Cinta Yang Dalam - Bab 268 Wow, Harum Sekali!
Gandi terkejut, Neva pun juga terkejut.
Anak ini benar-benar penuh semangat berdrama!
Neva segera mencoba membujuk dan menenangkan anak itu. Tidak lama kemudian, akhirnya dia berhenti menangis lagi.
Sedangkan Gandi duduk di sofa dengan perasaan sedikit gagal sambil menatap gadis kecil itu. Dia terus berpikir bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah ini.
Sejujurnya, gadis kecil itu benar-benar lucu dan menggemaskan. Bahkan Gandi pun sampai ada perasaan untuk memeluk gadis kecil itu dan memperlakukannya sebaik-baiknya.
“Mama, aku lapar!” gadis kecil itu sangat berhati-hati terhadap Gandi. Tapi, dia sepenuhnya memperlakukan Neva sudah seperti keluarganya sendiri.
Gandi memicingkan matanya, lalu berkata, “Tidak boleh memanggil mama, dia bukan mamamu!”
Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya dan menatap Neva dengan mata jernihnya yang mulai memerah, tampak sekali kalau dia mau menangis.
Neva buru-buru mengambil permen lolipop yang dia beli di supermarket tadi, membuka bungkusnya lalu memasuukkan lolipop itu ke mulut gadis kecil itu.
Lolipop itu rasanya manis dan sedikit asam. Dalam sekejap, tampak senyum ceria menggantung di wajah kecil gadis itu. Dia pun berkata sambil masih mengemut permen lolipopnya, “Mama! Mama! Mama!”
Dia seperti ingin memprotes Gandi dengan memanggil Neva tiga kali dengan sebutan Mama.
Neva tersenyum, lalu mengelus kepala gadis kecil itu, Lalu, dia mengambil cemilan di lemarinya.
Gandi kali ini sudah memfoto gadis kecil ini, lalu mengirimkan foto itu ke Oscar . Gandi memintanya untuk segera menggunakan semua relasi yang dia punya untuk menyelidiki asal usul gadis kecil ini.
Neva membukakan keripik kentang. Walaupun tidak sehat tapi setidaknya bisa digunakan untuk meredam rasa lapar.
Gadis kecil itu langsung sibuk berpesta menyantap cemilan itu. Sementara Neva hanya terus memperhatikan gadis kecil itu.
Gadis kecil yang cantik, harusnya orang tuanya juga orang yang sangat lembut dan berpenampilan menarik.
Perut gadis kecil itu sudah membuncit. Jika bukan karena Neva yang menghentikannya, mungkin dia bisa menghabiskan semua makanan yang ada di atas meja.
Neva sampai curiga, jangan-jangan apa karena gadis kecil ini gila makan. Jadi, orang tuanya tidak sanggup merawatnya sehingga terpaksa membuangnya.
Tapi ucapan ini hanya dikatakan dalam hatinya. Dia pun membawa gadis itu bersama dengan Gandi turun ke bawah untuk makan malam.
Gadis kecil yang imut dan menggemaskan bagai ukiran indah selalu saja menjadi perhatian publik tidak peduli dimanapun berada. Semua orang di sana suka sekali menghibur dan menggoda gadis kecil itu.
Karena terus digoda, gadis itu pun jadi kesal. Dia berteriak keras memanggil mama ke Neva lalu bergegas memeluk Neva.
Wajah Gandi jadi muram, Fandi yang ada di samping cukup terkejut lalu menggoda dengan berkata, “Kakak kedua, beruntung sekali ya kamu! Gadis kecil ini begitu cantik, kakak ipar tidak perlu susah-susah melahirkan. Ini juga mengurangi salah satu kesibukanmu nanti, benar-benar mengurangi masalah sekali!”
Gandi melirik Fandi dalam-dalam, lalu berkata, “Apa kamu sudah ingin segera menikah?”
Fandi langsung gemetaran, dia pun buru-buru menundukkan kepala dan berkata, “Aku salah, aku salah. Aku akan menarik semua ucapanku tadi.”
Shivas sangat menyukai gadis kecil ini. Gadis kecil itu entah kenapa juga menatap Shivas lalu memanggilnya bibi, ini membuat hati Shivas meleleh.
Makan malam ini Neva dan yang lainnya makan dengan senang hati dan bahkan makan lebih banyak karena kelucuan gadis kecil itu.
Namun Gandi, dia hanya meneguk anggur merah saja beberapa kali.
Dia memandang gadis kecil yang aneh ini, dengan sedikit kesal dan khawatir.
Setelah makan malam hingga ketika mereka naik lift untuk kembali ke kamar, gadis kecil itu masih saja memanggil Neva dengan sebutan mama. Sedangkan Neva seolah menerima panggilan ini dan memeluk gadis kecil itu dengan senangnya.
Gandi akhirnya tidak tahan lagi, dia membuka mulut dan berkata, “Kamu cukup senang ya, kamu berpikir memungut seorang anak tiba-tiba. Lalu, setelah pulang ke negara kita, terus kamu mau bagaimana dengan anak ini?
Senyum di wajah Neva pun sekejap langsung menghilang, dia akhirnya juga memikirkan masalah penting ini.
Tapi gadis kecil ini sepertinya adalah sebuah kejutan tak terduga dalam hidupnya.
Gadis kecil yang imut dan menggemaskan ini membuat Neva sekilas teringat Nana. Awalnya hanya karena kasihan sekarang karena suka jadi sulit untuk melepaskan.
“Tuan Gandi, anak ini sangat kasihan. Aku rawat dia dulu saja sementara ini! setelah menemukan orang tuanya, baru kita kembalikan dia ke orang tuanya.” Nada suara Neva penuh dengan nada permohonan. Suara gadis kecil itu yang terus memanggilnya mama membuat hati Neva jadi luluh.
Gandi mengulurkan tangan dan berkata kepada gadis kecil itu, “Kemarilah!”
Gadis kecil itu menoleh menatap Gandi. Dengan sikap tak peduli dengan Gandi, dia pun langsung memeluk erat Neva.
“Kalau tidak segera kesini, aku akan langsung membuangmu!”
Kali ini mereka sudah keluar dari lift dan di samping mereka kebetulan adalah tong sampah. Gandi melotot ke gadis kecil itu dengan tatapan seakan mau membuangnya.
Gadis kecil itu langsung ketakutan, membuka mulut dan berniat menangis sekeras-kerasnya.
Tapi masih saja namanya anak kecil tidak akan lebih kuat, karena Gandi di belakangnya berkata dengan dinginnya, “Kalau menangis langsung aku buang dari jendela itu!”
Mata jernih gadis kecil itu menatap Neva dengan tatapan penuh minta tolong.
Neva juga tidak tega. Tapi dia tahu kalau gadis kecil itu mau tetap tinggal bersamanya, maka dia harus dekat dengan Gandi.
Tidak ada cara lain lagi, dia hanya bisa berbisik di telinga gadis kecil itu dan berkata, “Sayang, sana pergi peluk paman itu. Paman kelihatannya saja galak begitu, sebenarnya dia sangat menyayangi anak kecil.”
Gadis kecil itu mengedipkan matanya sejenak, lalu air mata pun menetes begitu saja.
Hati Neva tiba-tiba langsung sakit. Tapi dia harus memaksakan hatinya untuk berpura-pura tidak melihat air mata itu.
Gadis kecil itu terus menatap Neva, lalu menatap Gandi. Mungkin dia bisa menebak kalau dia tetap harus melakukan langkah selanjutnya.
Jadi, dia pun menarik semua air matanya, lalu berbalik berjalan ke Gandi. Dia membuka kedua tangan kecilnya yang begitu putih dan lembut, lalu memanggilnya, “Papa, peluk peluk!”
Panggilan ini membuat presdir Tirta yang sangat serius ini terkejut sekali, sampai hampir saja dia tersandung dan jatuh ke lantai.
Dasar gadis kecil licik, dia memanggilku apa?
Tapi setelah emosi yang tiba-tiba, perasaan yang tidak bisa dijelaskan muncul di hatinya.
Jika Gandi bertanya pada seorang ayah yang punya anak mengenai perasaan ini, maka ayah dari anak itu akan memberitahu Gandi kalau perasaan itu disebut sebagai cinta seorang ayah.
Gandi pun memeluk gadis gadis kecil itu ke pelukannya. Gadis kecil itu mencoba bermanja dan menyenangkan Gandi, dengan berkata, “Papa peluk, aku paling suka papa.”
Neva tertegun, Gandi pun juga tertegun.
Dasar anak kecil licik ini, ini bukannya terlalu licik ya? Perubahan sikap yang sungguh drastis dari sebelumnya!
Gandi menggendong gadis kecil itu dan tak mengatakan apa-apa. Jika gadis kecil itu melawannya, dia bisa menekannya dengan kasar.
Tapi sekarang gadis kecil itu memperlakukannya sebagai ayah yang sebenarnya. Pada saat ini, Gandi pun jadi bingung dan sedikit panik.
Kelihatannya Gandi tampak tangguh. Dia mencubit pipi lembut dan licin gadis kecil itu dan berkata, “Tidak boleh memanggil papa, juga tidak boleh memanggil mama. Harus memanggil paman dan bibi.....”
Belum selesai Gandi bicara, tiba-tiba gadis kecil itu langsung memanggilnya lagi dengan manis sekali, “Papa!”
Gandi tanpa sadar mengiyakan. Lalu, setelah sadar, wajahnya pun langsung memerah.
Neva tanpa sadar jadi teringat adegan dari serial TV yang dia tonton dulu.
"Bahkan jika aku mati kelaparan dan harus makan kotoran, aku tidak akan pernah menggigit secuilpun makananmu!"
"Yoh, harum sekali..."
Neva tidak bisa menahan senyum bahagianya, sehingga membuat Gandi memelototi Neva.
“Tidak boleh memelototi mama!” Kata Gadis kecil itu dengan gaya melindungi orang yang disayangnya.
Gandi mencubit wajah kecil gadis kecil itu tanpa mengerahkan kekuatan apa pun. Dia mengangkatnya dan berjalan langsung ke depan jendela balkon dan berkata, "Apa yang kamu katakan? Kamu berani-beraninya mengontrolku sekarang? Percaya atau tidak, kamu akan segera aku jatuhkan!"
Gadis kecil itu langsung gemetaran ketakutan dan menatap Neva dengan air mata berlinang.
Neva melangkah maju dan mengulurkan tangannya dan berkata dengan pelan dan lembut, "Tuan Gandi, jangan menakuti anak itu, sini serahkan anak ini padaku!"
Gandi tidak melepaskannya, wajahnya tampak dingin. Tapi Neva tetap memeluk Gandi dengan erat, lalu sentuhan lembut tampak bersinar di matanya.
“Dia cukup mengikutiku saja agar tidak membuatmu melemparkan dia ke surga!”
Gandi masih tidak menyerahkan anak itu, jadi Neva pun hanya bisa pergi mencuci beberapa buah dan mengupas leci untuk gadis kecil itu.
Gadis kecil itu layak sekali mendapat gelar perut besar yang gila makan. Sekali helaan napas dia sudah makan sepuluh lebih leci.
Neva teringat kalau makan leci banyak-banyak bisa meningkatkan emosi, jadi dia pun tidak memberi gadis kecil itu makan leci lagi.
Sedangkan gadis kecil itu sedikit tidak puas, matanya langsung memerah.
Cahaya di ruang tamu terasa hangat. Neva memandangi gadis kecil yang sedang bersandar pada Gandi setelah makan. Dia sudah berkelahi dengan kelopak matanya. Tiba-tiba, ada semacam perasaan adanya kehangatan keluarga di sana.
Jika Nana sekarang ada di posisi gadis kecil ini, itu pasti sangat membahagiakan!
Tampak senyum hangat dan lembut di wajah Neva, membuat Gandi melihat cukup lama ke arah Neva lagi.
Dia memperhatikan suasana hati Neva saat ini, tapi tidak tahu kenapa hatinya tidak bisa menebak apa yang terjadi.
Kelihatan sekali kalau Neva sangat menyukai anak-anak. Mereka berdua juga telah lama menikah. Begitu krisis ini berlalu, sekarang sudah saatnya untuk memikirkan mengenai punya anak!
Di malam hari, gadis kecil itu tidur dengan Neva dan Gandi pergi ke kamar lainnya.
Pagi harinya, Neva bangun dan menemukan Gandi masih di kamar dan sedang mengajak gadis kecil itu untuk sarapan pagi.
Begitu kembali ke kamar, Neva bertanya pada Gandi apa dia masih berada di sana pada siang hari nanti. Kalau iya, dia pergi meminjam dapur hotel untuk menyiapkan makan siang.
Gandi dan gadis kecil itu tampak rukun, bahkan Gandi lebih menyukai gadis kecil daripada dia, jadi Neva pun tidak khawatir.
Ruang tamu tanpa Neva, tiba-tiba terasa jadi aneh.
Gandi sedang membaca koran dan gadis kecil itu perlahan turun dari sofa mencoba pergi ke suatu tempat yang tidak ada tekanan dari Gandi.
Tapi siapa juga yang tahu, begitu dia berdiri di lantai, dia mendengar suara berdeham sebelum dia sempat melangkah.
Gandi memandang gadis kecil itu dengan senyuman tak terkatakan di sudut mulutnya dan berkata, "Mau kemana?"
"Eh eh eh....” Gadis kecil itu berpura-pura pilis dan bingung.
“Bicara bahasa manusia!” Kata Gandi setelah kehilangan kelembutan kehadiran Neva.
“Aku… aku ingin sendirian menenangkan diri.” Kata gadis kecil itu, dia mengatakan sesuatu yang seperti orang dewasa. Jika Neva ada di sini, dia pasti akan terkejut dan tertegun.
Tapi Gandi hanya tersenyum dingin dan berkata, "Duduklah baik-baik dan jawab pertanyaanku."
Mereka berdua saling memandang dan mereka berdua sama-sama bisa melihat mentalitas akting di mata satu sama lain.
“Aku, aku aku mau cari mama!” Kata gadis kecil itu dengan penuh keberanian dan ingin segera kabur dari tempat itu.
Gandi tidak menghentikannya, hanya berkata pelan, "Pergilah, asal kamu bisa membuka pintu dan menemukan tempat dimana dia berada."
Gadis kecil itu menatap dengan tatapan putus asa ke arah gagang pintu yang tidak bisa dia jangkau bahkan jika dia sudah mengulurkan tangannya ke atas. Dia pun hanya bisa duduk kembali ke sofa.
"Namamu."
"Papa……"
"Jenis kelamin."
"Papa……"
"Usia."
"Papa……"
Gandi mengangkat pandangan matanya, menggulung korannya menjadi gulungan kertas tebal dan berkata, "Apa kamu pernah dipukul oleh orang dewasa?"
Gadis kecil itu memandang Gandi dengan tatapan tidak percaya, keningnya langsung berkerut dan dia membuka mulut mau menangis.
Tapi, Gandi berkata dengan santai, "Mamamu tidak akan kembali kesini meskipun kamu menangis ..."
Novel Terkait
Meet By Chance
Lena TanSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaThe Revival of the King
ShintaMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniDoctor Stranger
Kevin WongI'm Rich Man
HartantoCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip