Cinta Yang Dalam - Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
Wajah Neva memerah dalam sekejap, terasa sangat panas membara membuatnya ingin mencari celah di dinding untuk masuk ke dalamnya.
Ketika pria ini mengucapkan ucapan yang memalukan ini, dia sama sekali tidak mempertimbangkan kalau Neva adalah wanita yang sangat pemalu.
"Tuan Gandi, ini, em bagaimana kalau kamu ... kamu ..." Neva ingin mengatakan kalau dia ada di bagian bawah saja. Karena jika di atas, itu akan sangat memalukan.
Gandi melihat bagaimana dia ingin bicara tapi berhenti tiba-tiba. Dia pun segera mengerti apa yang Neva maksud.
Dia berdiri, menindih Neva di bawah tubuhnya lagi dan berkata, "Kamu sendiri yang memilih ini!”
Sebelum Neva selesai tawar-menawar, Gandi sudah membungkuk dan mencium bibir Neva.
Dia menciumnya mengikuti bibirnya lalu menggigit daun telinga Neva, menggodanya dengan lembut.
Ini adalah bagian yang sangat sensitif, Neva tiba-tiba gemetar.
Saat ini, Gandi sudah membuka kaki Neva. Di bawah bagian tubuh Neva, entah mulai kapan sudah kehilangan penjagaannya.
Tubuh Gandi perlahan maju ke depan. Dia sangat menikmati Neva yang sedang malu-malu.
Ketika Neva keras kepala dengannya, sepenuhnya berada di dua level berbeda.
Semakin lama dia menghabiskan waktu dengan Neva, semakin dia merasa kalau Neva adalah makhluk yang cantik, makhluk cantik yang membuatnya tidak berhenti berhasrat.
Pada saat ini, Neva mengulurkan tangan dan tiba-tiba menggenggam bagian panas tubuh Gandi.
Gandi tercengang, Neva pun juga tercengang.
Padahal, niat Neva hanya ingin menghentikannya.
Siapa sangka malah langsung tergenggam...
Wajah Neva sangat merah dalam sekejap seperti akan berdarah saking merahnya.
"Istriku, mungkinkah kamu ingin melakukan pemanasan permainan yang berbeda hari ini?"
Mereka berdua sudah dewasa, Gandi tidak keberatan dengan berbagai permainan seks di antara suami dan istri.
Walaupun terakhir kali Gandi yang memaksa Neva, tapi kali itu Neva juga yang membuatnya marah dan rasanya muntah darah.
Tubuh Neva langsung gemetaran. Dia pun segera melepas genggaman tangannya. Tapi begitu melepaskan tangannya, Gandi malah mendorongnya dan menghentikannya.
Sekarang Neva panik dan hanya bisa menggenggamnya lagi.
"Tuan Gandi, jangan ...memintakuku mengatakan sesuatu, oke?"
Gandi menggunakan tindakan langsung untuk mewakili jawabannya.
Dia membungkuk, membuka penutup di depan tubuh Neva dengan tangannya, lalu mencium ke bagian lembut di tubuhnya.
Neva mendesah, kedua kakinya tanpa sadar menjepit di tubuh Gandi. Tangannya mengendur dan kemudian seluruh dirinya merasakan kepuasan yang tak terlukiskan.
"Satu, satu kali saja... kalau terlalu banyak, itu akan menyakitkan ..."
Tawar menawar Neva yang terakhir. Setelah itu dia pun tenggelam dalam lautan serangan Gandi.
Mbok Ting sedang mengerjakan tugas rumah tangga di lantai bawah, jadi Neva takut mengeluarkan suara yang mencurigakan.
Di bawah gelombang serangan Gandi, dia mencoba yang terbaik untuk menahan suaranya di tenggorokannya.
Tapi penahanan seperti ini malah membuat Gandi jadi tidak puas dan tidak senang.
Dia menyukai suara Neva yang elegan, serta gelombang kecil pada suara lembut wanita itu yang memberinya dampak mental yang besar dan sangat memuaskan.
“Kenapa, tidak bersuara?” Bibir Gandi menyapu leher selembut giok Neva.
Perasaan lembut dan licin membuat tubuh Neva memerah.
"Tuan Gandi, bisakah kamu lebih cepat? Mbok Ting, ada di bawah!"
Ekspresi di wajah Gandi tertegun, wanita ini ya! kalau tidak bisa mengatakan hal yang romantis kalau begitu jangan mengatakan apa-apa.
Mana ada yang menyuruh seorang pria melakukan semua ini dengan cepat? Apa tiga detik?
Gandi tanpa sadar menindih dengan kekuatan besar, seperti senapan mesin yang dengan cepat melakukan gerakan olahraga.
Neva merasa tegang karena rangsangan yang tiba-tiba datang ini.
"Apa seperti ini maksudmu? Apa mau secepat ini?”
Ucapan tegas seperti itu membuat Neva ingin menyusut dan meringkuh di sofa.
Tapi Gandi menariknya dari sofa dan membuatnya duduk di atasnya.
"Jika kamu ingin segera berakhir, itu tergantung bagaimana tindakanmu selanjutnya!"
Gandi menyerahkan panggung kepada Neva, sedangkan dia menjadi penikmat.
Neva pun sedikit malu, pose ini bukan yang pertama kali akhir-akhir ini.
Tapi setiap kali tubuh telanjangnya terkena udara. Itu membuatnya sangat gugup.
Pria ini benar-benar sudah bertindak terlalu jauh.
Dia yang sedang gelisah mencoba menggerakkan tubuhnya beberapa kali. Tapi kesenangan aneh karena langsung sampai akhir membuatnya hampir menjerit.
Dia menahan diri, mencoba mengendalikan semua kesenangan ini.
Tapi pada saat ini, pria di depannya tiba-tiba bergerak dan menyerang dengan cepat dan hampir tidak memberi Neva kesempatan untuk bereaksi.
"Ahhhhh..." Neva akhirnya tidak bisa menahan diri dan akhirnya menjerit dan mendesah.
Detik berikutnya, dia menutup mulutnya dengan erat.
Suaranya yang barusan keluar terlalu keras, Mbok Ting pasti mendengarnya.
Tapi Gandi tidak berhenti, dia menyerang terus menerus membuat Neva tidak bisa menahan diri dan mendesah beberapa kali.
Neva merasa otaknya seperti kehilangan akal sehatnya. Dia terkubur dalam-dalam di lautan hasrat Gandi.
Mencoba melawan? Tidak akan mampu. Kalau begitu taklukkan saja!
Di bawah gerakan intens Gandi, Neva maju dengan sendirinya untuk pertama kalinya.
Setelah itu, tidak ada lagi.
Gandi yang tidak terlalu mengeluarkan kekuatannya, akhirnya langsung menyerang karena diprovokasi oleh gerakan lembut Neva.
Getaran hasrat keras yang umum dikenalnya membuatnya sejenak merasa segala sesuatu di dunia tiba-tiba terasa tidak berarti.
Neva berbaring lemas di atas tubuh Gandi. Dia sekarang bahkan tidak punya kekuatan untuk menggerakkan jarinya.
Tapi kali ini, hal yang memalukan adalah adik kecil Gandi tidak menunjukkan tanda-tanda melunak.
“Masih belum puas?” Tanpa menunggu Neva punya tenaga untuk turun dari tubuhnya, Gandi menggerakkan tubuhnya dan sedikit menggoda.
Neva seolah berada di sisi musuh dan dengan cepat dia langsung turun dari tubuh Gandi.
Namun saat ini dia melupakan hal yang sangat penting, Gandi meninggalkan sesuatu di tubuhnya.
Sisa benda itu meluncur di sepanjang tubuhnya, lalu menetes ke perut Gandi.
Adegan memalukan ini membuat Neva tercengang.
Detik berikutnya, sebelum Gandi sempat merespon. Neva buru-buru mengenakan pakaiannya dan bergegas kembali ke kamar tidur.
Ini adalah pertama kalinya Gandi menghadapi situasi ini.
Dia melihat pemandangan tempat ini tanpa berkata apa-apa, entah kenapa dia berpikir Neva yang baru saja melarikan diri ini sangat imut sekali.
Gandi mengelap tetesan itu dengan santai. Ketika dia berjalan mau kembali ke kamar, dia melirik ke lantai bawah, Mbok Ting sudah masuk ke dalam rumah.
Dia pun membuka pintu kamar dan mendengar suara guyuran air dari kamar mandi.
Tidak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan munculah Neva di depan Gandi dengan tubuh Neva dibalut dengan handuk. Di tangannya dia memegang satu handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya.
Kaki putih dan lembut bagai giok di bawah cahaya lampu memberikan dorongan sesorang untuk menyerangnya.
Celah di bagian dada Neva dan bentuk tubuh Neva serta beberapa tetesan air yang jatuh di atasnya membuat mulut Gandi tiba-tiba kering.
Neva tertegun sejenak, lalu dengan panik berlari kembali ke kamar mandi.
Tidak lama kemudian, ketika Neva keluar lagi dari kamar mandi, dia telah mengenakan jubah mandi yang menutupi seluruh tubuhnya.
Wajah Neva memerah dan dia tidak berani menatap Gandi.
Dia tidak menyangka pria ini akan kembali secepat itu.
Gandi duduk di seberang, tapi tatapan agresifnya tetap tertuju pada tubuh Neva.
Neva ingin mengucapkan beberapa patah kata untuk memecah suasana tenang dan canggung di dalam ruangan ini.
Tapi dia yang biasanya tidak demam panggung, sekarang merasa sangat gugup. Dia sudah memikirkan banyak topik pembicaraan beberapa kali, tapi dia merasa begitu mengucapkan itu malah akan terasa semakin canggung,
Dia akan mengingat sesuatu yang sangat penting yang belum dilakukannya.
Jadi dia pun memaksakan diri dengan berani melewati Gandi, membungkuk di kompartemen ketiga dari meja samping tempat tidur dan mengeluarkan sekotak obat.
Mata Gandi berhenti dalam-dalam di kotak pil obat itu, lalu berkata, "Bukannya obat ini akan membuatmu tidak nyaman!"
Neva mengiyakan. Urusan menstruasinya kali ini sedikit tidak normal. Dan setiap kali setelah minum obat itu, perutnya sakit dalam waktu yang cukup lama, seperti terkena beberapa pukulan di perutnya.
“Kalau begitu jangan minum,” kata Gandi lagi.
Dengan memunggungi Gandi, senyum pahit terlintas di wajah Neva.
Tidak perlu meminumnyakah?
Jika tidak ada kejadian sebelum ini. Mungkin dia bisa saja tidak meminumnya.
Tapi begitu teringat dulu pernah ada nyawa di dalam rahimnya. Dia tidak bisa untuk tidak memerintahkan dirinya melindungi diri. Ketika dia berpikir semua ini, tiba-tiba hatinya penuh dengan rasa sakit dan pahit.
Dia dari dulu bukanlah orang yang kuat. Sering kali dia terpaksa berpura-pura terlihat kuat.
“Tuan Gandi, kedepannya kamu harus bisa mengontrol diri dan menggunakan alat kontrasepsi dulu. Maka dengan begitu aku tidak perlu meminum obat ini.”
Tahun baru telah tiba. Tapi Neva tidak dapat kembali pulang untuk menghabiskan tahun baru bersama Nana.
Dia sangat merasa bersalah. Meskipun Nana tidak mengatakan apa-apa, tapi melihat matanya yang merah sembab, anaknya itu pasti sangat merindukan dirinya.
Tante Chen bilang kalau dia mendengar tangisan samar di kamar Nana beberapa kali.
Nana jelas seorang gadis kecil, tapi dia terpaksa harus menjadi lebih dewasa.
Malam tahun baru akan pulang ke rumah kediaman keluarga Tirta. Dini hari ini Neva sudah menyiapkan satu koper besar dan tas kecil untuk pulang bersama dengan Gandi.
Di depan pintu rumah kediaman keluarga Tirta ini ada sepuluhan lebih mobil mewah terparkir. Semuanya adalah mobil mewah terbaik.
Neva terkejut, bagaimanapun dia hari ini menghabiskan harinya di rumahnya sendiri.
Dia sudah lama berada di keluarga Tirta. Dia merasa keluarga Tirta sedikit orangnya dan sepertinya tidak banyak punya kerabat!
Ternyata dia yang salah mengira. Karena ketika menikah, Gandi tidak muncul jadi Shinta tidak membiarkan Neva bersulang dengan para kerabat.
Banyak kerabat yang Neva tidak tahu.
Keluarga Tirta adalah keluarga yang besar sekali, hanya pada generasi ayah Gandi saja mulai ada yang lajang atau hanya punya satu anak.
Setelah Gandi masuk, Gandi menyapa memanggil para kerabatnya. Neva pun ikut memanggil para bibi dan paman.
Gandi memiliki dua paman, tiga bibi dan dua kakek dan banyak saudara.
Neva terus menyapa hingga dia sampai bingung melihat banyak orang. Dia menerima begitu banyak angpao hingga dia hampir tak bisa memegang semua angpao itu.
Terlalu berat, tumpukan yang begitu tebal. Sepertinya jumlah di dalamnya bisa puluh milyaran.
Shinta juga memberikan angpao kepada Neva. Lalu, dia melepaskan sebuah gelang giok dari pergelangan tangannya dan memasangkan gelang giok itu ke tangan Neva dan berkata, “Ini adalah gelang giok yang diberikan oleh nenek Gandi kepadaku. Dan sekarang aku akan mewariskannya ke istri dari keturunan keluarga Tirta ini.”
Neva tidak tahu harus berbuat apa. Dia mendorongnya pelan untuk menolak Shinta memasangkan gelang giok itu, lalu berkata dengan suara pelan, “Bu, kamu sekarang masih cantik dan masih muda. Gelang giok ini sangat cocok sekali denganmu. Aku tidak mau.”
Shinta tersenyum, lalu dia menarik Neva mendekat dan memasangkan gelang giok itu.
Ada beberapa tetua yang hadir dan wajah mereka sedikit terkejut ketika melihat Neva mengenakan gelang giok itu.
Karena seorang wanita yang mengenakan gelang giok ini, maka itu berarti dia adalah wanita yang telah diakui oleh keluarga Tirta. Kedepannya adalah nyonya Tirta. Posisi ini tidak akan ada yang bisa mengubahnya.
Novel Terkait
Kembali Dari Kematian
Yeon KyeongJalan Kembali Hidupku
Devan HardiMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiSomeday Unexpected Love
AlexanderCinta Tapi Diam-Diam
RossieMy Secret Love
Fang FangKamu Baik Banget
Jeselin VelaniCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip