Cinta Yang Dalam - Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting

Gandi mengerutkan kening, tapi tetap diam saja.

Sementara Winda merasa kesal ketika melihat bahwa pria ini tidak marah pada apa yang dia katakan.

“Aku bukan anak kecil. Aku sudah cukup dewasa, aku sudah menjadi seorang ibu. Metode Tuan Gandi mungkin masih bisa digunakan untuk menaksir gadis kecil yang minta foto denganmu barusan, tapi maaf, metode ini tidak berpengaruh padaku."

"Uhm."

Ucapan Winda seolah menyentuh Gandi, namun ekspresi Gandi tetap tak berubah dan sikapnya tetap tegar.

Tentu saja, ini hanya sekadar sentuhan biasa bagi Gandi yang telah terbiasa ditolak oleh Winda.

Gandi melepaskan tangan, membiarkan Winda berdiri.

Begitu tiba-tiba dilepas dari pelukan, Winda malah merasa sedikit tidak terbiasa.

Dia memandangi bunga yang disodorkan Gandi ke tangannya secara paksa. Agar tidak mempermalukan Gandi, dia tidak menolak bunga itu.

Dia memasukkan bunga ke dalam saku secara asal-asalan, berkata "Tuan Gandi, permainan sudah berakhir. Sekarang, bolehkah aku pergi?"

“Hah?” Gandi mengangkat alis “Tidakkah Nona Winda melupakan sesuatu?”

“Apa?” Winda tertegun. Pada saat yang sama, dia mengingat kembali perdebatan antara dia dan Gandi yang terjadi barusan.

Sepertinya dia tidak meninggalkan apapun yang bisa digunakan Gandi untuk mengancamnya, bukan?

Gandi mengulurkan tangan ke hadapan Winda, berkata dengan datar "Apakah Nona Winda lupa akan apa yang dikatakan Nona Winda barusan?"

Apa yang dia katakan? Winda benar-benar dibuat bingung oleh Gandi.

Setelah beberapa saat, dia tanggap.

Tadi dia sepertinya memasang perangkap untuk diri sendiri.

Dia bilang ke Gandi bahwa dia akan mentraktirnya makan!

Ya ampun, saat ini Winda sangat membenci mulut sendiri.

Kenapa dia asal omong?

Dia hanya bisa mengangkat tangan dan meletakkannya di atas telapak tangan Gandi. Setelah itu, Gandi menggenggam tangan Winda dengan kuat, telapak tangan yang panas membungkus tangan kecil Winda.

Pintu mobil telah dibuka, pengawal membungkuk dan mempersilakan keduanya untuk masuk.

Winda diminta masuk ke mobil oleh Gandi, lalu Gandi masuk ke posisi pengemudi.

Dia tampak sudah terbiasa memasangkan sabuk pengaman untuk Winda. Ini adalah kedua kalinya.

Jarak antara kedua orang sangat dekat. Kini Winda sudah kebal terhadap tatapan kerumunan.

Winda memanfaatkan kesempatan ini untuk mengirim pesan ke Riana, memberitahunya bahwa malam ini dia mungkin tidak bisa pulang untuk makan.

Mesin mobil sport meraung, Winda mendongak dan memandangi sekeliling, barulah dia tahu bahwa Gandi membawa banyak pengawal.

Untuk mengevakuasi orang-orang, belasan pengawal membelah jalan agar Gandi bisa keluar dari tempat parkir.

Saat ini, ponsel Winda bergetar.

Dia membuka kunci layar, pesan WeChat dari Riana.

"Selamat berkencan!"

Tempat makan dipilih oleh Winda.

Karena berduaan dengan Gandi, Winda tidak mau pergi ke tempat yang bersuasana romantis.

Setelah banyak pertimbangan, kebetulan mereka melewati jalan yang memiliki banyak warung makan di Kota S.

Winda menunjuk salah satu warung makan di tepi jalan, berkata "Tuan Gandi, yang itu, ayo makan di sana!"

Saat ini terjadi sedikit kemacetan di jalan. Mobil Gandi berada di jalur kedua. Di delapan jalur dengan dua arah ini, dia harus berpindah dua jalur supaya bisa pergi ke warung makan itu.

Niat asli Winda memang mau menyulitkan Gandi.

Niatnya tidak lain adalah jika Gandi merasa repot, maka dia pun tidak perlu mentraktirnya lagi.

Tapi Winda terlalu meremehkan Gandi.

Dia tidak menyangka begitu Gandi menyalakan lampu sein, langsung turun dua pengawal dari mobil kedua di belakangnya untuk memblokir jalan supaya Gandi bisa menyeberang ke tempat parkir di warung makan tersebut tanpa dihalangi mobil lain.

Gandi turun dari mobil. Winda tidak punya pilihan selain turun dari mobil juga.

Kemuraman di wajahnya tidak bisa disembunyikan dari mata Gandi.

Tapi seperti apa Gandi itu? Setidaknya dia merasa dia memiliki banyak kesabaran dalam memulihkan hubungannya dengan Winda.

Setelah melihat warung makan di depannya, Gandi memberi kesempatan kepada Winda untuk mengambil pilihan lain.

"Kamu yakin mau makan di sini?"

Winda bahkan tidak mengangkat kepala. Makan bersama pria ini, semakin ramai tempatnya maka semakin bagus. Dengan demikian, pria ini tidak bisa berbuat apa-apa terhadap dirinya.

"Yang ini saja! Aku sering datang..."

Usai bicara, Winda masuk lebih dulu.

Gandi mengikutinya di belakang. Begitu memasuki pintu, dia melihat Winda bergegas keluar.

"Tuan Gandi, aku salah, bukan yang ini!"

Winda merasa sangat sial hari ini.

Dia cuma mau cari warung makan, pokoknya warung di pinggir jalan yang cukup ramai supaya nantinya dia dan Gandi tidak perlu banyak mengobrol karena suasana terlalu berisik.

Dia mau menepati janji makannya secepat mungkin.

Dia tidak menyangka bahwa warung makan pertama di jalan ini baru saja direnovasi bulan lalu, diubah menjadi restoran istimewa.

Restoran ini kebetulan adalah restoran khusus pasangan yang bernuansa romantis.

Setelah masuk, seluruh restoran dihiasi dengan dekorasi bertema cinta.

Ini sama sekali tidak selaras dengan warung makan di tepi jalan!

Saat ini, Winda sangat membenci pemilik warung ini. Pemilik boleh memilih lokasi mana pun, tapi kenapa harus memilih lokasi yang buruk dan bisa terlihat oleh dirinya.

Winda pun langsung paham kenapa Gandi memastikan apakah dia benar-benar mau makan di restoran ini.

“Kenapa kamu keluar?” Gandi mengerti kenapa Winda keluar, dia berpura-pura bodoh.

Winda memelototi Gandi dengan ganas. Dia takut pria ini bersikeras mau makan di sini, jadi dia pun pura-pura bersikap lembut “Tuan Gandi, makanan di sini terlalu tawar, aku khawatir rasanya tidak cocok dengan seleramu. Kita ganti restoran lain saja!"

"Tawar? Kebetulan aku makan terlalu banyak rasa yang berat akhir-akhir ini, restoran ini lumayan bagus."

Sambil berkata, Gandi menarik Winda ke restoran.

Begitu memasuki restoran, seorang pelayan datang.

"Halo, Tuan, apakah anda telah melakukan reservasi?"

Gandi menggelengkan kepala, berkata "Tidak."

"Kalau begitu maaf, pelanggan harus mereservasi tempat untuk makan di sini."

Jawaban sopan dari pelayan membuat Winda merasa sangat senang.

Nasib berpihak padanya, restoran ini ternyata mengharuskan reservasi lebih awal.

Tapi kesenangannya hanya bertahan tiga detik, lalu pun dihancurkan oleh kata-kata Gandi.

"Apakah kalian punya layanan untuk anggota VIP?"

"Ada."

“Apakah anggota VIP perlu melakukan reservasi leih awal?” Lanjut Gandi.

Sebuah firasat tidak menyenangkan menyebar di hati Winda.

Dia buru-buru menarik Gandi dengan berpura-pura santai, berkata "Tuan Gandi, lupakan saja. Kita ganti restoran lain, kita datang lain kali setelah reservasi!"

Pelayan membalas pengertian Winda dengan memberikan senyuman.

Tapi pelayan tetap harus menjawab pertanyaan Gandi.

"Anggota berlian kami tidak perlu melakukan reservasi dan bisa menggunakan ruangan VIP, tetapi perlu menyetor 200 juta di muka..."

Sebelum pelayan selesai berbicara, Gandi langsung menyerahkan sebuah kartu "Kata sandinya enam angka delapan. Selesaikan prosedur keanggotaan berliannya. Sekarang bawa aku ke ruangan VIP!"

Pelayan tertegun sejenak, seolah tidak menyangka akan ada orang kaya murah hati yang datang ke tempat ini untuk makan.”

Pemilik yang sedang memeriksa pembukuan di konter mengangkat kelopak untuk melirik ke arah sini.

Pria ini tampak sangat familiar?

Kemudian, dia teringat berita di koran sebelumnya. Dia segera mengambil koran di sebelah. Isinya adalah pertemuan bisnis di Kota S pada beberapa hari yang lalu.

Orang di halaman depan koran terlihat persis sama dengan pria yang berdiri tidak jauh darinya.

Tamu kaya, tamu kaya!

Dia bergegas keluar dari konter, menarik pelayan, berkata "小李, kamu urus prosedurnya. Pacar tuan cantik sekali, aku akan memberimu diskon 20% hari ini. Ikuti aku ke atas!"

Gandi tidak memberikan penjelasan apapun. Sebutan yang diucapkan pemilik warung makan merupakan kesalahpahaman yang indah baginya.

Saat Winda hendak berbicara, mulutnya dibungkam oleh tangan pria.

Sikap Gandi seakan memperingatkan Winda untuk tidak banyak bicara.

Mereka naik ke atas. Ketika pemilik warung mau keluar, Gandi tiba-tiba berkata "Setor 200 juta lagi ke kartu keanggotaanku!"

Pemilik warung tersenyum lebar, turun untuk menyelesaikan prosedur.

Sungguh baik untuk melayani orang kaya, cuman sebentar sudah melakukan pengisian ulang 200 juta.

Winda merasa Gandi mengalami kejang otak, dia menyetor 200 juta di warung sekecil ini?

Apakah dia bisa menghabiskannya? Apalagi belum tahu apakah makanan di warung ini enak atau tidak!

"Tuan Gandi, tidakkah kamu menyetor terlalu banyak uang?"

Ada sebuah kalimat yang tidak berani dikatakan Winda. Sebenarnya dia mau bilang, apakah kamu saking banyak uang hingga bisa dibakar?

Sudut mulut Gandi sedikit terangkat, tampak sedang dalam suasana hati yang baik. Dia mendorong daftar menu ke Winda dan berkata "Setoran ini adalah milikku sendiri. Nona Winda tetap harus bayar untuk makan malam ini."

Ekspresi Winda membeku. Dia langsung menyesal, dia seharusnya mengucapkan kalimat itu.

Pria ini benar-benar tidak pernah berubah, masih pelit seperti biasanya!

Nyatanya, setoran Gandi sebesar 400 juta bukanlah konsumsi berlandasan impulsif.

Pertama, ini adalah tempat makan pilihan Winda.

Baginya, 200 juta hanyalah penghasilan yang bisa diperoleh dalam waktu singkat.

Alasan kedua adalah karena kata-kata pemilik warung barusan.

Benar, pacar. Gandi sangat puas dengan sebutan itu.

Winda sengaja memesan makanan yang lebih ringan dan murah.

Gandi tidak banyak berkomentar, dia meminta pelayan menyiapkan hidangan sesuai pesanan Winda.

Gandi menyuruh Winda untuk membayar biaya makan kali ini.

Ini membuat hati Winda sangat kesal.

Mereka berada di dalam ruangan VIP. Ada kaca satu arah di dalam ruangan. Orang di dalam ruangan dapat melihat bagian luar, tetapi orang di luar tidak bisa melihat bagian dalam ruangan.

Karena ini adalah restoran pasangan, wajar untuk memasang dekorasi yang sesuai untuk pasangan.

Separuh ruangan di lantai dua adalah ruang VIP, ada sebuah panggung dan beberapa meja dan kursi.

Bisnis restoran ini cukup bagus. Ada empat gadis muda dan cantik yang sedang memainkan musik bernada sangat tinggi di atas panggung.

Matahari berangsur-angsur terbenam, musik merdu bergema di seluruh lantai dua.

Winda, yang sedang minum jus, tanpa sadar berseru "Indah sekali!"

Dia berbicara tentang pemandangan, sekaligus musik.

Saat ini, dia mendengar suara meja dan kursi yang menggesek lantai. Ketika dia menoleh, dia melihat Gandi bangkit dan berjalan keluar.

"Tuan Gandi, kamu mau ke mana?"

Hidangan sedang disajikan, sebentar lagi akan siap untuk dimakan.

Tanpa diduga, Gandi tidak mau memberi tahu Winda ke mana dia pergi.

"Aku mau pergi melakukan sesuatu yang sangat penting."

Benar, sesuatu yang penting bagiku. Gandi bergumam di dalam hati.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu