Cinta Yang Dalam - Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?

Gandi sedikit terbodoh, sejak dia lahir sampai sekarang, ini pertama kalinya dia ditampar.

Sedangkan ini semua, karena wanita yang saat ini sedang menonton di ranjang.

Wajahnya suram, tapi tidak berkata apa-apa.

Setelah Shinta selesai menampar Gandi, dadanya naik turun karena marah, sambil menunjuk Gandi dan memarahi: "Gandi, dari kecil sampai besar, aku tidak pernah memukulmu. Tapi hari ini, aku harus mengajarimu dengan baik. Kamu lihat kamu, apa yang sudah kamu lakukan? Apakah aku sudah memberitahumu, kesehatan Neva tidak bagus, kamu tidak boleh menyentuhnya?"

Gandi tidak mengangkat kepalanya melihat mamanya, seperti anak kecil yang melakukan kesalahan, menundukkan kepala dan berkata: "Ma, sudah lewat sebulan."

Shinta tertegun.......menghitung waktu sebentar, sepertinya memang sudah lewat sebulan.

Tapi dia langsung bereaksi lagi, waktu bukan paling penting.

Yang paling pentingnya, bagaimana boleh Gandi melakukan ini kepada Neva?

Kalau bukan kasar sekali, Neva mana mungkin kehilangan banyak darah dan pingsan, lalu diantar ke rumah sakit?

Perkataan dokter jelas sekali di depan mata, dia lanngsung menarik lengan baju anaknya, dengan kuat menarik, tapi Gandi tidak bergerak.

Ekspresi wajah mamanya jauh lebih buruk, melihat anaknya yang menolak, dengan berat berkata: "Gandi, minta maaf kepada Neva!"

Gandi merapatkan bibirnya, menyuruhnya meminta maaf, itu tidak akan mungkin.

Wanita ini, semuanya hanya pura-pura, tapi mamanya malah tertipu.

Dia paling mengerti anaknya sendiri, Shinta melihat anaknya tidak mau mendengar, dalam sekejap marah besar.

Dia dengan kuat menarik baju Gandi ke arah ranjang Neva.

Awalnya Gandi tetap diam, tapi melihat wajah mamanya yang pucat karena kelelahan, memikirkan kalau ibunya memang ada penyakit jantung, tidak boleh melakukan hal yang melelahkan.

Dia hanya bisa pelan-pelan ditarik oleh mamanya, sampai ke depan ranjang Neva.

Sekarang Neva mana berani berpura-pura terbangun, dia hanya memejamkan matanya, bertingkah seperti dirinya tidur lelap sekali.

Melihat Gandi dipukul, apalagi ditampar, dia sangat curiga kalau Shinta tidak ada di tempat, dia pasti akan dibunuh.

"Cepat katakan, minta maaf!" Shinta mencengkram tangan Gandi, suaranya sudah sedikit bergetar, ini membuktikan kalau mamanya sudah pasti esmosi, jantungnya pasti berdetak sangat cepat.

Gandi tau dia tidak punya pilihan lain, dia tidak mungkin demi perasaannya sendiri, membuat mamanya marah sampai masuk rumah sakit.

Pertama kalinya, dia menggunakan nada bicara yang berkompromi, berkata: "Neva......"

Sebutan itu baru saja terlontarkan dari mulutnya, Shinta langsung memukul punggung Gandi, dengan marah berkata: "Kamu panggil apa? Dia siapamu?"

Gandi tidak mau berdebat dengan mamanya, tapi bukan berarti dia tidak akan tidak marah kepada Neva, dia dengan marah melihat Neva, wanita ini berencana mau pura-pura tidur sampai kapan.

Tapi hati Neva takut, dan juga berharap, dia ingin Gandi memanggil panggilan itu, karena dari menikah sampai sekarang, Gandi tidak pernah memanggil kata itu.

Oleh karena itu, di hadapan Gandi, menjadi Neva yang sangat ingin melihat dia disiksa Shinta dan memalukan.

"Sa........sayang......." Gandi melihat mamanya, ekspresi mamanya yang tak berhenti bersumpah, membuat Gandi tau kalau dia tidak ada jalan untuk kembali.

Mendengar Gandi memanggil seperti itu, wajah Shinta langsung memunculkan senyuman.

Meskipun dia yang memaksa Gandi, tapi langkah pertama pencairan es ini, maka akan ada langkah kedua, hubungan suami istri ini, akhirnya bisa memasuki jalur yang benar.

Perkataan seperti ini, meskipun bermimpi bertemu orangtua Neva, dia juga bisa tersenyum berkata dirinya sudah sangat baik kepada Neva.

"Lalu?" Shinta menahan tawanya, dengan serius melihat Gandi.

Saat ini Neva tiba-tiba mengerutkan keningnya, berpura-pura seperti baru tertidur, tapi sekarang sudah bangun. Menjulurkan tangannya menggosok matanya, lalu menguap, dia dengan natural terkejut sekali: "Sa,sayang......Kamu kenapa bisa ada disini?"

Panggilan ini, Neva selalu memanggilnya di dalam hati.

Shinta di lokasi, Neva memanggil seperti itu, meskipun Gandi jijik sekali, dia juga harus menahannya.

Hati Neva, sekarang bisa-bisanya ada semacam rasa senang karena terealisasinya rasa jijik.

Gandi dengan mengerutkan kening melihat wanita ini, pura-pura, pintar sekali berpura-pura.

Pintar bersosialisasi, pintar memasak, pintar menghangatkan ranjang, bisa melahirkan anak.

Mungkin di mata mamanya, ini adalah semua kelebihan wanita ini.

Gandi sedang berpikir, apakah harus membongkar data Neva, agar mamanya bisa melihat, mungkin saja cara pandang mamanya terhadap Neva bisa berubah.

Pipi Gandi ditampar lagi.

Gandi yang sedang berpikir, langsung sadar karena tamparan Shinta.

"Sedang memikirkan apa? Istrimu sedang berbicara denganmu, apa kamu tidak mendengar?" Shinta menampilkan peran mertua jahat, tapi yang dia jahatkan bukan menantu, tapi anaknya sendiri.

Gandi berusaha tersenyum, sangat memaksa tersenyum, berkata: "sayang, dengar-dengar.....kamu......masuk rumah sakit, jadi aku.....datang......melihatmy."

Gandi yang biasanya mempunyai kata-kata yang tajam, kali ini malah bicara dengan gagap.

Neva melihat tatapan Gandi yang membawa peringatan, dengan rendah berkata: "Gandi, aku tidak apa-apa, perusahaan begitu sibuk, kamu sibuk dengan pekerjaan kamu saja."

Neva mengerti sekali, panggilan sayang ini, sekali saja sudah cukup.

Kalau memanggil terlalu banyak, sekarang hatinya sesenang apa, nanti waktu Shinta sudah tidak ada, Gandi akan membuatnya tersenyum dengan semenyedihkan itu juga.

Gandi mengangguk, membalikkan badan mau pergi.

Dia sangat puas dengan tingkat kepekaan Neva.

Tapi dia masih belum pergi selangkah, sudah langsung mendengar Shinta sedang bertanya apakah Neva lapar atau tidak.

Neva sudah tidur lama sekali, dan juga kehilangan banyak darah, sekarang waktunya untuk memperbaiki gizi.

Suara Shinta baru keluar, perutnya langsung berbunyi.

Shinta melihat punggung Gandi, dengan santai berkata: "Istrimu sedang diopname mau makan, sebagai suami, bukankah seharusnya melayani?"

Wajah Neva yang awalnya malu menjadi kaku, layaknya hati mereka terhubung, langkah Gandi juga berhenti.

Shinta dengan ringan mengetuk kepala ranjang, sebentar dan sebentar, seperti sebuah tongkat kayu menahan kaki Gandi, membuatnya membalikkan badannya.

Pertama kalinya Gandi, membalikkan badannya dengan tak berdaya.

Sedangkan mata Shinta membawa pandangan Gandi, melihat bubur yang diletakkan di meja makan.

Gandi mengambilnya, Shinta langsung berdiri, memberikan tempat untuk anaknya.

Gandi berjalan ke hadapan Neva, dari atas melihat Neva yang dibawah.

Sedangkan Neva gugup sekali sampai kedua tangannya menggenggam selimut, sampai-sampai selimutnya hampir robek.

Tatapan Gandi sedikit rumit, tapi tidak ada rasa maaf kepada Neva.

Shinta memaksanya meminta maaf kepada Neva, tapi karena Neva sudah bangun dan menggagalkannya, jadi dia tidak jadi mengatakannya.

Hatinya mengerti, Shinta juga mengerti, Neva sedang memberikan jalan untuk Gandi, agar tidak membuatnya canggung sekali.

"Untuk apa terbengong? Sedang berpose?" Ucap Shinta dengan biasa.

Gandi tersadar, tangannya mengambil sendok didalam mangkok, dengan sedikit kuat menyendokkan bubur, tapi penuh sekali, malah tumpah kembali ke dalam mangkok, tidak berhenti terjatuh, sama sekali tidak diantarkan ke depan mulut Neva.

Neva dengan lembut melihat Gandi, tidak peduli sebelumnya sudah melakukan apa kepadanya, sekarang hatinya rela sepenuh hati ataupun penuh benci.

Dia adalah wanita yang mudah puas, Gandi menyuapnya seperti ini untuk makan bubur, asalkan menunjukkan sikapnya saja, dia sudah cukup.

Dia menjulurkan tangan ingin mengambil bubur, dengan pelan berkata: "Gandi, aku sendiri saja."

Gandi sangat senang dengan kepekaan wanita ini, langsung memberikan mangkok itu ke tangan Neva.

Tapi saat ini dibelakangnya ada suara batuk yang pelan, Shinta dengan ringan berkata: "Neva, kamu sedang sakit, butuh istirahat beberapa hari, Gandi bisa melayanimu."

Sekarang tangan Neva kaku di tengah udara, dengan segan tersenyum kepada Gandi, lalu menarik kembali tangannya.

Dia sudah membantu sebisanya, tapi Shinta tidak mau melepaskan Gandi, dia juga tidak bisa melakukan apapun.

Neva menyuruh Gandi agar mendekatkan mangkok bubur itu ke arahnya, lalu Gandi langsung memposisikan mangkok di bawah dagu Neva.

Neva membuka mulutnya, Gandi langsung memasukkan bubur ke dalam mulut Neva, akhirnya berhasil menghabiskan semangkuk bubur.

Tapi Neva sedikit miris, bubur yang terus tumpah dari sendok ke dagunya.

Gandi meletakkan mangkuk, melihat Neva saat ini, sedikit mirip dengan kucing bunga, mulutnya tidak sadar membuat senyuman.

Dia mengambil selembar tisu basah dari atas ranjang, lalu membersihkan mulut Neva.

Gerakan Gandi sangat lembut, dalam sekejap membuat Neva terbengong.

Dia tidak bisa menjelaskan apa yang dia rasakan, Gandi, bisa-bisanya menjadi baik kepadanya.

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu