Cinta Yang Dalam - Bab 164 Mengadu

Perkataan Shita, membangkitkan amarah yang ada di dalam hati Gandi.

Ibu tanpa alasan yang jelas kembali membahas permasalahan ini, pastinya ini adalah pekerjaan dari Neva.

Wanita ini memang baik, diluar dugaan ia masih belajar untuk mengadu, jangan katakan bahwa peringatan yang ia berikan kepadanya kemarin, dia telah melupakannya?

"Hal ini aku akan mempertimbangkannya, bu, ini adalah permasalahan diantara kami berdua, tolong selanjutnya dapatkan kamu tidak perlu ikut campur?" Gandi mengatakan hal tersebut dengan nada yang sedikit dingin.

Membuat Shita yang ada di sisi lain pada telepon itu kesal hingga jantungnya berdebar kencang, dengan suara yang mendalam ia berkata : "Hal ini tidak perlu kamu pertimbangkan lagi, hiduplah dengan baik-baik bersama Neva, berikan aku seorang cucu yang gemuk, harus melakukan seperti ini, apakah kamu paham?"

Tekanan dari Shita, sama sekali tidak membuat Gandi mau mengalah, sebaliknya dia malah berkata : "Bu, pekerjaan aku sangat sibuk, nanti saja baru dibicarakan lagi!"

Setelah selesai berbicara, Gandi pun menutup telepon tersebut.

Dia pun sedikit mengangkat kepalanya menatap sekilas Rey dan berkata : "Sedang apa kamu berdiri disini?"

Rey merasa ragu sejenak, dengan suara yang pelan ia berkata : "Direktur Tirta, sejujurnya aku merasa nyonya muda, dia masihlah sangat lumayan baik ..."

Gandi pun terdiam sejenak, kemudian ujung bibirnya terangkat dan berkata : "Kamu katakanlah, dia memberikan keuntungan apa untuk dirimu, sehingga membuat kamu membicarakan hal baik tentang dirinya."

"Bukan begitu, Direktur Tirta, Itu ..." Perkataan Rey belum selesai diucapkan, tatapan tajam dari Gandi pun menghentikannya.

"Rey, kamu berada di sisi aku juga sudah bertahun-tahun, apakah masih tidak memahami peraturan dari aku?" Saat perkataan ini diucapkan, raut wajah Rey dalam sekejap berubah menjadi murung.

Hal yang tidak seharusnya ditanyakan maka jangan tanyakan, yang tidak seharusnya dibicarakan maka jangan dibicarakan, ini adalah peraturan yang selalu diterapkan oleh pegawai Gandi.

Dia sedikit menundukkan kepalanya dan berkata : "Mengerti."

"Baguslah kalau begitu, turun dan terimalah hukuman mu sendiri!"

Setelah selesai mengatakan hal tersebut, Gandi pun menundukkan kepalanya untuk melihat dokumen tersebut, tidak lagi mempedulikan Rey.

Waktu berlalu dengan sangat cepat, saat Gandi mengangkat kepalanya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Dia pun mengambil ponselnya dan melihat bahwa Julia mengirimkan banyak pesan, menanyakan pukul berapa ia akan pulang.

Awalnya Gandi baru saja ingin mengatakan bahwa sebentar lagi ia akan pulang, akan tetapi ia ragu sejenak, teringat akan perintah dari ibunya.

Dia pun membalas pesan itu : "Aku malam ini ada urusan, tidak dapat pulang kesana."

Ia bangkit dari tempatnya, Gandi pun keluar menuju ke tempat parkir mobilnya, kemudian ia mengendarai mobil dan pulang ke rumah Keluarga Tirta.

Ia baru saja selesai memarkirkan mobilnya, kemudian melihat di dalam villa diselimuti kegelapan.

Setelah membuka pintu rumah, Gandi pergi ke kamar tidurnya, baru saja ia menyalakan lampu, ia melihat Neva yang meringkuk di atas sofa dan sudah tertidur.

Neva tertidur dengan sedikit tidak tenang, setelah merasakan pergerakan yang ada di sisinya, dia pun segera membuka mata.

Akan tetapi cahaya yang silau, membuat ia dengan segera memejamkan kembali matanya.

Tanpa menunggu dia untuk bersuara, dia pun mendengar suara familiar yang sedang bertanya : "Mengapa tidak tidur di atas kasur?"

Neva pun tertegun sejenak, Gandi, malam ini mengapa ia bisa pulang?

Bukankah dia sangat benci dengannya? Mengapa masih ingin pulang?

Dia pun menjawab dengan suara yang pelan : "Kasur adalah milik Tuan Tirta, Tuan Tirta tidak menyukai jika aku berada di atas kasur."

Perkataan yang terucap ini membuat raut wajah Gandi semakin muram, dia hampir saja menyeringai.

Jika Neva begitu penurut, maka juga tidak akan ada permasalahan dengan Dunhil itu.

"Kamu begitu penurut?" Gandi pun bertanya dengan nada yang dingin.

Neva pun berkata hmm, pada saat itu dia sudah bangun dan terduduk di sofa, mengusap-usap matanya, melihat Gandi yang berada di bawah cahaya, tubuhnya seolah-olah mengeluarkan pancaran sinar yang menyilaukan mata.

Mengapa dia pulang? Bukankah Julia baru saja mengalami masalah?

Berdasarkan kebiasaan Julia, pastinya ia akan mengikat Gandi dengan erat di dalam rumah sakit, memintanya setiap saat untuk menemani dirinya, mengharmoniskan perasaan dua orang itu.

"Naik ke kasur." Perintah Gandi dengan nada yang dingin.

Neva merasa agak ragu, dia ingin membuka mulut untuk menolaknya, akan tetapi melihat wajah dingin Gandi, dengan segera ia menelan kembali perkataan yang ingin ia ucapkan.

Dirinya masih belum cukup bernyali besar, untuk membantah perkataan Gandi.

Akan tetapi selalu mendengar perkataan Gandi, juga bukanlah hal yang ingin ia lakukan.

Oleh karena itu dia pun mengganti topik pembicaraan yang ada, dia pun berkata : "Tuan Tirta, Julia demi melindungi dirimu saat ini dia telah terbaring di rumah sakit, bukankah seharusnya kamu pergi kesana untuk menemaninya?"

"Itu urusanku, kamu tidak perlu mempedulikannya. Neva, jika dikemudian hari kamu masih berani mengadu kepada ibu, jangan salahkan aku jika aku berlaku tidak sungkan kepadamu!" Gandi teringat kembali akan percakapan dengan ibunya pada telepon hari ini setelah mendengar perkataan Neva, dengan suaranya yang keras, ia sudah menganggap Neva sebagai pelaku dari semua permasalahan ini.

Neva sedikit mengerutkan alisnya, mengadu? Dirinya sama sekali tidak pernah mengadu.

Gandi tidak menyukai dirinya, dia juga hanya hidup dengan berhati-hati, tidak ingin keramahannya dibalas dengan tindakan yang sebaliknya.

"Maaf, Tuan Tirta, aku tidak memahami maksudmu. Permasalahan kamu dan Julia, aku sama sekali tidak pernah mengatakannya di hadapan ibu." Suara Neva agak sedikit dingin saat menjelaskannya, dirinya tidak ingin disalahpahami oleh dia.

"Kamu tidak mengatakannya, ibu bagaimana bisa tahu? Mungkinkah hanya karena melihat aku menemaninya di rumah sakit, maka dia pun dapat mengetahui semuanya? Neva, berbohong juga kamu harus memiliki sebuah alasan yang baik." Gandi merapatkan bibirnya, kemudian berbicara dengan tanpa perasaan.

Dalam hati Neva lebih sakit lagi, apakah dirinya di dalam hati dia benar-benar begitu buruk?

Akan tetapi karena gengsinya ia tidak ingin mengaku kalah, ia masihlah menampilkan bahwa ia baik-baik saja dan berkata : "Tuan Tirta, aku rasa kamu telah berpikir terlalu banyak. Diantara kita, hanya pernikahan kontrak, saat masa kontrak telah sampai, maka kita berdua akan bercerai secara resmi. Maka dari itu tidak peduli jika kamu bersama dengan siapa itu juga tidak masalah, memiliki anak dengan siapa itu juga tidak masalah, memberikan usaha apa kepada siapa itu juga tidak masalah, sama sekali tidak ada urusannya denganku, aku hanya cukup melakukan bagian aku selama masa kontrak itu berlangsung."

Penampilan Neva yang seolah-olah dirinya tidak memiliki hubungan apa pun dengan permasalahan yang ada, benar-benar membuat Gandi marah, dia pun melangkah maju dan menarik Neva untuk bediri.

Tubuh Neva yang ringan tak berdaya bersandar pada tubuh Gandi, terlihat bahwa luarnya sangat lemah, hal ini membuat tatapan matanya memancarkan sedikit keterkejutan.

"Neva, karena kamu telah berkata demikian, maka begitu dikemudian hari jangan biarkan aku dari mulut ibu, mendengar permasalahan apa pun mengenai diri aku dan Julia. Kalau tidak, aku akan membuat kamu merasakan akibatnya!"

Setelah mengatakan itu, satu lambaikan tangan Gandi, menghempaskan Neva hingga mundur beberapa langkah, membuat ia jatuh terbaring di atas kasur.

Kasur ini sangatlah lembut, Neva sama sekali tidak merasakan sakitnya terjatuh.

Akan tetapi dalam hatinya terdapat banyak lubang kesedihan setelah mendapatkan perlakuan yang begitu kasar, melainkan tidak dapat digantikan begitu saja oleh rasa sakit pada tubuhnya.

"Tuan Tirta, meskipun kamu tidak mempercayai aku, akan tetapi aku masih akan memberitahu kamu, tidak peduli di masa lampau, atau di kemudian hari, aku tidak akan mencampuri apa pun urusan mu."

Suara Neva terdengar putus asa, membuat hati Gandi tanpa terduga pun sedikit bergetar.

Pada saat itu, tanpa terduga dia memiliki semacam perasaan ingin menarik Neva untuk bangun dari atas lantai, kemudian memeluknya di dalam pelukannya dan menyayanginya serta melindunginya.

Akan tetapi dengan segera ia teringat bahwa Neva adalah wanita berwajah dua, oleh karena itu dia menahan dirinya untuk tidak mengulurkan tangannya, awalnya ia ingin meredakan ketegangan diantara hubungan mereka berdua, akan tetapi setelah mengatakannya malah menjadi berubah : "Aku bisa mengatakan bahwa aku mempercayaimu, akan tetapi aku tahu dalam sekejap kamu pasti akan mengadu lagi kepada ibu. Neva, aku benar-benar terlalu memahami dirimu, trik murahan mu ini, dalam penglihatan aku benar-benar sangat kekanak-kanakan!"

Selesai berbicara, Gandi dengan acuh tak acuh, bersiap untuk pergi dari sana.

Neva pun terduduk di atas kasur, kasur yang lembut, bagi dia, sebaliknya lebih membuat orang merasa sulit untuk duduk diatasnya dibandingkan dengan kursi harimau yang merupakan kursi hukuman, dengan suara yang pelan ia berkata : "Tuan Tirta, sudah begitu larut, kamu ingin pergi kemana?"

Gandi menghentikan langkahnya, tanpa menolehkan kepalanya, ia langsung membanting pintu, hanya ada sebuah kata dengan nada mengejek yang bergema di dalam rumah : "Aku pergi kemana, sama sekali tidak ada urusannya dengan orang asing seperti kamu!"

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu