Cinta Yang Dalam - Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama

Pada saat pintunya terbuka, tatapan semua karyawan yang berada di dalam ruangan langsung beralih ke tempat tersebut.

Setelah melihat orang yang datang berkunjung, mereka semua langsung menghela nafas lega.

Sementara Ruri yang terdiam pada barusan, saat ini seolah-olah bersemangat dalam seketika, wajahnya langsung menampakkan senyuman tidak acuh "Aduh, asisten ini, buat apa kamu datang ke ruang penulis skenario ? Kenapa tidak menyanjung atasanmu dan malahan berkeliaran di sini ? Awas saja nanti atasanmu tidak senang dan langsung memecatmu !”

Dania langsung mengabaikan kata-katanya.

Dalam hatinya tentu saja ada api amarah yang membara. Namun Dania selalu mengingatkan dirinya agar jangan emosi.

Apabila dia emosi, maka akan jatuh ke dalam perangkap Ruri.

“Aku ada pekerjaan yang mau mencari kak Sansan, tolong minggir.” Dania berkata dengan nada dingin.

Sikap Dania yang terkesan profesional membuat Ruri yang bersiap-siap untuk bertengkar dengan dirinya menjadi sedikit tidak berdaya.

Ruri tidak meluangkan jalan, malahan hanya mengerutkan alis dan berkata “Kak Sansan sangat sibuk, tidak ada waktu untuk melayani kamu. Ada apa kamu bilang saja padaku, aku yang sampaikan saja,”

Dania melirik sekilas ke arah Ruri, penilaian dirinya terhadap Ruri sudah menghilang dengan total.

Wanita ini benar-benar bodoh sekali.

Berdasarkan peraturan Young Grup, masalah perusahaan lebih penting dari apapun. Dania datang kemari jelasnya ingin mengurus pekerjaan. Namun saat ini Ruri malahan menghalangi dirinya untuk masuk ke dalam, apabila Dania mempermasalahkan hal ini secara serius dan melapor ke departemen personalia, mungkin saja pada besoknya Ruri sudah tidak perlu datang ke kantor lagi.

Bukan, mungkin saja hari ini sudah bisa langsung kembali ke rumah.

“Anjing yang baik tidak akan menghalang jalan.” Dania malas emosi dengannya, sehingga langsung mengabaikan Ruri dan mendorong tubuhnya.

Ruri yang berada di belakang sama sekali tidak pernah menghadapi keadaan ini, sejak Dania masuk ke dalam perusahaan, Ruri selalu berperan sebagai orang yang menindas Dania.

Namun wanita lemah yang selalu tertindas, saat ini malahan membantah dirinya dan mempermalukan dirinya.

Hal ini membuat Ruri emosi meledak, dia mengulur tangan dan ingin menyeret baju Dania untuk mengusirnya.

Akan tetapi meskipun Ruri sangat emosi, namun Sansan yang berada di dalam tetap saja sangat sadar.

Dia langsung batuk dengan suara yang tidak terlalu kuat, namun sudah cukup untuk menekan Ruri.

Tubuh Ruri kaku sekilas dan langsung sadar kembali.

Dia menatap Dania yang sedang menghampiri sisi Sansan dengan tatapan kejam, kemudian langsung menutup pintu dan juga ikut menghampiri.

“Kak Sansan, ini beberapa dokumen yang dibutuhkan Direktur Yang, mohon dapat mengatur orang yang menyiapkan dokumen ini untuk sekarang !”

Dania menyerahkan kertas di tangannya dengan gaya formal, Sansan melirik sekilas, kemudian melambaikan tangan dan berkata "Sini !”

Sansan sama sekali tidak mengangkat kepalanya, namun dikarenakan hasil kerja sama selama ini, Ruri langsung mengerti kalau Sansan sedang memanggil dirinya.

Ruri mengerti demikian, sementara Dania juga mengetahui hal ini. Dalam ruangan penulis skenario pada sebelumnya, asalkan Sansan menyebut kata sini, tandanya hanya sedang memanggil Ruri yang selalu menyanjung dirinya.

Dengan kata lain, kebiasaan tersebut bahkan sudah menjadi sebuah kebanggaan.

Ruri menghampiri dan berkata "Kak Sansan, aku saja yang mengerjakan !”

Setelah itu dia mengulur tangan dan ingin menerima kertas tersebut.

Namun kertas tersebut malahan langsung dibuang oleh Sansan ke dalam berkas dokumen.

“Skenario kamu sudah selesai ditulis ? Kalau belum cepat kerjakan sekarang ! Masalah sepele ini, kapan saja dikerjakan juga sama !”

Setelah itu Sansan batuk sekilas lagi.

Ruri terbengong sekilas, dia mengerti kalau Sansan sedang sengaja menantang Winda, akan tetapi ini berhubungan dengan masalah perusahaan.

Jadi …..

Namun suara batuk Sansan pada barusan sudah menandakan kalau masalah ini tidak memiliki batasan untuk dibahas lagi.

Ruri langsung duduk di tempat dengan tanpa ragu.

Sementara pada saat ini dania malahan terabaikan begitu saja oleh Sansan.

Dania bagaikan telah menjadi manusia transparan, Sansan sama sekali tidak melirik ke arahnya.

Dania berkata dengan nada ringan "Kak Sansan, dokumen ini sangat penting. Kamu boleh meminta orang untuk mengurus sekarang ?”

Setelah Dania selesai berkata, dia tetap saja tidak mendapatkan respons apapun.

Sansan duduk di depan komputer, matanya terus melekat pada sebuah berkas yang tertera di layar komputer.

Seolah-olah Dania yang berada di sampingnya telah menjadi udara.

Wajah Dania sudah mulai menampakkan jejak amarah, namun tidak lama kemudian dia langsung meredakan amarah tersebut.

Dania mengerti kalau Sansan sedang memancing amarahnya. Lagi pula kalau dia emosi terhadap Sansan, Sansan pasti akan mencari masalah dan menuduh dirinya sedang mengatasnamakan kekuasaan Winda, sampai saat itu Winda malahan akan ikut terlibat dalam masalah.

Bagaimanapun sebelumnya Dania pernah bekerja di ruang penulis skenario, sehingga dia mengetahui di mana keberadaan beberapa dokumen yang diperlukan ini.

Dia berjalan ke depan lemari dokumen, kemudian langsung membuka pintu lemari dan mulai mencari.

Sansan tidak bergerak, namun reaksi wajahnya yang semakin seram menandakan bahwa dirinya sangat tidak senang terhadap tindakan Dania.

Dokumen di dalam lemari sudah sedikit kacau, sebelumnya Dania yang bertanggung jawab untuk membereskan dokumen tersebut.

Meskipun berdasarkan peraturan perusahaan, pekerjaan membereskan dokumen harus dilakukan secara bergiliran oleh masing-masing karyawan. Namun saat itu Dania yang berada di ruangan penulis skenario pada dasarnya sudah bertanggung jawab dalam mengurus pekerjaan sepele seperti ini.

Ruangan penulis skenario juga ada karyawan baru yang masuk bekerja, karyawan baru tentu saja akan tertindas. Sebenarnya pada dulunya Dania sudah tidak perlu melakukan pekerjaan ini lagi.

Namun Dania yang sudah pernah mengalami penindasan oleh karyawan lama, tidak ingin menyalurkan siksaan seperti ini kepada orang lain lagi.

Semua usaha dan pengorbanan Dania tidak tersia-sia.

Setidaknya karyawan yang tidak ikut bergosip dan tidak memihak siapa pun pada barusan, sebagian besarnya adalah karyawan baru yang masuk setelah Dania.

Setelah mendapatkan dokumen yang diperlukan dania langsung meninggalkan ruangan.

Pada saat Dania baru menutup pintunya, dia langsung mendengar suara memecahkan gelas yang berasal dari dalam ruangan.

Dalam beberapa waktu ini dania juga mendengar kabar kalau Sansan sering memecahkan gelas.

Memecahkan gelas menandakan bahwa suasana hati Sansan sedang tidak baik, pada dulunya Dania juga pernah mengalami hal ini.

Sementara gelas yang dipecahkan oleh Sansan dania harus mengeluarkan uang sendiri untuk menggantikannya.

Di dalam ruangan penulis skenario, Ruri buru-buru mengeluarkan satu set gelas baru, kemudian membersihkan gelas baru dan meletakkan di meja Sansan.

Setelah itu dia bertanggung jawab dalam tugas kebersihan, kemudian membersihkan pecahan kaca yang berada di lantai.

Pada saat membersihkan, tangannya bahkan terluka karena pecahan kaca di lantai.

Darah langsung mengalir dari luka tersebut, Ruri menekan dengan jari tangannya, namun malahan lupa kalau di atas lukanya masih menyisakan pecahan kaca, sehingga jari tangan satunya juga ikut terluka.

Rasa sakit yang merasuk ke dalam hati membuat Ruri mendesah kesakitan.

Tindakan tersebut membuat Sansan yang sedang emosi mendapatkan tempat pelampiasan, dia sama sekali tidak melirik Ruri dan langsung membentak dengan kuat "Buat apa teriak di sini ? Kalau sudah selesai cepat pergi ! Masalah sepele saja juga tidak bisa mengerjakan, apa gunanya kamu ? Aku kasih tahu kamu, kalau malam ini tidak bisa menyelesaikan skenario, kamu jangan berharap bisa pulang kerja lagi !”

“Maaf, maaf, aku, aku langsung membereskan !” Dikarenakan jari tangannya telah terluka, Ruri bahkan sudah hampir menangis.

Namun pada saat seperti ini, dia malahan dimarahi oleh Sansan.

Hatinya memiliki perasaan tidak terima.

Pada pertama kalinya, Ruri merasa sepertinya Sansan lumayan keterlaluan.

Dania kembali ke ruangan kerjanya, kemudian membereskan beberapa dokumen dan menyerahkan kepada Winda.

Winda menerima dokumen tersebut dan melirik ke arah Dania.

Sebenarnya mengambil dokumen ini hanya memerlukan waktu dua atau tiga menit saja. Namun barusan Dania bahkan menghabiskan waktu dua puluh menit untuk mengambil dokumen tersebut.

Winda bukan mencurigai cara kerja Dania, dia malahan sedikit khawatir dengannya, takutnya barusan di ruangan penulis skenario telah menayangkan sebuah drama keributan.

Winda diam-diam berpikir sendiri, tangannya menggerakkan mouse dengan refleks, namun malahan menjatuhkan gelas di sampingnya.

Pada saat gelasnya hampir terjatuh ke lantai dania bertindak dengan cepat dan langsung menangkap gelas tersebut.

“Direktur Yang, kamu kenapa ? Tidak apa-apa kan ?”

“Tidak, tidak apa-apa, terima kasih ya.”

Winda menerima gelasnya, kemudian tersenyum dan berkata.

Jarak hingga saatnya pulang kerja hanya menyisakan waktu satu jam saja, Winda keluar dari ruangan kerjanya.

Dia tidak memakai lift, malahan menggunakan tangga dan tiba di lantai teratas.

Ruangan ini adalah ruang kerja khusus direktur dan juga merupakan ruang kerja khusus Satya.

Dikarenakan ada pemberitahuan dari Satya pada sebelumnya, sekretaris dan pengawal yang berada di depan pintu langsung membiarkan Winda masuk ke dalam ruangan.

Winda masuk ke dalam ruangan dan mengetuk pintu.

Namun ketika baru saja mendorong pintu masuk, dia langsung melihat Satya yang sedang membuka jendela.

Sementara pada saat ini, di dalam ruangan masih menyisakan bau asap rokok yang menebar di udara.

“Merokok lagi ya ? Direktur Satya.” Winda berkata dengan reaksi seru, kata lagi kesannya sedang menegur.

Satya yang selalu bersikap dingin di hadapan orang lain, saat ini buru-buru melambaikan tangan dan memohon "Tidak, tidak merokok. Kamu pura-pura tidak melihat saja, boleh ? Nona Yang ”

Nada bicara Satya bahkan sudah berkesan seperti membujuk.

“Em ?” Winda sedikit mengerut alis, lalu melihat tumpukan puntung rokok yang dipadamkan ke dalam asbak rokok, kemudian berkata "Ini juga anggap saja tidak melihat ?”

Wajah Satya penuh dengan reaksi panik yang nyata.

Hal ini dikarenakan dirinya tidak boleh merokok atau tidak dibolehkan merokok.

Bagaimanapun masih ada harimau ganas yang berada di rumahnya, Jenifer terus mengingatkan dan mengancam dirinya agar jangan merokok.

Untung saja Winda tidak memperhitungkan masalah ini, meskipun dia memiliki hobi untuk menyaksikan drama.

“Ada keperluan apa, nona besar keluarga Yang ada perintah apa ya ?” Satya melihat sikap Winda yang tidak ingin memperbesar masalah, sehingga buru-buru menuang teh dan mengalihkan topik dengan kesan menyanjung.

Winda melihat teh hangat yang berada di hadapannya, kemudian mengeluh nafas dan berkata "Harus bagaimana ya, aku mengalami masalah besar.”

“Masalah ?” Satya terbengong sejenak, seolah-olah belum sempat mengerti.

Bagaimanapun perusahaan ini adalah cabang dari Young Grup, siapa juga pemilik dari Young Grup ?

Young Grup adalah aset pribadi milik keluarga Yang, sementara Winda adalah nona besar di keluarga Yang.

Dengan bahasa lainnya, dia mana mungkin tertindas di dalam rumah sendiri ?

Winda tentu saja melihat reaksi wajah Satya yang terkesan tidak percaya.

Winda menceritakan secara sekilas mengenai semua kejadian di dalam perusahaan, dia sendiri tidak berkenan dengan kejadian tersebut, namun dia juga khawatir apabila masalah ini terus berkembang, mungkin saja akan mempengaruhi pekerjaan.

Sementara asistennya Dania juga akan mengalami tekanan yang berat.

Mengenai semua ini, Winda tidak boleh menegur secara terus terang kepada karyawan lainnya di perusahaan.

Oleh sebab itu orang harus berperan sebagai orang jahat tentu saja hanya menyisakan Satya.

Satya merenung sejenak dan berkata "Masalah ini sebenarnya gampang juga. Saat ini Sansan semakin keterlaluan di perusahaan, dia berani bertindak seperti ini juga dikarenakan wakil direktur yang bernama Orlan. Beberapa waktu ini aku bahas saja dengan Orlan.”

“Iya, permintaan aku sangat sederhana, asalkan tidak mempengaruhi pekerjaan, aku tidak berkenan dengan masalah lainnya.”

Dikarenakan Dania dipersulit oleh karyawan lainnya, sehingga pekerjaan yang hanya memerlukan waktu dua tiga menit malahan tertunda hingga dua puluhan menit, Sansan sudah berhasil menginjak batasan kesabaran Winda.

Dalam menghadapi perbuatan yang merugikan perusahaan, Winda sama sekali tidak dapat bersabar lagi.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu