Cinta Yang Dalam - Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
“Kamu buta ya ?”
Gandi tiba-tiba berkata terhadap nona barusan.
Kata-kata tersebut menjadi sangat menekan apabila dilontarkan dari status kedudukan Gandi.
Namun sekumpulan wanita ini bahkan mempermalukan istrinya dengan terang-terangan, apabila tidak memberikan pelajaran kepada mereka, ke depannya mereka pastinya akan lebih arogan lagi.
Nona barusan terbengong sejenak, setelah itu matanya juga ikut kemerahan.
Sejak kecilnya hingga saat ini, dia pertama kalinya begitu dimaki oleh seseorang.
“Maaf, tuan Tirta, aku hanya, hanya sedikit buru-buru jalannya, makanya tidak melihat…”
Nona tersebut menjelaskannya dengan nada panik, air matanya juga langsung mengalir melalui wajahnya.
Gandi menatap nona tersebut dengan tatapan dingin, dia tidak berbicara apapun, seolah-olah sedang mempersilakan nona ini untuk melanjutkan pertunjukannya.
Dindah menghalang di depan nona tersebut dengan gaya membela, lalu bertatapan dengan Gandi dan berkata :”Abang Gandi, kamu mana boleh begitu menghina Sansan . Dia…”
“Dia rombongan kamu ?”
Apabila kemampuan telah mencapai batasan tertentu, sama sekali tidak perlu basa basi lagi dalam berbicara.
Pada detik ini, Gandi sama sekali tidak memberikan kesempatan mengelak kepada sekumpulan wanita tersebut.
Wajah Dindah menjadi pucat dalam seketika, lalu berkata dengan nada kasihan :”Abang Gandi, kamu bilang apanya ? Kenapa aku jadi tidak mengerti dengan maksudmu ? Kamu tidak percaya padaku ya ?”
Sudut bibir Gandi menarik sebuah senyuman sinis, lalu berkata :”Sudahlah kalau tidak mengerti ! Kalian memang paling ahli dalam hal seperti ini.”
Hadirin di sekeliling juga mulai mengerti, rupanya Gandi sedang menyindir Dindah yang suka mengelak dan berpura-pura bodoh.
Dindah juga bukan orang bodoh, saat ini wajahnya menampakkan jejak amarah, setelah itu dia melotot Neva dengan tatapan kejam dan berkata :”Jadi nyonya Tirta menginginkan cara minta maaf yang seperti apa dari kami ? “
Neva tidak ingin melibatkan diri di dalam peperangan yang sunyi ini, daripada terlibat masalah kacau balau.
Dia menarik lengan Gandi dan berkata dengan nada ringan :”Kita pergi saja, tuan Tirta.”
Gandi menatap Neva dengan tatapan lembut, lalu menggandeng tangan Neva dengan gerakan ringan dan langsung meninggalkan acara.
Saat ini seluruh tubuh Dindah telah gemetaran karena emosi, dirinya bahkan terabaikan dengan begitu saja.
Dia melangkah kakinya dan ingin mengejar menghampiri, namun ketika dia baru beranjak kakinya, tangannya telah diseret seseorang.
“Dindah, jangan emosional.”
Dindah langsung membalik badan dan menyandar di dalam pelukan orang tersebut setelah mendengar suara yang sangat dikenalnya, setelah itu berkata dengan suara serak :”Abang, Gandi telah berubah !”
Neva masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi samping pengemudi, sementara Gandi sedang membawa mobil dan berkendara ke arah villa.
Namun pada pertengahan perjalanan, malahan bertemu dengan keadaan perbaikan jalan.
Gandi menyuruh Neva agar dapat tunggu di dalam mobil, sedangkan dirinya akan menanyakan kondisi jalan, bagaimanapun villa tempat tinggal mereka terletak di kawasan pinggir kota, sehingga hanya memiliki satu jalur untuk melaluinya.
Sejenak kemudian Gandi masuk kembali ke dalam mobil dan berkata kepada Neva :”Malam ini ada perbaikan jalan, kita tidak bisa pulang lagi.”
Neva membuka mulutnya, dengan refleksnya bertanya kepada Gandi mengenai tempat penginapan malam ini.
Gandi seolah-olah telah menyadarinya, sehingga langsung berkata :”Kamu buta arah, tidak tahu juga meskipun aku kasih tahu.”
Wajah Neva merona merah, dalam hatinya sedikit emosi, meskipun dirinya memang buta arah, namun lelaki ini juga tidak perlu begitu menilainya kan ?
Gandi berkendara di seluk beluk perjalanan, akhirnya berhenti di sebuah pintu kawasan perumahan yang tertutup.
Gandi turun dari mobil untuk mendaftarkan kunjungan, Neva melirik sekilas terhadap nama kawasan perumahan tersebut.
Mashita Garden , lokasinya terletak di pusat kota Z, pernah menjadi kawasan tempat tinggal orang berkedudukan, namun semua gedung tersebut cenderung tua.
Setelah selesai daftar, Gandi membawa Neva masuk ke kawasan perumahan, setelah itu berhenti di depan pintu sebuah rumah yang bertingkat.
Neva turun dari mobil dan masuk ke lantai satu bersamanya.
Dia mengikuti Gandi masuk ke dalam rumah, Gandi menyalakan lampu rumah, kelihatannya rumah tersebut jarang ditinggal, sehingga rak sepatu di depan pintu juga telah dilapisi oleh debu.
Gandi mengeluarkan sendal dari rak sepatu, lalu melemparkan sepasang sendal kepada Neva dan berkata :”Tempat ini hanya ada sendal ukuran aku, kamu pakai saja apa adanya !”
Neva menjawabnya dengan nada ringan, lalu memakai sendal dan berjalan masuk ke ruang tamu.
Sofa di ruang tamu masih ditutupi oleh kain, setelah Gandi membuka kainnya, dia menyuruh Neva duduk terlebih dahulu, sementara dirinya akan masak air di dapur.
Neva menilai keadaan sekeliling, dalam hatinya ada sejenis perasaan yang tidak dapat dijelaskan, padahal dirinya adalah istri Gandi, namun pemahaman dirinya terhadap Gandi malah kosong sama sekali.
Dia tidak terbiasa dengan rasa menjadi tamu, sehingga langsung berdiri dan membereskan rumah Gandi.
Sejenak kemudian Gandi mengangkat poci teh sambil berjalan keluar, ketika melihat Neva yang sedang mengelap meja, dia mengerut alis dan berkata :”Aku akan mencari pembantu untuk mengurus semua ini, tidak perlu kamu yang bekerja.”
Neva memiringkan kepala dan tersenyum sekilas, lalu berkata :”Tuan Tirta saja sudah masak air di dapur, aku mana boleh bersantai-santai di atas sofa.”
Gandi tidak berkata lagi dan membiarkan Neva mengelap mejanya, setelah itu Neva duduk di sofa dan meneguk teh di atas meja.
Tidak ada pembicaraan di antara mereka, keadaan juga terkesan canggung dalam seketika.
Pada akhirnya, Neva memecahkan kesunyian ini dan bertanya :”Tuan Tirta, malam ini aku istirahat di mana ya ?”
Tangan Gandi yang sedang memegang gelas mulai mengerat, lalu melirik Neva dengan tatapan tajam, jadi sekarang apa maksud wanita ini ?
Jangan-jangan dia masih mempertimbangkan perbedaan gender dan ingin tidur pisah kamar ?
“Di atas ada kamar tidur.” Nada bicara Gandi sedikit dingin.
Neva hanya mengangguk sekilas, dia tentu saja menyadari nada bicara Gandi yang terkesan tidak senang.
Akan tetapi dia tidak sanggup menahan tekanan ketika berduaan bersama Gandi, sehingga tanpa disadari, dia langsung berkata :”Kalau begitu, aku boleh tidur di kamar tamu lantai bawah ?”
Setelah mendengar permintaan Neva, Gandi meletakkan gelas ke atas meja dengan gerakan kasar.
“Kamu sangat benci padaku ?”
Kata-kata Gandi yang terkesan kejam membuat tatapan mata Neva sedikit merosot.
Oleh sebab itu dia buru-buru menggeleng kepala dan berkata :”Tidak ada, tidak ada, tuan Tirta…”
Neva ingin menjelaskannya, namun kata-kata yang dilontarkannya sama sekali tidak berpengaruh apapun.
Jangan-jangan dirinya mesti memberitahukan kepada Gandi bahwa pada setiap detik bersamanya, dirinya akan merasa terbebani dan sangat tegang ?
Saat ini Neva sedang berusia muda, dia tidak ingin mati dengan begitu saja.
Gandi telah kehilangan kesabarannya dalam menanti penjelasan Neva, dia telah membawa Neva datang ke rumahnya yang penuh dengan perasaan, semua kesan ingatan dan kehangatannya bermula dari rumah tersebut.
Namun saat ini Neva malahan ingin menjaga jarak dengan dirinya ?
“Ke lantai atas, bereskan kamar tidurnya dulu !”
Nada bicara Gandi yang terkesan dingin membuat tubuh Neva merinding sekilas, dia mengangkat mata dan melirik cepat pada wajah Gandi, setelah itu langsung berdiri dan naik ke lantai atas.
Neva mendorong pintu kamar tidur dan menyalakan lampu, dia melihat dekorasi di dalam kamar yang terkesan sederhana namun harmonis.
Pada meja baca di samping, dia melihat sebuah foto sekeluarga yang telah berbingkai.
Di antaranya ada dua orang tua, sepertinya adalah kakek dan nenek Gandi.
Neva mencoba untuk menemukan Gandi dari foto tersebut, selisih umur antara dirinya dan Fandi sangat kecil, dua orang tua tersebut masing-masing memeluk seorang anak kecil, lalu ada dua anak yang lebih besar sedang berdiri di sisi suami istri tersebut.
Melihat senyuman gembira pada wajah pria muda yang berdiri di sisi kiri, Neva bahkan tidak dapat percaya bahwa pria tersebut adalah Gandi yang masih muda.
Pada saat Neva menikah ke dalam keluarga Tirta, kakek dan nenek Gandi telah meninggal dunia.
Dengarnya dikarenakan kejadian pada saat itu, kedua orang tua tersebut harus menghadapi anak cucunya yang meninggal dunia, sehingga juga meninggal dunia secara bergiliran karena terlalu sedih.
Apabila berpikir kembali tentang hidupnya Gandi, Neva tiba-tiba merasa bahwa sepertinya Gandi lebih kasihan daripada dirinya.
Pada saat dirinya sedang melamun, dia mendengar suara batuk yang berasal dari belakang tubuhnya.
Tubuh Neva menjadi kaku, setelah itu buru-buru meletakkan bingkai foto di tangannya.
Suara Gandi juga muncul dari belakang tubuhnya :”Itu foto keluarga kami !”
Neva terbengong sejenak, dengan refleksnya membalik badan dan menatap Gandi.
Dia tidak menyangka bahwa Gandi akan memperkenalkan kepadanya.
Reaksi wajah Gandi menjadi sedikit rumit, dia maju beberapa langkah dan mengambil bingkai foto di atas meja, jari tangannya sedang mengelus ringan permukaan foto, lalu berkata dengan nada yang penuh kerinduan :”Kakak dan nenek sangat menyayangiku, saat itu apabila aku membuat masalah, aku akan menyodorkan abangku untuk menjadi kambing hitam. Abangku sama sekali tidak pernah menolak permintaanku, meskipun kakek dan nenek telah mengetahui bahwa diriku adalah pelaku dari permasalahan, namun mereka tetap saja tidak tega memarahi aku.”
Neva mengerut bibir setelah melihat Gandi yang sedang merindukan kenangannya, ketika ingin membuka mulut, dia malahan melihat Gandi yang sedang memberikan isyarat senyap kepadanya.
“Tidak perlu menghibur aku, aku bukan orang yang begitu lemah.”
Gandi meletakkan kembali bingkai foto di tangannya dan berjalan ke depan jendela, lalu menatap pemandangan malam hari yang gelap gulita, setelah itu dia berkata dengan nada menyeramkan :”Kejadian pada tahun itu, apabila aku menemukan pelaku pembunuhannya, aku pasti akan membunuh sekeluarganya !”
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip