Cinta Yang Dalam - Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda

Neva tidak mengetahui begitu banyak tentang gelang giok itu. Tapi dari pemandangan orang-orang di sekitarnya, dia menyadari kalau gelang giok ini adalah benda yang sangat penting.

Dia melepasnya dan ingin mengembalikannya ke Shinta.

Namun, Shinta menahan dan menghentikannya, lalu berbisik, "Pakailah ini! Mulai sekarang gelang giok yang itu, jangan keluarkan lagi di depan umum!"

Neva tertegun sejenak, sedikit bingung dengan maksud Shinta.

Yang itu? Gelang giok itu?

Hatinya tertegun dan mulai menyadari sesuatu, dia pun sedikit panik, tapi emosi penuh muncul dari hatinya dan matanya pun jadi sembab.

Ibu Tirta ini ternyata mengetahui mengenai masalah gelang gioknya!

“Bu, yang itu..." Neva ingin menjelaskan karena bagaimanapun pengetahuan Gandi saat itu adalah gelang giok itu merupakan bukti kalau Neva punya hubungan lain dengan pria lain.

Tapi Shinta hanya menepuk tangan Neva, lalu berkata, "Aku percaya padamu, gelang giok itu pasti sangat penting bagimu."

Ada rombongan keturunan yang muda di belakang mereka yang menunggu untuk menyapa Shinta.

Neva peka dan akhirnya melangkah mundur dan berjalan ke sudut ruang tamu sendirian.

Dia baru saja membawa segelas jus. Belum sempat meminumnya, dia mendengar suara laki-laki yang cukup dikenalnya, “Kakak ipar, selamat tahun baru!”

Neva mengangkat matanya dan melihat Gaoha, Dia tanpa sadar melihat ke kiri dan kanan Gaoha, tapi dia tidak melihat Wendi.

"Selamat tahun baru juga, di mana Wendi? Apa dia tidak datang kesini bersamamu?"

Masuk akal kalau ketika tahun baru ada di rumah suami.

Tapi keluarga Tirta adalah keluarga yang sangat berkuasa dan kuat. Mereka selalu punya perjamuan keluarga untuk tahun baru, jadi selama masih kerabat dalam lima generasi, maka mereka pasti akan pulang kemari untuk menghabiskan tahun baru.

Makan malam tahun baru setiap tahun adalah saat paling meriah dan ramai di Keluarga Tirta.

Gaoha menggelengkan kepalanya dan berkata, “Dia sedikit tidak enak badan akhir-akhir ini, jadi dia tidak bisa datang.”

Tidak enak badan? Neva tiba-tiba menjadi sedikit khawatir tentang Wendi. Dia buru-buru bertanya, "Ada apa dengan Wendi? Apanya yang tidak enak badan?"

Gaoha tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan itu.

Pada saat ini, Neva tiba-tiba memahami sesuatu dan sedikit terkejut, "Mungkinkah dia..."

Gaoha membuat isyarat untuk tidak bicara dan Neva pun segera mengerti maksudnya.

Dia cukup senang jika ini memang benar maka hubungan antara pasangan suami istri muda itu seharusnya jauh lebih baik, bukan?

Wanita itu semuanya terbuat dari air, begitu cukup lama bersama maka akan ada penyesuaian elemen baru di dalamnya. Maka kedepannya mereka pasti jadi pasangan suami istri yang saling mencintai.

Gaoha tidak banyak bicara dengan Neva karena Gaoha dipanggil oleh kakek kedua Gandi.

Ada terlalu banyak orang di ruang tamu sehingga suaranya cukup berisik, suhu tempat ini pun jadi naik.

Neva mendekati ke samping jendela, mencoba menghirup napas segar. Tapi tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya, "Neva, kakak keduaku di mana?"

Panggilan ini membuat Neva sedikit mengernyit.

Dia ingat pada gadis ini. Dia adalah Vivi, bisa dikatakan kalau Vivi ini mungkin polos atau bisa dibilang anak yang terlalu sering dimanjakan.

“Aku tidak tahu,” jawab Neva dengan sopan.

Saat ibu Gandi memberikan gelang giok itu, Neva tidak tahu Gandi pergi kemana.

Vivi memanyunkan bibirnya dan berkata dengan tidak senangnya, “Bukannya kamu ini istrinya kakak kedua? Kamu masa tidak tahu kemana kakak kedua pergi?”

Ucapan ini cukup tajam dan mencekik. Neva menatap Vivi dan tidak mengatakan apapun.

Vivi langsung marah. Dia maju beberapa langkah, meraih pakaian Neva dan menarik tangannya, berjalan ke kerumunan, lalu berkata, "Aku tidak peduli, kamu harus keluarkan kakak keduaku! Kakak kedua pasti kamu sembunyikan, iyakan!"

Neva sedikit kesal, tapi dia tetap harus menjaga citra nyonya Tirta dan mengingatkan diri sendiri jangan marah.

Untunglah ada suara yang tiba-tiba terdengar saat ini, "Vivi, apa lagi yang kamu ributkan?"

Neva memandang orang yang bicara itu, dia merasa mengenal pria itu. Jika dia tidak salah ingat sepertinya pria ini adalah kakak sepupu Gandi, Vito Tirta.

"Kakak Vito..." Melihat Vito, Vivi segera menarik segala sikap tidak sopannya. Dan dia langsung menghampiri untuk memeluk Vito sambil bersorak.

Vito mengangkat tangannya untuk menghentikan Vivi, lalu berkata, "Kamu sekarang sudah jadi wanita dewasa. Bagaimana kamu bisa begitu bersikap seenaknya di tempat umum seperti ini?"

Wajah Vivi langsung memerah dan dia berkata dengan tidak senang, “Aku kan begini karena terlalu senang melihatmu!”

Vito melangkah maju dan berkata kepada Neva, "Vivi terlau dimanja oleh keluarga kami, jadi mohon bersabar dan maklum."

Sebelum Neva bicara, Vivi ingin membantah semua ini.

Tapi Vito lebih dulu mengulurkan tangannya dan menutup mulut Vivi dan berkata, "Jika kamu bicara lebih banyak lagi, maka aku akan memberitahu ibumu apa yang baru saja kamu lakukan.”

Ibu Vivi adalah wanita elegan yang sesuai standar elegan. Dia juga berpengetahuan luas.

Pada hari biasa, ibu Vivi paling tidak suka melihat sikap liar Vivi, sehingga dia cukup sering mengomeli dan memberi pelajaran pada Vivi. Vivi sangat membenci ibunya dari lubuk hati.

Vivi langsung mengalah, "Aku salah... Kakak Vito."

Melihat Vivi yang mengakui salah, kesan Neva terhadapnya juga sedikit berubah.

Vivi pun pergi meninggalkan tempat itu. Vito mengambil segelas jus dari pelayan dan bersulang menyentuhkan gelasnya ke gelas Neva dengan ringan. "Aku pernah dengan namamu sebelumnya. Ini pertama kalinya aku bertemu denganmu, kamu wanita yang cukup lembut dan elegan. Gandi cukup beruntung sekali bisa menikahimu.”

Neva tersenyum dan meminum jusnya, lalu berkata, "Itu hanya nama biasa... Gandi sangat bagus dan luar biasa, malah aku yang tidak layak dan pantas mendapatkannya."

Vito tercengang sejenak dan Neva pun jadi bingung.

Dia sepertinya mengatakan sesuatu yang salah?

Kemudian Vito tertawa dan berkata, "Lelucon ini cukup menarik."

Vito memuji Neva, Neva malah langsung merendah. Wajah Neva pun memerah, lalu berkata dengan malunya, “Iya, maaf jadi terlihat memalukan di depan kakak.”

Gandi yang berdiri di lantai dua, memandang santai ke sudut ruang tamu.

Di sana, Neva dan Vito sedang mengobrol dan tertawa bersama.

Wajah Neva memerah, tapi tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya.

Kemarahan yang tak bisa dijelaskan muncul di hati Gandi.

Wanita ini, kemana pun dia berada selalu tidak lupa menggoda seseorang.

Sepupunya adalah pria yang sangat bermartabat dan dingin. Wanita biasa sama sekali tidak bisa masuk ke dalam pandangan matanya.

Tidak tahu trik apa yang digunakan Neva untuk merayunya.

Gandi mencengkeram pegangan tangga lebih keras dan erat, sampai pagar itu sedikit terabaikan lalu berderak. Setelah itu, dia pun melepaskannya.

Mungkin, dua orang itu hanya mengobrol biasa dengan santai?

Gandi mencoba menghibur dirinya di dalam hati. Tapi ada suara yang jernih dan begitu jelas terdengar dari belakangnya, “Kakak Gandi, kenapa kamu bersembunyi di sini! Aku sudah cukup lama mencarimu!”

Vivi melompat senang menghampiri Gandi, lalu dia langsung merangkul lengan Gandi.

Dia melirik ke bawah dan melihat Neva dan Vito sedang mengobrol dan tertawa, ekspresi wajahnya tiba-tiba menjadi sedikit tidak wajar.

“Kakak Gandi, aku akan memberitahumu diam-diam sebuah rahasia!” Kata Vivi misterius.

Gandi tertegun sejenak, lalu menoleh padanya dan berkata, “Apa lagi pikiran aneh yang kamu pikirkan?”

Vivi mengulurkan tangannya dan memberi isyarat kepada Gandi untuk mendekatkan telinganya.

Gandi melihat sekeliling dan ketika tidak ada yang memperhatikan, dia pun mencondongkan tubuhnya ke Vivi.

"Menurutku, kakak Vito, tampaknya rukun dan suka dengan Neva!"

Setelah bicara, Vivi melepaskan tangan Gandi dan kabur sambil tersenyum bahagia.

Yang dia katakan lebih banyak adalah candaan. Karena dia hanya ingin membuat Gandi cemburu dan bisa menghukum Neva sedikit saja. Lagipula siapa suruh Neva mempermalukannya tadi.

Tapi Gandi malah berbalik, mengepalkan kedua tangannya sambil melirik tajam ke Neva, yang masih terlihat senang. Gandi pun berjalan masuk ke ruang kerja dengan cepat dan melemparkan tinjuan kepalan tangannya ke sofa.

Vito adalah seorang sastrawan dan budayawan, jadi dalam banyak hobinya, dia sangat mirip dengan Neva. Jika tidak begitu, keduanya tidak akan mengobrol begitu lama.

Tapi pada saat ini, seorang pelayan datang ke samping Neva dan berbisik "Nyonya muda, tuan muda Gandi meminta anda pergi ke ruang kerja."

Neva sedikit terkejut, bertanya-tanya ada urusan apa Gandi mencarinya.

Vito pun berkata, "Aku sudah lama tidak mengobrol dengan Gandi, ayo pergi bersama-sama menemuinya!"

Sebelum Neva menjawab, pelayan itu berkata lebih dulu dengan gugup, "Tuan Vito, Tuan Gandi bilang minta nyonya Neva untuk datang sendiri menemuinya.”

Neva memiliki firasat buruk di hatinya, tetapi dia tidak tahu apa penyebabnya. Dia pun berkata, "Kakak, aku pergi dulu ya, nanti mengobrol lagi.”

Neva tiba di atas dan mengetuk pintu ruang kerja. Tapi tidak ada suara dari dalam.

Dia mengetuknya beberapa kali lagi, tapi tetap tidak ada yang menjawab. Dia berpikir mungkin tidak ada orang di dalam, Neva pun membuka pintu itu.

Tapi begitu dia masuk, dia melihat Gandi yang sedang duduk di sofa dengan cangkir teh di tangannya, meneguk pelan tehnya.

Neva sedikit marah. Pria ini benar-benar! aku sudah mengetuk pintu berkali-kali dan cukup lama tapi dia malah tidak menjawab sama sekali. Jelas sekali kalau dia sengaja mempermainkan dirinya.

Neva melangkah maju dan sampai di samping Gandi, lalu berkata dengan suara pelan, "Tuan Gandi, ada urusan apa mencariku?"

Gandi mengangkat pandangan matanya dan dengan samar memandangi tubuh Neva. Khususnya menatap diam dan tajam ke bagian-bagian sensitif di tubuh Neva cukup lama.

Wanita sangat peka terhadap penglihatan semacam ini. Neva pun tiba-tiba panik.

Apa yang ingin dilakukan pria ini?

“Aku belum cukup memuaskanmu selama ini?” Tanya Gandi sinis.

Neva kaget, tapi ada lebih banyak keraguan di hatinya. Apa maksud Gandi dengan ucapan ini?

“Tuan Gandi, aku tidak mengerti maksudmu,” jawab Neva.

Senyum menghina muncul di sudut mulut Gandi. Dia membatin, apa ? kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan sendiri? Masih berpura-pura bodoh di sini?

Gandi mengulurkan tangannya dan memasukkannya langsung ke balik pakaian Neva.

Sentuhan kasar yang tiba-tiba pada pakaian itu membuat Neva langsung panik. Dia mundur beberapa langkah dan sebelum dia bisa berbicara, dia ditarik oleh Gandi masuk ke dalam pelukan Gandi.

Neva jatuh dan menghadapi Gandi dalam pose mesra yang cukup ambigu.

“Apa sudah bosan dengan pelukanku. Jadi, kamu sekarang suka dengan Vito ?” terdengar suara dingin Gandi dengan diiringi bercandaan diucapannya ini. Tapi matanya tampak sangat dingin.

Penampilan luar Keluarga Tirta diturunkan dengan nada yang sama, Vito tidak cukup berani mengatakan kalau dirinya lebih tampan dari Gandi. Tapi setidaknya dia cukup tampan dari mereka semua.

Neva akhirnya mengerti kenapa Gandi bersikap begitu aneh saat ini. Dia menghela nafas dan berkata, "Tuan Gandi, apa kamu cemburu karena aku baru saja mengobrol dengan kakak sepupumu Vito ?"

Cemburu? Jejak amarah melintas di mata Gandi.

Apa yang wanita ini pikirkan tentang dirinya sendiri?

Mengapa dia harus cemburu padanya?

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu