Cinta Yang Dalam - Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu

Dania tidak menjawab Winda. Momen ini, matanya hanya ada Gandi, tidak bisa menampung orang lain lagi.

Menghadapi tatapan iri dan cemburu yang tak terhitung jumlahnya, Winda hanya bisa mengikuti kerumunan melangkah maju secara pasif.

Gandi sudah berjaga di ujung satu-satunya jalan keluar. Setelah Winda datang, dia mengulurkan tangan dan membuat gerakan mempersilakan dengan sikap yang sangat lembut.

Winda ingin mengabaikan Gandi, tetapi gerakan Gandi dilakukan tepat ketika dia hendak lewat.

Dia mendengar teriakan di samping "Ah! Dia, apakah dia sedang mengundang aku?"

Lalu ada sedikit kekacauan di kerumunan. Winda menoleh dan menemukan bahwa gadis yang barusan berteriak itu pingsan. Dia merasa sangat konyol.

Wajah Winda tampak heran, emosi langsung diekspresikannya di wajah.

Perlukah sampai segitunya ... pria tampan di televisi tidak lebih buruk dari Gandi!

Winda selalu menikmati pria seperti ini setiap hari, dia tentu tidak tahu seperti apa perasaan orang-orang yang tidak pernah bertemu pria tampan dan sangat mendambakan pria tampan.

Pria tampan, kaya dan hidup, muncul di hadapan.

Guncangan ini cukup membuat sebagian besar rekan-rekan wanita Young Entertainment tak bisa bergerak, membiarkan para penonton menghimpit mereka sampai keluar dari kerumunan.

Sedangkan Winda, setelah dipersilakan oleh Gandi, lengannya langsung ditarik. Dia keluar dari kerumunan dan berdiri sendirian di depan Gandi.

Orang-orang yang tadinya masih ragu sekarang langsung dipaparkan kenyataan. Adegan selanjutnya diikuti dengan tatapan sengit dari para penonton, semua itu seolah akan membakar Winda.

Matahari sore masih sedikit terik. Sinar matahari agak menyilaukan, Winda menghalangi mata dengan tangan.

Apakah gerakan itu berniat menghalangi sinar matahari atau memblokir tatapan sengit, hanya dia sendiri yang tahu.

Gandi memandang Winda dengan tenang. Melalui kacamata hitam, matanya yang dibanjiri cinta masih bisa terlihat.

Tapi cinta seperti itu membuat Winda merinding.

"Kamu, kenapa kamu di sini?"

Winda menyusun kata-kata di dalam hati sebelum menyampaikannya.

Gandi memandangi tangan kosong Winda, ekspresi wajah sedikit berubah.

Setelah sekian lama dirinya mengirim bunga, dia tidak pernah melihat bunganya dibawa oleh wanita ini.

Mungkinkah semua bunga itu ditumpuk di kantor wanita ini sebagai sampah?

Jangan tanya mengapa Gandi tahu Winda tidak pernah membawa pulang bunganya, karena hal-hal yang dipedulikan oleh Presdir Tirta tentu akan diperhatian oleh asistennya, Rey.

Selain mengatur orang yang mengirim bunga setiap hari, Rey juga mengutus dua orang yang bertanggung jawab untuk mengawasi Young Entertainment atau mengawasi Winda yang bekerja di Young Entertainment.

Sebenarnya, perjalanan yang dilalui Winda setiap hari telah dilaporkan kepada Gandi, tempat parkir bawah tanah, jalan biasa dan pintu belakang.

Oleh karena itu, bukan tidak masuk akal bahwa Gandi bisa membuntukan jalan mundur Winda dengan begitu mudah.

“Aku datang untuk menjemputmu.” Kata Gandi dengan nada ringan. Kata-kata itu mengandung cinta yang tak terkira.

Keempat kata itu tidak terlalu keras atau terlalu kecil, kebetulan dapat terdengar oleh para gadis di belakang Winda.

Begitu suaranya terdengar, Winda bisa merasakan tatapan di belakangnya berubah dari sengit menjadi kebencian yang lebih dalam.

Winda mendesah di dalam hati. Pria ini menyebabkan gelombang kebencian mengelilingi tubuhnya melalui metode yang tak kasat mata!

"Aku bisa pulang sendiri!"

Winda maju selangkah, mengecilkan suara, nada jelas menyatakan pada Gandi bahwa dia tidak perlu dijemput orang.

Namun sebagai gantinya, sudut mulut Gandi sedikit terangkat.

"Kalau begitu, aku jadi supirmu!"

Begitu Gandi tersenyum, para gadis di belakang Winda kembali berteriak dengan ribut lagi.

"Wow, dia tersenyum, dia tersenyum, tampan sekali, sungguh menggoda!"

"Hei, cepat, foto, foto. Kalau video ini diunggah di Tiktok, pasti bakal populer!"

"Aku sangat iri pada Direktur Winda, dari mana dia mendapat pria kaya seperti ini!"

...

Kata-kata di belakang seolah menempatkan Winda di tengah membakarnya api.

Dia merasa tidak nyaman, tapi itu tidak berarti Gandi akan merasa tidak nyaman juga.

Gandi melangkah maju, menyodorkan bunga di tangan dengan gerakan anggun.

Dalam suasana seperti ini, suhu memang terasa lebih tinggi. Alhasil, lapisan keringat halus segera melapisi dahi Winda.

Dia bisa merasakan bahwa semua tatapan kerumunan tertuju pada bunga di tangan Gandi.

Kini bunga itu menjadi persoalan yang memusingkan.

Meski kesimpulan dari persoalan yang memusingkan ini hanya berlaku untuk Winda sendiri.

"Ambil, ambil!"

"Direktur Winda, cepat terima!"

"Kalau kamu tidak mau, aku mau, Direktur Winda!"

Rekan wanita di belakang awalnya amat membenci Winda, sekarang mereka malah terlihat seperti telah berdiskusi bersama. Mereka berteriak secara serempak agar Winda menerima bunganya.

Winda sangat ragu, kening mengerut erat.

Pandangan Gandi yang lembut dan menyiratkan sedikit aura yang mendominasi itu terkunci pada Winda.

Winda baru saja pulang kerja, telah mengganti seragam kerjanya. Sekarang dia mengenakan pakaian kasual dengan sneakers warna pink. Karena takut kepanasan, kuncir kudanya diikat, ujung rambut sedikit berantakan.

Kulit putih dan lembut, fitur wajah yang elok, serta mata yang membuat orang tenggelam dalam sekejap.

Jika tidak dilihat dengan lebih teliti, tidak akan ada yang percaya bahwa dia sudah memiliki anak.

Winda menahan tekanan di sekitar, tidak mengambil bunga yang ada di tangan Gandi.

Tapi dia tidak menyangka bahwa di dunia ini ada istilah lain yang disebut teman bodoh.

Dania telah sepenuhnya terobsesi pada Gandi, dia berhasil ditaklukkan Gandi dengan menggunakan metode tak kasat mata. Tiba-tiba, dia mendorong Winda

Didorong secara tiba-tiba, Winda terhuyung-huyung ke depan.

Kemudian bunga tampak berada di hadapannya, sementara seluruh tubuhnya jatuh ke dalam pelukan Gandi.

"Nona Winda, apakah kamu harus segitu bersemangat?"

Gandi mengangkat kelopak, pandangan menyapu ke arah kerumunan yang tidak berkurang karena sudah waktunya pulang kerja, sebaliknya malah bertambah semakin banyak dan memblokir pintu masuk Young Entertainment.

Dua lesung pipit di sudut mulut mengekspresikan suasana hatinya saat ini.

Sedangkan Winda menyaksikan semua ini dengan takjub.

Kemudian dia meronta sambil bersuara "Tuan Gandi, jangan asal omong. Aku tersandung dan jatuh ke dalam pelukanmu. Bisakah kamu melepaskan aku?"

Penjelasan Winda tidak mendapatkan respons.

Karena teman bodohnya maju dengan memasang ekspresi kagum serta mata yang tampak berbinar-binar.

“Halo, pacarnya Direktur Winda. Bolehkah aku foto denganmu?

Saat ini pikiran Dania sudah kacau.

Ternyata pria yang mengantar bunga diutus oleh pria ini.

Mengapa Direktur Winda masih ragu-ragu untuk bersamanya padahal dia adalah pria yang begitu tampan dan tidak dapat disaingi oleh pria lain di dunia?

Apakah inilah yang dideskripsikan sebuah kalimat, apa yang tidak bisa didapatkah selalu menjadi yang terbaik?

Pria ini sungguh adalah makhluk langka yang ada di dunia ini!

Direktur Winda begitu cantik, pria juga segitu tampan, ya Tuhan, hatinya bagai akan meluluh.

Dania yang selama ini selalu tenang dan diam kini merasa hatinya benar-benar terpikat oleh pria ini.

Perasaan semacam ini disebut cinta pada pandangan pertama.

Dia bahkan berpikir dalam benaknya, apakah dia mau bertanya kepada Direktur Winda besok. Pria seperti ini tidak boleh disia-siakan jika Direktur Winda tidak menginginkannya.

Dia boleh menggantikan Direktur Winda untuk bersama dengan pria ini.

Tentu saja, premis dari semua ini adalah pria ini harus tertarik padanya.

Melihat Dania mengajukan permintaan seperti ini, Winda yang hendak meronta tiba-tiba tertegun.

"Ya Tuhan Dania, kenapa kamu begitu tidak berguna?"

Namun perkataan Winda diabaikan oleh Dania. Saat ini, mata Dania hanya ada Gandi.

Gandi tahu identitas Dania. Saat Rey menyerahkan laporan, Rey memberi tahu Gandi bahwa Dania adalah asisten Winda di Young Entertainment, termasuk satu-satunya orang kepercayaan Winda di Young Entertainment.

"Maaf, tidak boleh."

Gandi menjawab dengan lugas, sama sekali tidak menyisakan ruang untuk negosiasi.

Tubuh Dania menjadi kaku. Dia memandang Gandi dengan ekspresi tidak percaya, seolah-olah tidak menyangka dirinya yang memohon seperti ini akan ditolak pria ini tanpa memberi sedikitpun muka!

Tidakkah jawabannya terlalu langsung?

"Ke-kenapa?"

Sementara Dania bertanya, Winda yang awalnya merasa Dania amat terobsesi diam-diam menyikut Gandi, berkata dengan suara kecil "Tuan Gandi, dia cuman mau foto bareng, tidakkah kamu terlalu kejam!"

Mengatakan Dania tidak berguna adalah perasaan lain. Kini perasaannya mendorongnya untuk membela Dania.

Gandi menunduk, menatap Winda yang ada di dalam pelukannya, perlahan membungkuk dan mendekati Winda.

Nafas panas pria menyembur di wajah Winda.

Winda memang sudah agak panas. Kini seluruh wajahnya pun semakin merah karena ulah Gandi.

Satu-satunya pikirannya adalah, apakah pria ini gila?

Ada begitu banyak orang di sekitar sini!

Winda hendak mengulurkan tangan untuk menghalangi wajah Gandi yang mendekat.

Namun gerakannya langsung ditahan oleh Gandi yang tidak mengerahkan terlalu banyak tenaga.

Melihat wajah tampan itu semakin dekat, Winda memejamkan mata dengan putus asa.

Pada saat yang sama, dia tidak bisa menyembunyikan perasaan di dalam hatinya. Dia harus mengakui bahwa dia sepertinya tidak menolak pria untuk mengikatnya di sisi, kemudian memperlakukannya dengan ketegasan yang menyiratkan kelembutan.

Winda bahkan sudah mempersiapkan alasan untuk dirinya.

Bukankah semua orang di perusahaan mengatakan bahwa dia menerima pria dari berbagai usia?

Dia ingin menunjukkan kepada semua orang yang menyebarkan rumor bahwa dia tidak pernah kekurangan pria, pria-pria yang menaksirnya justru adalah pria yang luar biasa.

Karena tidak kekurangan pria, dia tentu tidak akan seperti rumor keji yang mengatakan bahwa dia tertarik pada wanita.

Dengan demikian, rumor tersebut dapat dibantah dengan mudah.

Ketika wajah Gandi berjarak tiga sentimeter dari pipi Winda, dia menghentikan gerakannya.

Dia melihat wanita di depannya tidak hanya tidak gugup, sebaliknya malah melihat dirinya dengan mata terbuka.

Senyuman usil menyembul di wajahnya.

Begitu senyum ini muncul, Winda memiliki firasat buruk di hati.

Dia buru-buru berkata "Tuan Gandi, apa yang mau kamu lakukan?"

Sepertinya ingin menambah ketegasan dalam kata-kata, Winda mendorong Gandi lagi.

Tetapi dia sendiri tahu betapa lemahnya kekuatan yang digunakannya untuk melakukan dorongan itu.

Bagi orang luar, itu lebih terlihat seperti bermanja-manja.

"Bukankah kamu baru saja mengatakan aku kejam?"

“Hah?” Jawab Winda secara reaktif. Dia tidak tahu apa maksud Gandi.

"Jadi aku mau menjelaskannya padamu!"

Saat Gandi berbicara, nafas maskulin menyembur di wajah Winda.

Perasaan panas seperti itu membuat wajah Winda memerah seperti pantat monyet.

"Kalau begitu, kamu, cepat, cepat bilang ..."

Winda berusaha menyusun kata-kata yang benar, tetapi dia tidak menyadari bahwa dia kelihatan sangat gugup.

“Oke, aku bilang ya?” Gandi sengaja bertele-tele.

Winda merasakan tatapan penuh kebencian di sekeliling seolah dapat memotong dirinya menjadi beberapa bagian.

Dia seketika menjadi agak emosi, berteriak "Bilang, jangan bertele-tele!"

"Karena setiap perbuatanku hanya boleh dilakukan untukmu. Dalam hatiku hanya ada kamu. Kelembutan dan senyumanku hanya boleh diberikan kepadamu!"

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu