Cinta Yang Dalam - Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
Kepanikan Winda menyebabkan keinginan Gandi menjadi semakin kuat.
Kebetulan pada saat ini, mobil perusahaan kembali dari luar dan parkir di tempat tidak jauh dari tempat parkir Winda.
Beberapa staf penulis turun dari mobil dan mereka tidak bisa menahan diri tetapi melirik kepada mobil Maybach Gandi.
Mobil mewah ini cukup memadai.
Tetapi hal yang paling penting adalah, adegan di dalam mobil mewah ini sangat menarik perhatian.
Seorang pria berada di atas seorang wanita.
Sementara orang yang bermata tajam sepertinya sudah sadar wanita yang berada di bawah pria itu siapa.
Winda yang menyadari kedatangan orang kantor langsung menjadi semakin gugup dan mendorong pria di atasnya dengan kuat.
"Gandi, apakah kamu gila? Ada yang datang."
Tidak ada orang yang ingin memalukan diri.
Tetapi Winda terlalu merendahkan kekuatan Gandi.
Tanpa menoleh ke belakang, Gandi menekan semakin kuat ke tubuh Winda.
"Biarkan mereka lihat, tidak ada yang berani mengatakan keburukan kamu dan aku"
Kata-kata Gandi membuat tubuh Winda berhenti bergerak untuk sejenak.
Di tengah kegelapan, Winda menatap ke mata Gandi yang gelap tetapi memancarkan cahaya kuat.
Tatapan yang agresif itu membuat Winda menghindarnya.
"Tetapi, tetapi..."
"Tidak ada tetapi"
Tubuh Gandi semakin menurun dan jarak dia dengan Winda menjadi semakin dekat, nafas Gandi yang hangat membuat seluruh tubuh Winda terasa kaku.
"Jangan, aku tahu, aku harus membayar budi tuan Tirta"
Karena takut keinginan pria ini menyebabkan kejadian yang tidak bisa terkontrol lagi, Winda memilih untuk menyerah.
Dia menatap ke mata Gandi dengan terus terang.
Setelah mendengar kata-kata Winda, Gandi merasa agak aneh, setelah itu, ekspresi dia terlihat sangat nakal.
Sepertinya Gandi sangat kaget terhadap Winda yang tiba-tiba menyerah.
Sementara Winda tahu dia harus cepat melarikan diri dari pria ini, kalau tidak, berdasarkan kondisi sekarang, Winda tidak berani berpikir apa yang akan terjadi pada selanjutnya.
Di tengah malam yang gelap... oh salah, di tempat parkir bawah tanah yang sepi ini. Kalau tahu begitu, Winda seharusnya meminta Gandi menurunkan dia di depan gerbang perusahaan.
Takutnya pria ini sudah merencanakan semua ini dari tadi, sudah memutuskan mau menganggu dia setelah tiba di sini.
"Bagaimana nona Yang mau membalas budi aku?" Gandi memilih untuk tidak memaksa.
Karena mau bagaimanapun, buah yang dipanen dengan paksa tidak akan terasa manis. Kata-kata dari generasi tua ini sangat masuk akal.
Gandi ingin Winda mendekatinya secara inisiatif, mendekat sampai Winda sama sekali tidak bisa meninggalkannya.
Pada saat itu, meskipun ingatan Winda tidak kembali pun tidak apa-apa. Mau bagaimanapun, Winda tetap adalah wanita miliknya, sementara Nana mendapati seorang keluarga yang tubuhnya adalah ibu kandungnya, tetapi ingatannya adalah ibu tirinya.
"Aku, aku... tuan Tirta, apakah kamu bisa kembali ke tempat dudukmu dulu?"
Winda merasa sangat gugup, sehingga dia harus memaksa diri untuk berkata dengan benar.
Gandi percaya kepada Winda, kalau dia sudah berjanji, maka dia pasti tidak akan melarikan diri secara diam-diam.
Jadi, Gandi duduk kembali ke posisinya dengan posisi menoleh ke samping, menunggu Winda untuk mengambil tindakan.
Pada saat itu, ponsel Winda berdering, asisten Dania menelponnya.
Winda meletakan jari telunjuknya di depan bibir, meinta Gandi untuk tidak bersuara sebelum mengangkat telpon.
"Direktur Yang, kapan kamu akan datang? Kami sedang menunggu kamu"
"Tunggu sebentar, aku sudah tiba di tempat parkir, segera sampai"
Setelah itu Winda pun mengakhiri telpon dan menoleh ke Gandi.
Tatapan Winda yang berisi sedikit kebencian membuat keinginan Gandi untuk memilikinya mulai membakar lagi.
Asal Gandi bergerak sedikit, Winda sudah mengetahui rencana di dalam hati pria ini.
Jadi dia pun segera berkata: "Stop, tuan Tirta, tolong duduk dengan baik, kemudian pejamkan matamu"
Pejamkan mata?
Gandi memikirkan adegan yang akan terjadi setelah dia memejamkan mata, yaitu wanita itu membuka pintu mobil dan melarikan diri, meninggalkan bayangan tubuh kepadanya?
Atau wanita ini akan menciumnya?
Waktu memikirkan hal itu, sudut bibir Gandi pun terangkat dengan cantik.
Sementara Winda yang melihatnya sudah merasa tidak tahu mau berkata apa lagi.
Apakah pria ini sedang membayangkan hal-hal yang tidak pantas? Seberapa tidak tahu malunya dia?
Gandi memejamkan matanya, dia memutuskan untuk percaya wanita ini.
Kalaupun wanita ini melarikan diri, Gandi juga bisa menangkapnya kembali.
Akibat tidak menurut sangat sederhana, yaitu melakukan hal-hal tersebut di dalam kantor sampai wajah wanita ini memerah.
Waktu berpikir tentang ini, api keinginan di dalam hati Gandi semakin menyala.
Melihat wajah pria ini yang tampan, bulu matanya yang cantik, kulitnya yang membuat wanita iri, hidungnya yang mancung, matanya yang cantik, bahkan waktu tertawa, di sudut bibirnya terdapat dua lesung pipi yang menyebarkan pesonanya.
Winda tidak bisa menahan diri dan melihatnya dengan bodoh.
Gandi menunggu sangat lama, tetapi Winda tidak melakukan apa pun.
Sementara tidak ada suara pintu mobil terbuka juga, berarti Winda masih berada di dalam mobil, hanya saja dia tidak melakukan apa pun.
Kesabaran Gandi menipis, dia membuka matanya dan melihat ke Winda.
Kemudian dia pun melihat ekspresi Winda yang sedang menatapnya dengan bodoh.
Selanjutnya, dari sudut pandang Winda, wajah Gandi semakin mendekat, kemudian kehangatan menyebar dari bibirnya sampai ke seluruh tubuh.
"Uh..." Winda membantah, tetapi Gandi menahannya dengan kuat sampai seluruh tubuhnya sedikit gemetaran.
Setelah 3 menit lebih, setelah Winda merasa mau putus nafas untuk beberapa kali, Gandi baru melepaskannya.
Winda berbaring di punggung kursi dan menarik nafas dengan kuat, kemudian berkata dengan nada suara yang tidak puas dan lemah: "Tuan, tuan Tirta, bukannya tadi, aku sudah berkata, aku akan membalas budimu?"
Kata-kata Winda membuat Gandi tertawa dengan ringan.
"Aku melihat nona Yang sepertinya sudah jatuh cinta kepada aku, jadi aku memberikan diriku kepada kamu secara inisiatif"
"Jatuh cinta?"
Winda ingin muntah untuk menunjukkan seberapa tidak senang dirinya.
Tetapi dia teringat dengan cara pria ini bertingkah pada biasanya.
Jadi, Winda menghentikan dirinya dan hanya menggembangkan bibirnya.
Waktu dia sedang berpikir bagaimana membuat Gandi merasa malu, suara Gandi yang agak tidak sabar berdering di telinganya.
"Nona Yang, apakah kamu masih tidak mau pergi?"
"Apa? Kamu mengusir aku?" Otak Winda sudah menjadi kosong, sehingga dia sudah melupakan masalah sebelumnya.
"Tidak, aku sama sekali tidak ada maksud itu. Kalau nona Yang tidak perlu memimpin rapat itu dan mau di sini saja..."
Kata-kata Gandi berhasil mengingatkan Winda.
Winda melihat ke ponselnya, delapan menit sudah berlalu sejak telpon tadi.
Sehingga dia pun sibuk bangun dari tempat duduk, membuka pintu mobil dan bergegas keluar.
Suara sepatu hak tinggi melangkah berdering tujuh sampai delapan kali, setelah itu terdengar semakin keras dan dekat lagi.
Gandi melihat ke tas Winda yang berada di atas tempat duduk, dia mengambilnya kemudian memberinya kepada Winda.
Pada saat Winda kembali mengambil tasnya, dia melihat Gandi memegang tasnya dan melambaikannya di depan wajahnya.
Winda tertawa dengan canggung, mengambil tas dari tangan Gandi, kemudian mengatakan 'terima kasih' dengan suara yang kecil sebelum melarikan diri dengan cepat.
Sementara kali ini, dia tidak lupa menutupi pintu mobil Gandi tanpa menoleh ke belakang.
Dari jendela, Gandi melihat Winda berjalan masuk ke dalam elevator dengan buru-buru.
Pada saat ini, di dalam tatapan Gandi sudah tidak ada kenakalan seperti tadi, tetapi berisi cinta yang dalam.
Winda, tidak apa-apa kalau kamu melupakan aku.
Sejak kamu kembali ke negara, kita sudah memasuki pacaran utnuk kedua kali.
Cepat atau lambat, kamu akan menjadi orang milikku!
Winda masuk ke elevator, pada lantai satu pintu elevator terbuka karena ada yang mau masuk.
Beberapa karyawan wanita memasuki elevator, mereka menyapa Winda dengan senyuman.
Winda berekasi dengan mengangguk, setelah itu tatapan dia tertuju kepada angka lantai di dalam elevator.
Setelah itu, dua kelompok orang masuk ke dalam elevator lagi, kemudia Winda pun mendengar ada yang berbisik di samping.
"Apakah orang yang berada di dalam mobil tadi adalah direktur Yang?"
"Melihat pakaiannya, sudah pasti adalah dia"
"Kalau begitu, siapa pria itu? Maybach itu adalah Maybach edisi terbatas, aku ingat aku pernah membacanya di sebuah buku, mobil itu hanya ada tiga di dunia inii..."
"Tidak perlu pikir lagi, pria itu adalah pasti orang yang mensponsornya dari belakang! Orang yang mengendarai mobil seperti itu pasti bukan orang muda, bisa jadi adalah pria tua yang memiliki janggut abu-abu..."
"Tidak, rambut pria itu berwarna hitam"
"Kamu benar-benar sangat bodoh, apakah kamu tidak bisa mewarnai rambtu?"
.....
Setelah seseorang muali membahas, suara bisikan di dalam elevator pun menjadi semakin keras.
Winda menahan sebenar, tetapi dia tidak bisa.
Ruangan dia berada di lantai 28 dan dia keluar dari elevator pada lantai 20, kemudian menggunakan elevator pribadi.
Di dalam elevator pribadi yang tidak ada orang, Winda baru menghela nafas lega.
Selanjutnya, Winda mulai merasa membenci lagi.
Semuanya adalah salah pria itu, kalau bukan dia memaksa dan melakukan hal itu di tempat parkir dengan terus terang, bahkan tidak tahu untuk bersembunyi ketika ada orang, tidak akan ada masalah semua ini.
Sekarang semua orang saling menyebar, takutya Winda akan menjadi topik utama perusahaan.
Setelah tiba di lantai 28, Winda keluar dari elevator dan melihat seorang asisten di studio, asisten tersebut menyapa 'Direktur Yang' setelah melihatnya.
Winda mengangguk, dia menyadari tatapan orang itu ada sedikit yang salah.
Di sepanjang jalan, Winda merasa semua orang sedang menatapnya dari belakang.
Semua orang menatapnya dengan tatapan yang aneh, hal ini membuat Winda sangat tidak enak.
Setelah tiba di ruangannya, Winda baru menghela nafas lega.
Pada saat dia baru saja mau duduk, pintu ruangan sudah terbuka.
"Direktur Yang, kamu sudah datang ya" Yang masuk adalah Dania, rapat tadi sudah dipimpin oleh atasan lain karena Winda tidak muncul.
Dania melihat ke Winda dengan tatapan yang sedikit kacau, dia meragu sejenak dan tidak berani berbicara.
Winda tentu saja menyadari hal itu.
Jadi dia pun berkata: "Katakan saja kala ada yang ingin kamu katakan"
"Apa?" Dania berpura-pura bodoh secara refleks.
"Kalau tidak mau, jangan berkata saja. Rapikan dokumen di sini, aku mau menggunakannya hari ini"
Sambil berkata, Winda menunjuk ke setumpuk dokumen yang berada di sisi kanannya.
Setelah bersama dengan Winda untuk waktu yang lama, Dania sudah tidak sama lagi seperti sebelumnya.
Melihat beban kerja yang berat itu, Dania segera memasang ekspresi kasihan dan berkata dengan sedih: "Kakak Yang, aku salah. Seharusnya aku tidak percaya kepada kata-kata mereka, seharusnya aku tidak melihat kamu dengan tatapan seperti tadi..."
Sebenarnya Winda sudah meminta Dania untuk merapikan setumpuk ini dari kemarin.
Hanya saja Winda tidak berkata harus selesai pada hari ini.
Waktu itu Winda memberikan waktu seminggu kepada Dania, tiga sampai empat jam setiap hari, tidak perlu sampai satu minggu.
Tetapi sekarang Winda malah memberi batasan waktu kepada Dania.
Kalau untuk alasannya, Dania sendiri mengerti, makanya dia segera mengakuinya.
"Apa?" Winda melihat ke Dania dengan tatapan nakal.
Dania tahu sudah saatnya dia menunjukkan kesetiannya kepada Winda.
"Rumor di perusahaan itu disebar oleh asisten departemen penulis yang bernama Ruri Mei"
"Ruri Mei?" Winda memiliki sedikit kesan yang kurang bagus kepada nama ini.
"Dia adalah bawahannya Sansan"
Novel Terkait
Istri Pengkhianat
SubardiEverything i know about love
Shinta CharityThe Gravity between Us
Vella PinkyWaiting For Love
SnowAfter The End
Selena BeeCinta Yang Terlarang
MinnieCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip