Cinta Yang Dalam - Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
Neva tidak mengetahui begitu banyak tentang gelang giok itu. Tapi dari pemandangan orang-orang di sekitarnya, dia menyadari kalau gelang giok ini adalah benda yang sangat penting.
Dia melepasnya dan ingin mengembalikannya ke Shinta.
Namun, Shinta menahan dan menghentikannya, lalu berbisik, "Pakailah ini! Mulai sekarang gelang giok yang itu, jangan keluarkan lagi di depan umum!"
Neva tertegun sejenak, sedikit bingung dengan maksud Shinta.
Yang itu? Gelang giok itu?
Hatinya tertegun dan mulai menyadari sesuatu, dia pun sedikit panik, tapi emosi penuh muncul dari hatinya dan matanya pun jadi sembab.
Ibu Tirta ini ternyata mengetahui mengenai masalah gelang gioknya!
“Bu, yang itu..." Neva ingin menjelaskan karena bagaimanapun pengetahuan Gandi saat itu adalah gelang giok itu merupakan bukti kalau Neva punya hubungan lain dengan pria lain.
Tapi Shinta hanya menepuk tangan Neva, lalu berkata, "Aku percaya padamu, gelang giok itu pasti sangat penting bagimu."
Ada rombongan keturunan yang muda di belakang mereka yang menunggu untuk menyapa Shinta.
Neva peka dan akhirnya melangkah mundur dan berjalan ke sudut ruang tamu sendirian.
Dia baru saja membawa segelas jus. Belum sempat meminumnya, dia mendengar suara laki-laki yang cukup dikenalnya, “Kakak ipar, selamat tahun baru!”
Neva mengangkat matanya dan melihat Gaoha, Dia tanpa sadar melihat ke kiri dan kanan Gaoha, tapi dia tidak melihat Wendi.
"Selamat tahun baru juga, di mana Wendi? Apa dia tidak datang kesini bersamamu?"
Masuk akal kalau ketika tahun baru ada di rumah suami.
Tapi keluarga Tirta adalah keluarga yang sangat berkuasa dan kuat. Mereka selalu punya perjamuan keluarga untuk tahun baru, jadi selama masih kerabat dalam lima generasi, maka mereka pasti akan pulang kemari untuk menghabiskan tahun baru.
Makan malam tahun baru setiap tahun adalah saat paling meriah dan ramai di Keluarga Tirta.
Gaoha menggelengkan kepalanya dan berkata, “Dia sedikit tidak enak badan akhir-akhir ini, jadi dia tidak bisa datang.”
Tidak enak badan? Neva tiba-tiba menjadi sedikit khawatir tentang Wendi. Dia buru-buru bertanya, "Ada apa dengan Wendi? Apanya yang tidak enak badan?"
Gaoha tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan itu.
Pada saat ini, Neva tiba-tiba memahami sesuatu dan sedikit terkejut, "Mungkinkah dia..."
Gaoha membuat isyarat untuk tidak bicara dan Neva pun segera mengerti maksudnya.
Dia cukup senang jika ini memang benar maka hubungan antara pasangan suami istri muda itu seharusnya jauh lebih baik, bukan?
Wanita itu semuanya terbuat dari air, begitu cukup lama bersama maka akan ada penyesuaian elemen baru di dalamnya. Maka kedepannya mereka pasti jadi pasangan suami istri yang saling mencintai.
Gaoha tidak banyak bicara dengan Neva karena Gaoha dipanggil oleh kakek kedua Gandi.
Ada terlalu banyak orang di ruang tamu sehingga suaranya cukup berisik, suhu tempat ini pun jadi naik.
Neva mendekati ke samping jendela, mencoba menghirup napas segar. Tapi tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya, "Neva, kakak keduaku di mana?"
Panggilan ini membuat Neva sedikit mengernyit.
Dia ingat pada gadis ini. Dia adalah Vivi, bisa dikatakan kalau Vivi ini mungkin polos atau bisa dibilang anak yang terlalu sering dimanjakan.
“Aku tidak tahu,” jawab Neva dengan sopan.
Saat ibu Gandi memberikan gelang giok itu, Neva tidak tahu Gandi pergi kemana.
Vivi memanyunkan bibirnya dan berkata dengan tidak senangnya, “Bukannya kamu ini istrinya kakak kedua? Kamu masa tidak tahu kemana kakak kedua pergi?”
Ucapan ini cukup tajam dan mencekik. Neva menatap Vivi dan tidak mengatakan apapun.
Vivi langsung marah. Dia maju beberapa langkah, meraih pakaian Neva dan menarik tangannya, berjalan ke kerumunan, lalu berkata, "Aku tidak peduli, kamu harus keluarkan kakak keduaku! Kakak kedua pasti kamu sembunyikan, iyakan!"
Neva sedikit kesal, tapi dia tetap harus menjaga citra nyonya Tirta dan mengingatkan diri sendiri jangan marah.
Untunglah ada suara yang tiba-tiba terdengar saat ini, "Vivi, apa lagi yang kamu ributkan?"
Neva memandang orang yang bicara itu, dia merasa mengenal pria itu. Jika dia tidak salah ingat sepertinya pria ini adalah kakak sepupu Gandi, Vito Tirta.
"Kakak Vito..." Melihat Vito, Vivi segera menarik segala sikap tidak sopannya. Dan dia langsung menghampiri untuk memeluk Vito sambil bersorak.
Vito mengangkat tangannya untuk menghentikan Vivi, lalu berkata, "Kamu sekarang sudah jadi wanita dewasa. Bagaimana kamu bisa begitu bersikap seenaknya di tempat umum seperti ini?"
Wajah Vivi langsung memerah dan dia berkata dengan tidak senang, “Aku kan begini karena terlalu senang melihatmu!”
Vito melangkah maju dan berkata kepada Neva, "Vivi terlau dimanja oleh keluarga kami, jadi mohon bersabar dan maklum."
Sebelum Neva bicara, Vivi ingin membantah semua ini.
Tapi Vito lebih dulu mengulurkan tangannya dan menutup mulut Vivi dan berkata, "Jika kamu bicara lebih banyak lagi, maka aku akan memberitahu ibumu apa yang baru saja kamu lakukan.”
Ibu Vivi adalah wanita elegan yang sesuai standar elegan. Dia juga berpengetahuan luas.
Pada hari biasa, ibu Vivi paling tidak suka melihat sikap liar Vivi, sehingga dia cukup sering mengomeli dan memberi pelajaran pada Vivi. Vivi sangat membenci ibunya dari lubuk hati.
Vivi langsung mengalah, "Aku salah... Kakak Vito."
Melihat Vivi yang mengakui salah, kesan Neva terhadapnya juga sedikit berubah.
Vivi pun pergi meninggalkan tempat itu. Vito mengambil segelas jus dari pelayan dan bersulang menyentuhkan gelasnya ke gelas Neva dengan ringan. "Aku pernah dengan namamu sebelumnya. Ini pertama kalinya aku bertemu denganmu, kamu wanita yang cukup lembut dan elegan. Gandi cukup beruntung sekali bisa menikahimu.”
Neva tersenyum dan meminum jusnya, lalu berkata, "Itu hanya nama biasa... Gandi sangat bagus dan luar biasa, malah aku yang tidak layak dan pantas mendapatkannya."
Vito tercengang sejenak dan Neva pun jadi bingung.
Dia sepertinya mengatakan sesuatu yang salah?
Kemudian Vito tertawa dan berkata, "Lelucon ini cukup menarik."
Vito memuji Neva, Neva malah langsung merendah. Wajah Neva pun memerah, lalu berkata dengan malunya, “Iya, maaf jadi terlihat memalukan di depan kakak.”
Gandi yang berdiri di lantai dua, memandang santai ke sudut ruang tamu.
Di sana, Neva dan Vito sedang mengobrol dan tertawa bersama.
Wajah Neva memerah, tapi tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya.
Kemarahan yang tak bisa dijelaskan muncul di hati Gandi.
Wanita ini, kemana pun dia berada selalu tidak lupa menggoda seseorang.
Sepupunya adalah pria yang sangat bermartabat dan dingin. Wanita biasa sama sekali tidak bisa masuk ke dalam pandangan matanya.
Tidak tahu trik apa yang digunakan Neva untuk merayunya.
Gandi mencengkeram pegangan tangga lebih keras dan erat, sampai pagar itu sedikit terabaikan lalu berderak. Setelah itu, dia pun melepaskannya.
Mungkin, dua orang itu hanya mengobrol biasa dengan santai?
Gandi mencoba menghibur dirinya di dalam hati. Tapi ada suara yang jernih dan begitu jelas terdengar dari belakangnya, “Kakak Gandi, kenapa kamu bersembunyi di sini! Aku sudah cukup lama mencarimu!”
Vivi melompat senang menghampiri Gandi, lalu dia langsung merangkul lengan Gandi.
Dia melirik ke bawah dan melihat Neva dan Vito sedang mengobrol dan tertawa, ekspresi wajahnya tiba-tiba menjadi sedikit tidak wajar.
“Kakak Gandi, aku akan memberitahumu diam-diam sebuah rahasia!” Kata Vivi misterius.
Gandi tertegun sejenak, lalu menoleh padanya dan berkata, “Apa lagi pikiran aneh yang kamu pikirkan?”
Vivi mengulurkan tangannya dan memberi isyarat kepada Gandi untuk mendekatkan telinganya.
Gandi melihat sekeliling dan ketika tidak ada yang memperhatikan, dia pun mencondongkan tubuhnya ke Vivi.
"Menurutku, kakak Vito, tampaknya rukun dan suka dengan Neva!"
Setelah bicara, Vivi melepaskan tangan Gandi dan kabur sambil tersenyum bahagia.
Yang dia katakan lebih banyak adalah candaan. Karena dia hanya ingin membuat Gandi cemburu dan bisa menghukum Neva sedikit saja. Lagipula siapa suruh Neva mempermalukannya tadi.
Tapi Gandi malah berbalik, mengepalkan kedua tangannya sambil melirik tajam ke Neva, yang masih terlihat senang. Gandi pun berjalan masuk ke ruang kerja dengan cepat dan melemparkan tinjuan kepalan tangannya ke sofa.
Vito adalah seorang sastrawan dan budayawan, jadi dalam banyak hobinya, dia sangat mirip dengan Neva. Jika tidak begitu, keduanya tidak akan mengobrol begitu lama.
Tapi pada saat ini, seorang pelayan datang ke samping Neva dan berbisik "Nyonya muda, tuan muda Gandi meminta anda pergi ke ruang kerja."
Neva sedikit terkejut, bertanya-tanya ada urusan apa Gandi mencarinya.
Vito pun berkata, "Aku sudah lama tidak mengobrol dengan Gandi, ayo pergi bersama-sama menemuinya!"
Sebelum Neva menjawab, pelayan itu berkata lebih dulu dengan gugup, "Tuan Vito, Tuan Gandi bilang minta nyonya Neva untuk datang sendiri menemuinya.”
Neva memiliki firasat buruk di hatinya, tetapi dia tidak tahu apa penyebabnya. Dia pun berkata, "Kakak, aku pergi dulu ya, nanti mengobrol lagi.”
Neva tiba di atas dan mengetuk pintu ruang kerja. Tapi tidak ada suara dari dalam.
Dia mengetuknya beberapa kali lagi, tapi tetap tidak ada yang menjawab. Dia berpikir mungkin tidak ada orang di dalam, Neva pun membuka pintu itu.
Tapi begitu dia masuk, dia melihat Gandi yang sedang duduk di sofa dengan cangkir teh di tangannya, meneguk pelan tehnya.
Neva sedikit marah. Pria ini benar-benar! aku sudah mengetuk pintu berkali-kali dan cukup lama tapi dia malah tidak menjawab sama sekali. Jelas sekali kalau dia sengaja mempermainkan dirinya.
Neva melangkah maju dan sampai di samping Gandi, lalu berkata dengan suara pelan, "Tuan Gandi, ada urusan apa mencariku?"
Gandi mengangkat pandangan matanya dan dengan samar memandangi tubuh Neva. Khususnya menatap diam dan tajam ke bagian-bagian sensitif di tubuh Neva cukup lama.
Wanita sangat peka terhadap penglihatan semacam ini. Neva pun tiba-tiba panik.
Apa yang ingin dilakukan pria ini?
“Aku belum cukup memuaskanmu selama ini?” Tanya Gandi sinis.
Neva kaget, tapi ada lebih banyak keraguan di hatinya. Apa maksud Gandi dengan ucapan ini?
“Tuan Gandi, aku tidak mengerti maksudmu,” jawab Neva.
Senyum menghina muncul di sudut mulut Gandi. Dia membatin, apa ? kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan sendiri? Masih berpura-pura bodoh di sini?
Gandi mengulurkan tangannya dan memasukkannya langsung ke balik pakaian Neva.
Sentuhan kasar yang tiba-tiba pada pakaian itu membuat Neva langsung panik. Dia mundur beberapa langkah dan sebelum dia bisa berbicara, dia ditarik oleh Gandi masuk ke dalam pelukan Gandi.
Neva jatuh dan menghadapi Gandi dalam pose mesra yang cukup ambigu.
“Apa sudah bosan dengan pelukanku. Jadi, kamu sekarang suka dengan Vito ?” terdengar suara dingin Gandi dengan diiringi bercandaan diucapannya ini. Tapi matanya tampak sangat dingin.
Penampilan luar Keluarga Tirta diturunkan dengan nada yang sama, Vito tidak cukup berani mengatakan kalau dirinya lebih tampan dari Gandi. Tapi setidaknya dia cukup tampan dari mereka semua.
Neva akhirnya mengerti kenapa Gandi bersikap begitu aneh saat ini. Dia menghela nafas dan berkata, "Tuan Gandi, apa kamu cemburu karena aku baru saja mengobrol dengan kakak sepupumu Vito ?"
Cemburu? Jejak amarah melintas di mata Gandi.
Apa yang wanita ini pikirkan tentang dirinya sendiri?
Mengapa dia harus cemburu padanya?
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaKing Of Red Sea
Hideo TakashiDoctor Stranger
Kevin WongHalf a Heart
Romansa UniverseAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanThick Wallet
TessaThe Revival of the King
ShintaCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip