Cinta Yang Dalam - Bab 140 Saksi

Ekspresi wajah Gandi, saat itu menjadi suram.

Wanita ini, ternyata sudah berani menjawab kembali dia!

Dan saat ini Mbok Ting sudah ikut naik, kebetulan melihat pemandangan kedua orang ini.

Dia merasa ragu sebentar, berkata:”Gandi, Nyonya muda minum terlalu banyak, kamu biarkan dia tidur saja, besok saat bangun sudah tidak apa-apa.”

Gandi memandang Neva dengan mata berapi-api, bergumam sendiri:”Aku mengurus terlalu luas?”

Mbok Ting ragu-ragu berbicara, ada beberapa kata yang tidak bisa dia ucapkan, dia juga yang menyaksikan hubungan mereka berdua.

Tapi jika Mbok Ting memiliki putra seperti Gandi ini, sifat dia tidak bisa ditarik kembali walaupun menggunakan 10 ekor sapi, dia pasti akan memukulnya beberapa kali.

Gandi menoleh, melihat Mbok Ting, berkata:”Mbok Ting, apakah kamu sudah mendengar?”

Ekspresi wajah Mbok Ting sedikit canggung, dengan damai berkata:”Gandi, kamu berbicara dengan orang mabuk, tentu saja dia bisa berbicara sembarangan.”

Gandi berpikir, lalu berkata:”Kalau begitu, orang mabuk selalu mengatakan kata-kata jujur, jadi yang dia katakan adalah kata-kata dalam hatinya?”

Mbok Ting tiba-tiba merasa dia salah berkata, ternyata membuat pasangan muda ini hampir bertengkar, dia buru-buru berkata:”Tidak, bagaimana bisa…. Nyonya muda, perasaan dia padamu sangat dalam!”

“Sudahlah, Mbok Ting, kamu keluarlah, aku akan mengobrol sebentar dengan dia.” Gandi menjawab dengan dingin.

Mbok Ting masih ingin membujuk, tapi tahu jika Gandi sudah memiliki keputusan, hanya bisa menutup pintu. Tapi tidak menutup habis, dia sudah memutuskan, jika dari atas terdengar gerakan yang besar, maka dia akan naik untuk menghadang.

Neva memandang orang didepannya dengan tatapan kosong, postur tubuhnya, sangat tinggi!

Tubuhnya seperti ada sedikit aroma parfum, aroma ini, adalah aroma yang paling tidak dia sukai, membuat dia mengingat seseorang yang membuatnya mual.

“Kamu, kenapa masih disini, cepat pergi!”

Neva membalikkan tubuh, menunjuk dan berkata kepada Gandi dengan tidak bertenaga, tapi lengannya baru saja dinaikkan, sudah kembali jatuh lagi.

“Kamu tidak mengenaliku?” emosi Gandi sudah reda, tapi semakin tenang pertanyaannya, menunjukkan semakin besar emosi dalam hatinya.

Neva mendongak melihat orang asing didepannya, menggosok matanya ingin melihat dengan jelas, tapi tetap tidak bisa melihat dengan jelas.

Dia sekarang hanya ingin tidur, tapi orang ini tidak membiarkan dia tidur.

Dia berusaha untuk bangkit dari ranjang, terhuyung-huyung, ingin melihat sebenarnya siapa orang ini, berani mengganggu mimpinya.

Apakah karena sifatnya baik, maka mengira dia mudah untuk di ganggu, dia juga orang yang bisa kesal jika tidurnya diganggu!

Tapi baru saja melangkahkan kaki kedepan, dia tersandung kakinya yang lain, Neva langsung jatuh kedepan.

Gandi mengulurkan tangan, menahan Neva.

Neva merasakan tangan kuat ini, sepertinya diletakkan ditempat yang tidak seharusnya diletakkan.

“Ca, Cabul, lepaskan aku, cepat pergi!”

Kedua tangan Neva menopang, ingin berdiri dari sini.

Tapi tangan Gandi hanya menahan dia, kedua tangannya sama sekali tidak memeluknya.

Setelah melakukan postur mengancam, Neva menyerah.

Dia terlalu lelah, biarkan saja begini, walaupun sedikit tidak nyaman, tapi juga bisa untuk tidur.

Gandi awalnya mengira Neva gagal untuk melawan, lalu aka mengatakan kata-kata memohon, maka dia akan melepaskannya.

Bagaimanapun mengatakan logika kepada seseorang yang mabuk, sia-sia saja.

Tapi siapa sangka setelah bertindak seperti itu, wanita ini, ternyata sudah tidur.

Ekspresi wajah Gandi menjadi suram, bagus sekali, sepertinya belakangan ini dirinya memperlakukan dia terlalu baik, membuat dia lupa seberapa menakutkan dirinya.

Aroma tubuh Neva tidak enak untuk dicium, aroma alkohol, aroma parfum, bahkan sedikit aroma muntahan bercampur jadi satu, membuat Gandi mengernyitkan dahinya.

Dia mengangkat Neva, berjalan maju, lalu langsung membuang dia ke atas ranjang.

Neva seperti sudah tidak sadar lagi, ternyata masih berguling di atas ranjang, mencari tempat yang nyaman untuk dirinya sendiri.

Gandi merasa dia sudah mengendalikan emosinya sendiri untuk tidak memukul orang, dia membungkukkan badan, mengangkat dagu Neva dan berkata:”Kamu ingin tidur?”

Neva merasa dagunya di angkat oleh orang lain, sangat tidak nyaman, dia lalu ingin mendorongnya menjauh.

Tapi mendorong beberapa kali, pihak lawan tidak bergerak, dia menjadi marah, berteriak dengan tidak puas:”Siapa sebenarnya kamu! Tidak ada habisnya! Jika kamu begini terus, aku akan menyuruh suamiku datang memukulku! Sifat dia sangat buruk, jika dia menggunakan tangannya bisa membuat orang mati!”

Ekspresi wajah Gandi berubah, dia selama ini memuji dirinya adalah orang yang berbicara dengan masuk akal.

Tapi dari kata-kata mabuk Neva, dirinya sendiri seperti sudah berubah menjadi seorang preman.

“Apa yang kamu katakan?” Gandi menekan dagu Neva, mulai menggunakan tenaga.

Neva kesakitan, kedua tangannya menggores lengan Gandi dengan ganas, mendorong sekuat tenaga, lalu, dia menggigitnya.

Gandi hanya merasakan gelombang sakit, dengan tidak sadar ingin menarik tangannya keluar.

Tapi Neva seperti menjadi kejam, terus menggigit tangan dia tidak melepaskan.

Untung saja kekuatan Neva tidak besar, ditambah lagi kali ini sudah minum alkohol, rasa sakit ini, masih bisa ditahan oleh Gandi.

“Lepaskan! Lepaskan!” suara Gandi sudah terdengar frustasi dan jengkel.

Neva merasa dalam mulutnya ada sesuatu yang terus bergerak, sangat kasar, dan tidak enak.

Dia sudah lupa jika niatnya adalah untuk membalas, setelah menggigit sebentar dan menyadari tidak bisa menggigit lagi, maka dia langsung menyerah.

Gandi baru menarik tangannya keluar, menatap Neva dengan penuh emosi, tapi tidak melanjutkan tindakannya karena masih ada rasa takut.

Wanita ini, kenapa setelah mabuk menjadi seperti orang gila?

“Nyalimu tidak kecil!” Gandi berkata dingin.

Neva berguling lagi diatas ranjang, dia sudah merasakan kepalanya sedikit sakit, ingin tidur tapi diganggu oleh orang lain, dia berkata dengan tidak senang:”Apakah kamu sudah selesai? Jika tidak pergi lagi, aku akan menelepon polisi!”

Melihat Neva yang mengernyit, wajah mabuknya yang masih mengancam dirinya, Gandi merasa sangat konyol.

Ada apa ini sebenarnya? Dia pulang ke rumahnya sendiri, masuk ke kamar sendiri, tenyata masih di anggap pelanggaran hukum?

Gandi sudah belajar kali ini, dia membungkukkan badan, pertama satu tangannya mengikat kedua tangan Neva, lalu menekan kepalanya.

Dengan begini walaupun Neva ingin menggigit dia, juga tidak akan bisa.

Dia menunduk, semakin dekat dengan Neva.

Neva masih mengenakan pakaian yang sama dengan acara malam ini, saat Gandi mulai memperhatikan dia, menyadari hari ini dandanan dia hari ini sangat cantik, membuat dirinya sendiri tanpa sadar ingin menariknya.

Tangan Gandi yang satunya, bergerak di atas wajah Neva, sampai ke leher, lalu dari leher mulai bergerak turun lagi, membuka ikatan didepan tubuh Neva.

Dan mengikuti gerakan dia, tubuh Neva bereaksi tanpa sadar.

Dia merasa dalam tubuhnya ada api yang tidak bernama, meningkat dengan cepat, membuat dia memiliki perasaan ingin melampiaskan!

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu