ruang gawat darurat, lampu merah di ruang gawat darurat masih menyala.
Hati Winda sudah mengekrut menjadi satu, tatapannya mengarah ke kearah pintu ruang gawat darurat, bagaikan bisa merasakan penderitaan yang dialami Ramon saat ini.
Arya berdiri, melihat luka yang sudah diobati, berkata dengan perlahan : “Tenang saja, tulangnya begitu kuat, pasti akan baik-baik saja!”
Kelopak mata Winda memerah, airmata yang sudah dia tahan, saat ini kembali memenuhi matanya.
“Kakak kedua, semua salahku! Katakan padaku, apakah aku adalah seorang pembawa sial?”
Novel Terkait
The Revival of the King
ShintaMeet By Chance
Lena TanCinta Di Balik Awan
KellyCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinCEO Daddy
TantoWaiting For Love
SnowAwesome Guy
RobinCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip