Cinta Yang Dalam - Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu

Kepanikan Winda menyebabkan keinginan Gandi menjadi semakin kuat.

Kebetulan pada saat ini, mobil perusahaan kembali dari luar dan parkir di tempat tidak jauh dari tempat parkir Winda.

Beberapa staf penulis turun dari mobil dan mereka tidak bisa menahan diri tetapi melirik kepada mobil Maybach Gandi.

Mobil mewah ini cukup memadai.

Tetapi hal yang paling penting adalah, adegan di dalam mobil mewah ini sangat menarik perhatian.

Seorang pria berada di atas seorang wanita.

Sementara orang yang bermata tajam sepertinya sudah sadar wanita yang berada di bawah pria itu siapa.

Winda yang menyadari kedatangan orang kantor langsung menjadi semakin gugup dan mendorong pria di atasnya dengan kuat.

"Gandi, apakah kamu gila? Ada yang datang."

Tidak ada orang yang ingin memalukan diri.

Tetapi Winda terlalu merendahkan kekuatan Gandi.

Tanpa menoleh ke belakang, Gandi menekan semakin kuat ke tubuh Winda.

"Biarkan mereka lihat, tidak ada yang berani mengatakan keburukan kamu dan aku"

Kata-kata Gandi membuat tubuh Winda berhenti bergerak untuk sejenak.

Di tengah kegelapan, Winda menatap ke mata Gandi yang gelap tetapi memancarkan cahaya kuat.

Tatapan yang agresif itu membuat Winda menghindarnya.

"Tetapi, tetapi..."

"Tidak ada tetapi"

Tubuh Gandi semakin menurun dan jarak dia dengan Winda menjadi semakin dekat, nafas Gandi yang hangat membuat seluruh tubuh Winda terasa kaku.

"Jangan, aku tahu, aku harus membayar budi tuan Tirta"

Karena takut keinginan pria ini menyebabkan kejadian yang tidak bisa terkontrol lagi, Winda memilih untuk menyerah.

Dia menatap ke mata Gandi dengan terus terang.

Setelah mendengar kata-kata Winda, Gandi merasa agak aneh, setelah itu, ekspresi dia terlihat sangat nakal.

Sepertinya Gandi sangat kaget terhadap Winda yang tiba-tiba menyerah.

Sementara Winda tahu dia harus cepat melarikan diri dari pria ini, kalau tidak, berdasarkan kondisi sekarang, Winda tidak berani berpikir apa yang akan terjadi pada selanjutnya.

Di tengah malam yang gelap... oh salah, di tempat parkir bawah tanah yang sepi ini. Kalau tahu begitu, Winda seharusnya meminta Gandi menurunkan dia di depan gerbang perusahaan.

Takutnya pria ini sudah merencanakan semua ini dari tadi, sudah memutuskan mau menganggu dia setelah tiba di sini.

"Bagaimana nona Yang mau membalas budi aku?" Gandi memilih untuk tidak memaksa.

Karena mau bagaimanapun, buah yang dipanen dengan paksa tidak akan terasa manis. Kata-kata dari generasi tua ini sangat masuk akal.

Gandi ingin Winda mendekatinya secara inisiatif, mendekat sampai Winda sama sekali tidak bisa meninggalkannya.

Pada saat itu, meskipun ingatan Winda tidak kembali pun tidak apa-apa. Mau bagaimanapun, Winda tetap adalah wanita miliknya, sementara Nana mendapati seorang keluarga yang tubuhnya adalah ibu kandungnya, tetapi ingatannya adalah ibu tirinya.

"Aku, aku... tuan Tirta, apakah kamu bisa kembali ke tempat dudukmu dulu?"

Winda merasa sangat gugup, sehingga dia harus memaksa diri untuk berkata dengan benar.

Gandi percaya kepada Winda, kalau dia sudah berjanji, maka dia pasti tidak akan melarikan diri secara diam-diam.

Jadi, Gandi duduk kembali ke posisinya dengan posisi menoleh ke samping, menunggu Winda untuk mengambil tindakan.

Pada saat itu, ponsel Winda berdering, asisten Dania menelponnya.

Winda meletakan jari telunjuknya di depan bibir, meinta Gandi untuk tidak bersuara sebelum mengangkat telpon.

"Direktur Yang, kapan kamu akan datang? Kami sedang menunggu kamu"

"Tunggu sebentar, aku sudah tiba di tempat parkir, segera sampai"

Setelah itu Winda pun mengakhiri telpon dan menoleh ke Gandi.

Tatapan Winda yang berisi sedikit kebencian membuat keinginan Gandi untuk memilikinya mulai membakar lagi.

Asal Gandi bergerak sedikit, Winda sudah mengetahui rencana di dalam hati pria ini.

Jadi dia pun segera berkata: "Stop, tuan Tirta, tolong duduk dengan baik, kemudian pejamkan matamu"

Pejamkan mata?

Gandi memikirkan adegan yang akan terjadi setelah dia memejamkan mata, yaitu wanita itu membuka pintu mobil dan melarikan diri, meninggalkan bayangan tubuh kepadanya?

Atau wanita ini akan menciumnya?

Waktu memikirkan hal itu, sudut bibir Gandi pun terangkat dengan cantik.

Sementara Winda yang melihatnya sudah merasa tidak tahu mau berkata apa lagi.

Apakah pria ini sedang membayangkan hal-hal yang tidak pantas? Seberapa tidak tahu malunya dia?

Gandi memejamkan matanya, dia memutuskan untuk percaya wanita ini.

Kalaupun wanita ini melarikan diri, Gandi juga bisa menangkapnya kembali.

Akibat tidak menurut sangat sederhana, yaitu melakukan hal-hal tersebut di dalam kantor sampai wajah wanita ini memerah.

Waktu berpikir tentang ini, api keinginan di dalam hati Gandi semakin menyala.

Melihat wajah pria ini yang tampan, bulu matanya yang cantik, kulitnya yang membuat wanita iri, hidungnya yang mancung, matanya yang cantik, bahkan waktu tertawa, di sudut bibirnya terdapat dua lesung pipi yang menyebarkan pesonanya.

Winda tidak bisa menahan diri dan melihatnya dengan bodoh.

Gandi menunggu sangat lama, tetapi Winda tidak melakukan apa pun.

Sementara tidak ada suara pintu mobil terbuka juga, berarti Winda masih berada di dalam mobil, hanya saja dia tidak melakukan apa pun.

Kesabaran Gandi menipis, dia membuka matanya dan melihat ke Winda.

Kemudian dia pun melihat ekspresi Winda yang sedang menatapnya dengan bodoh.

Selanjutnya, dari sudut pandang Winda, wajah Gandi semakin mendekat, kemudian kehangatan menyebar dari bibirnya sampai ke seluruh tubuh.

"Uh..." Winda membantah, tetapi Gandi menahannya dengan kuat sampai seluruh tubuhnya sedikit gemetaran.

Setelah 3 menit lebih, setelah Winda merasa mau putus nafas untuk beberapa kali, Gandi baru melepaskannya.

Winda berbaring di punggung kursi dan menarik nafas dengan kuat, kemudian berkata dengan nada suara yang tidak puas dan lemah: "Tuan, tuan Tirta, bukannya tadi, aku sudah berkata, aku akan membalas budimu?"

Kata-kata Winda membuat Gandi tertawa dengan ringan.

"Aku melihat nona Yang sepertinya sudah jatuh cinta kepada aku, jadi aku memberikan diriku kepada kamu secara inisiatif"

"Jatuh cinta?"

Winda ingin muntah untuk menunjukkan seberapa tidak senang dirinya.

Tetapi dia teringat dengan cara pria ini bertingkah pada biasanya.

Jadi, Winda menghentikan dirinya dan hanya menggembangkan bibirnya.

Waktu dia sedang berpikir bagaimana membuat Gandi merasa malu, suara Gandi yang agak tidak sabar berdering di telinganya.

"Nona Yang, apakah kamu masih tidak mau pergi?"

"Apa? Kamu mengusir aku?" Otak Winda sudah menjadi kosong, sehingga dia sudah melupakan masalah sebelumnya.

"Tidak, aku sama sekali tidak ada maksud itu. Kalau nona Yang tidak perlu memimpin rapat itu dan mau di sini saja..."

Kata-kata Gandi berhasil mengingatkan Winda.

Winda melihat ke ponselnya, delapan menit sudah berlalu sejak telpon tadi.

Sehingga dia pun sibuk bangun dari tempat duduk, membuka pintu mobil dan bergegas keluar.

Suara sepatu hak tinggi melangkah berdering tujuh sampai delapan kali, setelah itu terdengar semakin keras dan dekat lagi.

Gandi melihat ke tas Winda yang berada di atas tempat duduk, dia mengambilnya kemudian memberinya kepada Winda.

Pada saat Winda kembali mengambil tasnya, dia melihat Gandi memegang tasnya dan melambaikannya di depan wajahnya.

Winda tertawa dengan canggung, mengambil tas dari tangan Gandi, kemudian mengatakan 'terima kasih' dengan suara yang kecil sebelum melarikan diri dengan cepat.

Sementara kali ini, dia tidak lupa menutupi pintu mobil Gandi tanpa menoleh ke belakang.

Dari jendela, Gandi melihat Winda berjalan masuk ke dalam elevator dengan buru-buru.

Pada saat ini, di dalam tatapan Gandi sudah tidak ada kenakalan seperti tadi, tetapi berisi cinta yang dalam.

Winda, tidak apa-apa kalau kamu melupakan aku.

Sejak kamu kembali ke negara, kita sudah memasuki pacaran utnuk kedua kali.

Cepat atau lambat, kamu akan menjadi orang milikku!

Winda masuk ke elevator, pada lantai satu pintu elevator terbuka karena ada yang mau masuk.

Beberapa karyawan wanita memasuki elevator, mereka menyapa Winda dengan senyuman.

Winda berekasi dengan mengangguk, setelah itu tatapan dia tertuju kepada angka lantai di dalam elevator.

Setelah itu, dua kelompok orang masuk ke dalam elevator lagi, kemudia Winda pun mendengar ada yang berbisik di samping.

"Apakah orang yang berada di dalam mobil tadi adalah direktur Yang?"

"Melihat pakaiannya, sudah pasti adalah dia"

"Kalau begitu, siapa pria itu? Maybach itu adalah Maybach edisi terbatas, aku ingat aku pernah membacanya di sebuah buku, mobil itu hanya ada tiga di dunia inii..."

"Tidak perlu pikir lagi, pria itu adalah pasti orang yang mensponsornya dari belakang! Orang yang mengendarai mobil seperti itu pasti bukan orang muda, bisa jadi adalah pria tua yang memiliki janggut abu-abu..."

"Tidak, rambut pria itu berwarna hitam"

"Kamu benar-benar sangat bodoh, apakah kamu tidak bisa mewarnai rambtu?"

.....

Setelah seseorang muali membahas, suara bisikan di dalam elevator pun menjadi semakin keras.

Winda menahan sebenar, tetapi dia tidak bisa.

Ruangan dia berada di lantai 28 dan dia keluar dari elevator pada lantai 20, kemudian menggunakan elevator pribadi.

Di dalam elevator pribadi yang tidak ada orang, Winda baru menghela nafas lega.

Selanjutnya, Winda mulai merasa membenci lagi.

Semuanya adalah salah pria itu, kalau bukan dia memaksa dan melakukan hal itu di tempat parkir dengan terus terang, bahkan tidak tahu untuk bersembunyi ketika ada orang, tidak akan ada masalah semua ini.

Sekarang semua orang saling menyebar, takutya Winda akan menjadi topik utama perusahaan.

Setelah tiba di lantai 28, Winda keluar dari elevator dan melihat seorang asisten di studio, asisten tersebut menyapa 'Direktur Yang' setelah melihatnya.

Winda mengangguk, dia menyadari tatapan orang itu ada sedikit yang salah.

Di sepanjang jalan, Winda merasa semua orang sedang menatapnya dari belakang.

Semua orang menatapnya dengan tatapan yang aneh, hal ini membuat Winda sangat tidak enak.

Setelah tiba di ruangannya, Winda baru menghela nafas lega.

Pada saat dia baru saja mau duduk, pintu ruangan sudah terbuka.

"Direktur Yang, kamu sudah datang ya" Yang masuk adalah Dania, rapat tadi sudah dipimpin oleh atasan lain karena Winda tidak muncul.

Dania melihat ke Winda dengan tatapan yang sedikit kacau, dia meragu sejenak dan tidak berani berbicara.

Winda tentu saja menyadari hal itu.

Jadi dia pun berkata: "Katakan saja kala ada yang ingin kamu katakan"

"Apa?" Dania berpura-pura bodoh secara refleks.

"Kalau tidak mau, jangan berkata saja. Rapikan dokumen di sini, aku mau menggunakannya hari ini"

Sambil berkata, Winda menunjuk ke setumpuk dokumen yang berada di sisi kanannya.

Setelah bersama dengan Winda untuk waktu yang lama, Dania sudah tidak sama lagi seperti sebelumnya.

Melihat beban kerja yang berat itu, Dania segera memasang ekspresi kasihan dan berkata dengan sedih: "Kakak Yang, aku salah. Seharusnya aku tidak percaya kepada kata-kata mereka, seharusnya aku tidak melihat kamu dengan tatapan seperti tadi..."

Sebenarnya Winda sudah meminta Dania untuk merapikan setumpuk ini dari kemarin.

Hanya saja Winda tidak berkata harus selesai pada hari ini.

Waktu itu Winda memberikan waktu seminggu kepada Dania, tiga sampai empat jam setiap hari, tidak perlu sampai satu minggu.

Tetapi sekarang Winda malah memberi batasan waktu kepada Dania.

Kalau untuk alasannya, Dania sendiri mengerti, makanya dia segera mengakuinya.

"Apa?" Winda melihat ke Dania dengan tatapan nakal.

Dania tahu sudah saatnya dia menunjukkan kesetiannya kepada Winda.

"Rumor di perusahaan itu disebar oleh asisten departemen penulis yang bernama Ruri Mei"

"Ruri Mei?" Winda memiliki sedikit kesan yang kurang bagus kepada nama ini.

"Dia adalah bawahannya Sansan"

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu