Cinta Yang Dalam - Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!

Mendengar ini, Neva secara naluriah langsung melihat Gandi. Langkah Gandi yang sedang menuruni tangga terhenti, alisnya mengerut secara diam-diam, kemudian berkata dengan serius: “Ibu, Neva pemilih tempat tidur, ia tidak bisa tidur nyenyak disini.”

Neva yang tiba-tiba dibilang mengenal tempat tidur: “….”

Sungguh konyol saat putranya berbohong, Shinta hampir marah sampai tersenyum: “Neva baru saja menikah beberapa hari, apakah di rumah kalian dia tidak memilih tempat tidur?”

Ekspresi Gandi tidak berubah: “ia tidak mudah untuk bisa terbiasa dengan sana, kamu menyuruh dia tidur di rumah sini, dia akan tidak nyaman.”

Akhirnya, Gandi bersikeras membawa Neva pulang.

Perjalanan pulang, mobil bertambah satu orang- mbok Ting

mbok Ting sudah bekerja di rumah Tirta selama dua puluh tahun, boleh dibilang bahwa dia melihat Gandi dari kecil hingga tumbu begitu besar, hubungannya dengan Gandi juga sangat baik. Waktu Gandi masih kecil, ia sangat suka masakan mbok Ting bahkan ia bisa menambah nasi lebih dari satu mangkok.

Orang yang sudah pensiun dua tahunan, tiba-tiba muncul di sini, tujuan Shinta benar-benar tidak bisa lebih jelas lagi.

Gandi dengan tak berdaya melihat sekilas mbok Ting, mbok Ting sedikit mengangguk dan tersenyum dengan sopan.

Neva merasakan suasana tampak aneh, setelah menyapa mbok Ting dengan sopan, dia pun memilih diam untuk menyelamatkan diri.

Mata mbok Ting yang lama memerhatikan mereka berdua pun perlahan-lahan memejam.

Saat malam tiba, di bawah pengawasan mbok Ting, Neva berpura-pura masuk ke kamar Gandi dengan santai.

Kemudian langsung berbaring di sofa, menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya, bahkan kepala.

Setelah Gandi mandi, Ia kembali ke tempat tidur, langsung terlihat wanita yang sedang berbaring di sofa, rambutnya berserakkan, meringkuk membentuk gumpalan kecil, seperti anjing liar yang tidak memiliki rumah.

Wanita ini, selalu jago dalam berakting.

“Sini!” Gandi berkata dengan jijik.

Neva sedang bersembunyi di dalam selimut, diam-diam mengirimkan pesan ke temannya, menanyakan kabar Nana hari ini.

Karena keberadaan Gandi, dia tidak bisa melakukan panggilan video dengan Nana seperti biasanya. Seharian tidak melihat Nana, dia sangat merindukannya.

Mendengar perintah Gandi, badannya kaku, mengeluarkan kepalanya dari selimut: “ke mana?” melihat Gandi tidak bicara dan terus menatapnya dengan tidak sabar, ia berkata lagi dengan menurunkan kelopak mata: “Pak Gandi, jika kamu merasa tidak nyaman, aku bisa tidur di lantai bawah.”

Yang dimaksud Neva adalah kamar tamu di lantai bawah, kerinduannya pada Nana membuat dia yang sedih pun melupakan bahwa mbok Ting berada di bawah.

Gandi tersenyum dingin, sudah mengeluh, sekarang masih mau turun ke bawah, ingin mencari belas kasihan dari siapa?

“Naik tempat tidur!” Gandi memerintahnya dengan suara rendah.

Tubuh Neva terpaku, wajahnya memucat.

Setelah malam itu dikuasai oleh Gandi secara kasar, ia menjadi trauma dengan hal-hal yang berkaitan dengan itu.

“Aku…..aku tidur di sofa saja……”Neva berkata, secara naluriah bersembunyi di sofa.

Wajah Gandi merosot, ia bangkit dari tempat tidur dan menarik lengan Neva, langsung menyeretnya dari sofa ke tempat tidur.

Gerakan kasar ini membuat Neva merasa lengannya seperti akan patah, Dia berteriak kesakitan dengan nada rendah, yang didapatkan malah adalah kelakuan Gandi yang semakin bertambah kasar..

Neva meringkuk di tempat tidur dengan tubuh yang bergemetaran, sosok Gandi yang berkedudukan tinggi menatapnya, lalu berkata: “buka bajumu!”

Neva terpana, hampir mengira bahwa dirinya salah dengar Namun, wajah Gandi terlihat sangat dingin dan tatapan yang meremehkan tidak tertutup dari matanya, seolah-olah sedang menghadapi wanita yang bisa disentuh oleh siapa saja. Ini membuat Neva semakin ingin menolaknya.

Dia menolak dengan suara rendah: “Pak Gandi, jangan begitu!”

Mata Gandi menyipit, wanita sialan ini bahkan masih berpura-pura suci di hadapannya.

Dia langsung merobek pakaian Neva dan membuangnya ke samping.

Neva kebiasaan tidur tanpa mengenakan bh, ia ketakutan hingga segera menutup dirinya.

Gandi berkata dengan tersenyum dingin: “kenapa? sekarang mau sok suci di depanku? Apakah kamu bisa berpura-pura menjadi perawan?

Tubuh Neva terpaku, mendongak, ia melihat Gandi dengan tatapan tidak berani percaya.

Gandi benci Neva melihatnya dengan tatapan ini, seolah-olah dialah yang melakukan kesalahan.

Dia pernah menyuruh orang untuk memeriksa Neva. Beberapa tahun menghilang, dia merokok, minum alkohol, makan obat-obatan terlarang, sungguh bejat.

Wanita seperti ini bahkan bisa menipu Ibunya yang begitu cerdas, tidak bisa dibayangkan betapa liciknya dia.

Neva hanya merasakan sakit hati hingga tidak bisa bernapas, dia mecoba untuk menarik baju, tangannya yang gemetaran sama sekali tidak bertenaga.

Benar, Neva memang tidak perawan lagi, karena dia telah memberikan keperawanannya kepada seorang pria brengsek yang selalu membuatnya sedih!

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu