Cinta Yang Dalam - Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi

Pada layar besar di aula terlihat lambang check in yang menyala.

Neva bangkit berdiri, mendorong koper dan berjalan mendekat.

Dia mengantri dalam diam, masih ada dua orang dan akan menjadi gilirannya.

Perasaan tertekan dalam hatinya, perasaan akan meninggalkan semua ini membuatnya memiliki keinginan untuk menjadi histeris.

Dia menoleh ke belakang, ingin melihat kota yang dicintainya dan pada saat yang sama juga membuatnya terluka dalam untuk terakhir kali.

Namun pada saat itu, dia melihat sebuah bayangan tinggi dan besar yang dia benci dan cintai.

Gandi, bagaimana dia bisa ada disini?

Dari mulut Rey, Neva tahu bahwa Gandi sedang berada di luar negeri.

Dia merasakan dirinya sedang berimajinasi, dia pun kembali memandang kesana dengan pandangan yang fokus.

Kemudian, air mata pun mulai mengalir dari matanya.

Dia tidak salah, Itu benar adalah Gandi.

Saat itu terdengar suara pegawai check in yang berkata: “Nona* mohon maju kedepan!”

Dan Neva masih termangu, di dalam pandangannya hanya ada bayangan dari Gandi seorang.

Bayangan dari Gandi semakin lama semakin dekat, pandangan matanya yang dalam, seakan ingin menyimpan keseluruhan tubuh Neva ke dalamnya.

Dia meraih dengan keras koper dari tangan Neva dan berkata kepada pelayan check in: “Kalian lanjutkan check in yang lain, dia tidak pergi!”

Neva tersadar dengan cepat, tidak pergi? Bagaimana bisa tidak pergi?

Masalah sudah sampai pada tahap ini, walaupun hatinya enggan melepaskan Gandi, namun hari ini dia harus pergi.

"Jangan, tidak, Tuan Tirta…” Neva baru ingin berkata, namun tangan Gandi yang lebar sudah menutup mulutnya dan mendorongnya ke samping.

Pegawai laki-laki yang melihat adegan di depan matanya ini merasa agak tidak normal. Dia pun menggunakan walkie talkie berkata: “Satpam, mohon datang ke pintu check in nomor delapan!”

Dan di sisinya adalah pelayan check in wanita.

Mereka berdua telah bekerja sama cukup lama, sudah memiliki hubungan yang dalam, dan akhir tahun lalu mereka pun menikah.

Mendengar suaminya berkata seperti ini, dia langsung mengerutkan kening dan berkata:” Apa yang mau kamu lakukan?”

Pegawai laki-laki itu berkata:” Aku merasa laki-laki itu tidak normal, apakah dia ingin melakukan sesuatu yang tidak baik terhadap wanita itu?”

Pegawai wanita itu langsung terbisu, dia tahu EQ suaminya sangat rendah, ini adalah hal yang sudah diketahuinya sejak awal.

Namun dia sama sekali tidak menduga, EQ rendah hingga tidak bisa ditolong lagi.

Dia pada saat tidak ada orang yang mengantri di belakangnya, memukul kepala suaminya dan berkata:” Apakah kamu bodoh? Dapat dilihat bahwa mereka adalah suami istri kan? Biasanya aku suruh kamu untuk melihat berita, kamu hanya suka melihat majalah militer mu itu. Jika aku tidak salah melihat, laki-laki itu adalah Presdir dari Perusahaan Grup Tirta, wanita yang ditarik olehnya adalah istrinya.…..”

Gandi terus menarik tangan Neva walaupun Neva terus memberontak, menariknya hingga ruang istirahat VIP bandara.

Ketika dia melepaskan tangannya, Neva yang memberontak pun tersandung beberapa langkah dan langsung terjatuh di atas sofa.

Neva menaikkan pandangannya, sedikit menghindar memandang ke arah Gandi.

Pada saat yang sama pandangan Gandi juga terkunci pada wajah Neva.

Pada kondisi saling berpandangan ini, seperti biasa Neva lah yang kalah dan menundukkan kepala terlebih dahulu, dia pun sambil bergumam berkata:” Tuan Tirta, bagaimana anda bisa sudah pulang?”

Gandi melihat wajah yang membuat nya gembira dan cemas ini, dengan pandangan agak rumit berkata:” Jika aku tidak pulang, apakah kamu akan pergi meninggalkan tempat ini dalam diam?"

"Aku….” Neva terkaget dan membuka mulutnya berusaha untuk menjelaskan.

Namun dia menemukan bahwa saat ini pikirannya berantakan, Gandi di depannya membuatnya sangat gugup.

“Aku sudah memberimu pesan. Karena sebelumnya sudah berjanji, maka aku melaksanakan sesuai janji untuk pergi dalam diam.”

Neva berkata dengan suara kecil, walaupun dia merasa perkataannya ini sedikit tidak bertenaga.

Gandi melihat bibit Neva yang pecah, dia pun mengambil air hangat dari dispenser di sampingnya dan memberikannya di depan Neva.

Neva memang haus, dia menjilat bibirnya dan berkata: “Terima kasih.”

Perkataan yang di luar dugaan ini membuat kerutan di kening Gandi menjadi semakin dalam.

"Neva, bahkan jika memelihara anjing selama setengah tahun pasti akan memiliki perasaan kepadanya. Kamu dan aku sudah bersama cukup lama, apakah kamu tidak memiliki rasa ingin bertahan sedikitpun terhadapku? Perkataan Gandi sudah cukup lurus.

Dia pergi ke luar negeri, menghadiri sebuah rapat, hanyalah sebuah alasan saja.

Alasan utama adalah dia membutuhkan keheningan .

Namun tidak tahu mengapa, ketika mendengar Rey yang berkata bahwa Neva akan pergi, seluruh hatinya menjadi berantakan.

Dia terus mengatakan pada dirinya sendiri, wanita seperti Neva ini tidak pantas untuk dicintai olehnya.

Namun, dalam lubuk hatinya yang paling dalam selalu terdengar suatu suara:” Bahkan wanita seperti ini sudah membuatmu jatuh cinta. Kamu pulang atau tidak? Jika tidak pulang, seumur hidupmu kamu tidak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi!”

Gandi terus bergumul, pada akhirnya dia menyuruh orang untuk mengaturkan sebuah pesawat bersiap untuk pulang.

Hati Neva menjadi sakit, pandangan tajam Gandi, seakan sebilah pisau yang bersiap untuk menusuk hatinya, untuk menemukan rahasia terdalam di dalam hatinya.

"Maaf, Tuan Tirta…”

Setelah beberapa saat, Neva hanya bisa menggunakan jawaban tidak bertenaga ini untuk menjawab Gandi.

Dia takut emosinya yang hancur, dia tidak ingin membuatnya terlihat lemah dihadapan Gandi.

"Jawab pertanyaanku!”

Gandi menaikkan tangannya, dengan keras memegang dagu Neva.

Neva menurunkan pandangannya, tidak berani menatapnya langsung.

"Aku, aku tidak tahu….”

Dia tidak bisa menjawab iya, juga tidak bisa menolaknya, hanya bisa menjawab dengan jawaban yang ambigu seperti ini.

Namun di hadapan Gandi, jawaban seperti ini sudah cukup.

Asalkan dia mau mengakui bahwa dia memiliki perasaan terhadap dirinya, itu sudah cukup.

"Jadi, kamu suka aku?”

Gandi memegang dagu Neva dan perlahan menggunakan tenaga.

Kulit Neva putih dan lembut, sangat nyaman untuk dielus. Sama seperti dirinya, kapanpun akan bisa memberi perasaan seperti air yang hangat dan lembut.

Gandi tahu, dia benar-benar menyukainya.

Walaupun Neva melakukan hal yang salah, namun dalam hatinya dia tetaplah wanita miliknya.

Perasaan yang penuh kontradiksi seperti ini, disaat mereka belum berpisah tidak akan terlihat dengan jelas.

Namun setelah muncul masalah besar seperti itu akan langsung tercetak di dalam hatinya.

Dia tahu, dia bisa memaafkannya.

Syaratnya adalah dia mau terus menemani di sisinya.

Saat ini dalam hati Neva terjadi sebuah gejolak yang besar, dia tidak mengerti, mengapa Gandi masih bertanya seperti ini kepadanya.

Dia sudah menyatakan perasaannya terhadap Gandi dengan cukup jelas.

"Apa yang Tuan Tirta pikirkan itulah jawabanku.” Dia hanya bisa menjawab seperti ini, menyatakan perasaannya kepada Gandi.

Kali ini, dia menatap singkat ke arah jam, hanya ada lima belas menit waktu yang tersisa dari waktu keberangkatan.

Jika saat ini pergi check in waktunya cukup pas.

Gandi tentu saja merasakan pandangan Neva, wajahnya pun langsung menjadi lebih gelap.

Wanita ini, dirinya masih berbicara masalah hati dengannya dan dia bisa memikirkan masalah pesawat.

“Kamu mau pergi?”

"Jika Tuan Tirta menyuruh aku pergi….”

“Jika aku mengatakan tidak!”

Perkataan Gandi ini seakan sebuah palu yang memukulnya dengan keras dan membuat Neva tersadar.

Apa yang dia bicarakan? Apakah dia tidak salah dengar?

Apakah dia sedang mempertahankan dirinya?

Mata Neva kembali menjadi merah.

Tidak tahu sejak kapan dia berubah menjadi wanita yang lemah seperti ini.

Perkataan sembarang dari Gandi, sebuah tindakan atau sebuah ekspresinya bisa membuatnya menangis atau tertawa.

Kehidupannya sudah sepenuhnya dikuasai oleh dirinya.

"Aku, akan mengikuti apa perkataanmu.”

Perkataannya ini seakan menghabiskan semua tenaga yang dimiliki oleh Neva.

Gandi menundukkan badannya, menindih tubuh Neva dan menciumnya, mengunci bibir Neva.

Dia dengan sombong membuka rongga mulutnya dan menikmati rasa manis dari Neva.

Neva dibuat tidak bisa bernafas oleh ciuman dari Gandi, satu menit, tiga menit, lima menit….

Ketika Neva sedang bertanya-tanya apakah dirinya akan membuat rekor guinness yang baru, menjadi orang pertama yang mati karena ciuman panjang dan tidak bisa bernafas.

Gandi akhirnya melepaskan dirinya.

Bibir Neva masih merah, lidahnya terasa agak bengkak.

Dia menarik nafas segar dalam-dalam, baru akhirnya dirinya terasa kembali hidup.

Laki-laki ini setiap kali selalu sesombong ini.

Namun kesombongannya yang seperti ini yang justru membuat Neva gembira.

Pandangan Gandi mengarah dari wajah Neva, melewati dadanya dan ke bawah hingga kakinya yang ramping dan sepatu olahraganya yang berwarna merah muda.

Wanita ini, sudah jelas serakah dan sombong, menyukai ketenaran dan uang, namun dialah yang merebut hatinya.

Dia mencintainya, sangat mencintainya.

Perasaan ini mungkin sudah muncul sejak kemunculan Neva.

Hanya saja, dia terus memendam nya, terus tidak mau mengakuinya.

Namun kali ini, ketika Neva akan pergi, dia akhirnya menjadi panik.

Ini adalah wanitanya, sejak lahir adalah orangnya, jika mati adalah roh miliknya.

Selain berada disini, dia tidak boleh pergi kemanapun lagi!

Novel Terkait

Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu