Cinta Yang Dalam - Bab 206 Membunuh Sekeluarganya

“Kamu buta ya ?”

Gandi tiba-tiba berkata terhadap nona barusan.

Kata-kata tersebut menjadi sangat menekan apabila dilontarkan dari status kedudukan Gandi.

Namun sekumpulan wanita ini bahkan mempermalukan istrinya dengan terang-terangan, apabila tidak memberikan pelajaran kepada mereka, ke depannya mereka pastinya akan lebih arogan lagi.

Nona barusan terbengong sejenak, setelah itu matanya juga ikut kemerahan.

Sejak kecilnya hingga saat ini, dia pertama kalinya begitu dimaki oleh seseorang.

“Maaf, tuan Tirta, aku hanya, hanya sedikit buru-buru jalannya, makanya tidak melihat…”

Nona tersebut menjelaskannya dengan nada panik, air matanya juga langsung mengalir melalui wajahnya.

Gandi menatap nona tersebut dengan tatapan dingin, dia tidak berbicara apapun, seolah-olah sedang mempersilakan nona ini untuk melanjutkan pertunjukannya.

Dindah menghalang di depan nona tersebut dengan gaya membela, lalu bertatapan dengan Gandi dan berkata :”Abang Gandi, kamu mana boleh begitu menghina Sansan . Dia…”

“Dia rombongan kamu ?”

Apabila kemampuan telah mencapai batasan tertentu, sama sekali tidak perlu basa basi lagi dalam berbicara.

Pada detik ini, Gandi sama sekali tidak memberikan kesempatan mengelak kepada sekumpulan wanita tersebut.

Wajah Dindah menjadi pucat dalam seketika, lalu berkata dengan nada kasihan :”Abang Gandi, kamu bilang apanya ? Kenapa aku jadi tidak mengerti dengan maksudmu ? Kamu tidak percaya padaku ya ?”

Sudut bibir Gandi menarik sebuah senyuman sinis, lalu berkata :”Sudahlah kalau tidak mengerti ! Kalian memang paling ahli dalam hal seperti ini.”

Hadirin di sekeliling juga mulai mengerti, rupanya Gandi sedang menyindir Dindah yang suka mengelak dan berpura-pura bodoh.

Dindah juga bukan orang bodoh, saat ini wajahnya menampakkan jejak amarah, setelah itu dia melotot Neva dengan tatapan kejam dan berkata :”Jadi nyonya Tirta menginginkan cara minta maaf yang seperti apa dari kami ? “

Neva tidak ingin melibatkan diri di dalam peperangan yang sunyi ini, daripada terlibat masalah kacau balau.

Dia menarik lengan Gandi dan berkata dengan nada ringan :”Kita pergi saja, tuan Tirta.”

Gandi menatap Neva dengan tatapan lembut, lalu menggandeng tangan Neva dengan gerakan ringan dan langsung meninggalkan acara.

Saat ini seluruh tubuh Dindah telah gemetaran karena emosi, dirinya bahkan terabaikan dengan begitu saja.

Dia melangkah kakinya dan ingin mengejar menghampiri, namun ketika dia baru beranjak kakinya, tangannya telah diseret seseorang.

“Dindah, jangan emosional.”

Dindah langsung membalik badan dan menyandar di dalam pelukan orang tersebut setelah mendengar suara yang sangat dikenalnya, setelah itu berkata dengan suara serak :”Abang, Gandi telah berubah !”

Neva masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi samping pengemudi, sementara Gandi sedang membawa mobil dan berkendara ke arah villa.

Namun pada pertengahan perjalanan, malahan bertemu dengan keadaan perbaikan jalan.

Gandi menyuruh Neva agar dapat tunggu di dalam mobil, sedangkan dirinya akan menanyakan kondisi jalan, bagaimanapun villa tempat tinggal mereka terletak di kawasan pinggir kota, sehingga hanya memiliki satu jalur untuk melaluinya.

Sejenak kemudian Gandi masuk kembali ke dalam mobil dan berkata kepada Neva :”Malam ini ada perbaikan jalan, kita tidak bisa pulang lagi.”

Neva membuka mulutnya, dengan refleksnya bertanya kepada Gandi mengenai tempat penginapan malam ini.

Gandi seolah-olah telah menyadarinya, sehingga langsung berkata :”Kamu buta arah, tidak tahu juga meskipun aku kasih tahu.”

Wajah Neva merona merah, dalam hatinya sedikit emosi, meskipun dirinya memang buta arah, namun lelaki ini juga tidak perlu begitu menilainya kan ?

Gandi berkendara di seluk beluk perjalanan, akhirnya berhenti di sebuah pintu kawasan perumahan yang tertutup.

Gandi turun dari mobil untuk mendaftarkan kunjungan, Neva melirik sekilas terhadap nama kawasan perumahan tersebut.

Mashita Garden , lokasinya terletak di pusat kota Z, pernah menjadi kawasan tempat tinggal orang berkedudukan, namun semua gedung tersebut cenderung tua.

Setelah selesai daftar, Gandi membawa Neva masuk ke kawasan perumahan, setelah itu berhenti di depan pintu sebuah rumah yang bertingkat.

Neva turun dari mobil dan masuk ke lantai satu bersamanya.

Dia mengikuti Gandi masuk ke dalam rumah, Gandi menyalakan lampu rumah, kelihatannya rumah tersebut jarang ditinggal, sehingga rak sepatu di depan pintu juga telah dilapisi oleh debu.

Gandi mengeluarkan sendal dari rak sepatu, lalu melemparkan sepasang sendal kepada Neva dan berkata :”Tempat ini hanya ada sendal ukuran aku, kamu pakai saja apa adanya !”

Neva menjawabnya dengan nada ringan, lalu memakai sendal dan berjalan masuk ke ruang tamu.

Sofa di ruang tamu masih ditutupi oleh kain, setelah Gandi membuka kainnya, dia menyuruh Neva duduk terlebih dahulu, sementara dirinya akan masak air di dapur.

Neva menilai keadaan sekeliling, dalam hatinya ada sejenis perasaan yang tidak dapat dijelaskan, padahal dirinya adalah istri Gandi, namun pemahaman dirinya terhadap Gandi malah kosong sama sekali.

Dia tidak terbiasa dengan rasa menjadi tamu, sehingga langsung berdiri dan membereskan rumah Gandi.

Sejenak kemudian Gandi mengangkat poci teh sambil berjalan keluar, ketika melihat Neva yang sedang mengelap meja, dia mengerut alis dan berkata :”Aku akan mencari pembantu untuk mengurus semua ini, tidak perlu kamu yang bekerja.”

Neva memiringkan kepala dan tersenyum sekilas, lalu berkata :”Tuan Tirta saja sudah masak air di dapur, aku mana boleh bersantai-santai di atas sofa.”

Gandi tidak berkata lagi dan membiarkan Neva mengelap mejanya, setelah itu Neva duduk di sofa dan meneguk teh di atas meja.

Tidak ada pembicaraan di antara mereka, keadaan juga terkesan canggung dalam seketika.

Pada akhirnya, Neva memecahkan kesunyian ini dan bertanya :”Tuan Tirta, malam ini aku istirahat di mana ya ?”

Tangan Gandi yang sedang memegang gelas mulai mengerat, lalu melirik Neva dengan tatapan tajam, jadi sekarang apa maksud wanita ini ?

Jangan-jangan dia masih mempertimbangkan perbedaan gender dan ingin tidur pisah kamar ?

“Di atas ada kamar tidur.” Nada bicara Gandi sedikit dingin.

Neva hanya mengangguk sekilas, dia tentu saja menyadari nada bicara Gandi yang terkesan tidak senang.

Akan tetapi dia tidak sanggup menahan tekanan ketika berduaan bersama Gandi, sehingga tanpa disadari, dia langsung berkata :”Kalau begitu, aku boleh tidur di kamar tamu lantai bawah ?”

Setelah mendengar permintaan Neva, Gandi meletakkan gelas ke atas meja dengan gerakan kasar.

“Kamu sangat benci padaku ?”

Kata-kata Gandi yang terkesan kejam membuat tatapan mata Neva sedikit merosot.

Oleh sebab itu dia buru-buru menggeleng kepala dan berkata :”Tidak ada, tidak ada, tuan Tirta…”

Neva ingin menjelaskannya, namun kata-kata yang dilontarkannya sama sekali tidak berpengaruh apapun.

Jangan-jangan dirinya mesti memberitahukan kepada Gandi bahwa pada setiap detik bersamanya, dirinya akan merasa terbebani dan sangat tegang ?

Saat ini Neva sedang berusia muda, dia tidak ingin mati dengan begitu saja.

Gandi telah kehilangan kesabarannya dalam menanti penjelasan Neva, dia telah membawa Neva datang ke rumahnya yang penuh dengan perasaan, semua kesan ingatan dan kehangatannya bermula dari rumah tersebut.

Namun saat ini Neva malahan ingin menjaga jarak dengan dirinya ?

“Ke lantai atas, bereskan kamar tidurnya dulu !”

Nada bicara Gandi yang terkesan dingin membuat tubuh Neva merinding sekilas, dia mengangkat mata dan melirik cepat pada wajah Gandi, setelah itu langsung berdiri dan naik ke lantai atas.

Neva mendorong pintu kamar tidur dan menyalakan lampu, dia melihat dekorasi di dalam kamar yang terkesan sederhana namun harmonis.

Pada meja baca di samping, dia melihat sebuah foto sekeluarga yang telah berbingkai.

Di antaranya ada dua orang tua, sepertinya adalah kakek dan nenek Gandi.

Neva mencoba untuk menemukan Gandi dari foto tersebut, selisih umur antara dirinya dan Fandi sangat kecil, dua orang tua tersebut masing-masing memeluk seorang anak kecil, lalu ada dua anak yang lebih besar sedang berdiri di sisi suami istri tersebut.

Melihat senyuman gembira pada wajah pria muda yang berdiri di sisi kiri, Neva bahkan tidak dapat percaya bahwa pria tersebut adalah Gandi yang masih muda.

Pada saat Neva menikah ke dalam keluarga Tirta, kakek dan nenek Gandi telah meninggal dunia.

Dengarnya dikarenakan kejadian pada saat itu, kedua orang tua tersebut harus menghadapi anak cucunya yang meninggal dunia, sehingga juga meninggal dunia secara bergiliran karena terlalu sedih.

Apabila berpikir kembali tentang hidupnya Gandi, Neva tiba-tiba merasa bahwa sepertinya Gandi lebih kasihan daripada dirinya.

Pada saat dirinya sedang melamun, dia mendengar suara batuk yang berasal dari belakang tubuhnya.

Tubuh Neva menjadi kaku, setelah itu buru-buru meletakkan bingkai foto di tangannya.

Suara Gandi juga muncul dari belakang tubuhnya :”Itu foto keluarga kami !”

Neva terbengong sejenak, dengan refleksnya membalik badan dan menatap Gandi.

Dia tidak menyangka bahwa Gandi akan memperkenalkan kepadanya.

Reaksi wajah Gandi menjadi sedikit rumit, dia maju beberapa langkah dan mengambil bingkai foto di atas meja, jari tangannya sedang mengelus ringan permukaan foto, lalu berkata dengan nada yang penuh kerinduan :”Kakak dan nenek sangat menyayangiku, saat itu apabila aku membuat masalah, aku akan menyodorkan abangku untuk menjadi kambing hitam. Abangku sama sekali tidak pernah menolak permintaanku, meskipun kakek dan nenek telah mengetahui bahwa diriku adalah pelaku dari permasalahan, namun mereka tetap saja tidak tega memarahi aku.”

Neva mengerut bibir setelah melihat Gandi yang sedang merindukan kenangannya, ketika ingin membuka mulut, dia malahan melihat Gandi yang sedang memberikan isyarat senyap kepadanya.

“Tidak perlu menghibur aku, aku bukan orang yang begitu lemah.”

Gandi meletakkan kembali bingkai foto di tangannya dan berjalan ke depan jendela, lalu menatap pemandangan malam hari yang gelap gulita, setelah itu dia berkata dengan nada menyeramkan :”Kejadian pada tahun itu, apabila aku menemukan pelaku pembunuhannya, aku pasti akan membunuh sekeluarganya !”

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu