Cinta Yang Dalam - Bab 268 Wow, Harum Sekali!

Gandi terkejut, Neva pun juga terkejut.

Anak ini benar-benar penuh semangat berdrama!

Neva segera mencoba membujuk dan menenangkan anak itu. Tidak lama kemudian, akhirnya dia berhenti menangis lagi.

Sedangkan Gandi duduk di sofa dengan perasaan sedikit gagal sambil menatap gadis kecil itu. Dia terus berpikir bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah ini.

Sejujurnya, gadis kecil itu benar-benar lucu dan menggemaskan. Bahkan Gandi pun sampai ada perasaan untuk memeluk gadis kecil itu dan memperlakukannya sebaik-baiknya.

“Mama, aku lapar!” gadis kecil itu sangat berhati-hati terhadap Gandi. Tapi, dia sepenuhnya memperlakukan Neva sudah seperti keluarganya sendiri.

Gandi memicingkan matanya, lalu berkata, “Tidak boleh memanggil mama, dia bukan mamamu!”

Gadis kecil itu memanyunkan bibirnya dan menatap Neva dengan mata jernihnya yang mulai memerah, tampak sekali kalau dia mau menangis.

Neva buru-buru mengambil permen lolipop yang dia beli di supermarket tadi, membuka bungkusnya lalu memasuukkan lolipop itu ke mulut gadis kecil itu.

Lolipop itu rasanya manis dan sedikit asam. Dalam sekejap, tampak senyum ceria menggantung di wajah kecil gadis itu. Dia pun berkata sambil masih mengemut permen lolipopnya, “Mama! Mama! Mama!”

Dia seperti ingin memprotes Gandi dengan memanggil Neva tiga kali dengan sebutan Mama.

Neva tersenyum, lalu mengelus kepala gadis kecil itu, Lalu, dia mengambil cemilan di lemarinya.

Gandi kali ini sudah memfoto gadis kecil ini, lalu mengirimkan foto itu ke Oscar . Gandi memintanya untuk segera menggunakan semua relasi yang dia punya untuk menyelidiki asal usul gadis kecil ini.

Neva membukakan keripik kentang. Walaupun tidak sehat tapi setidaknya bisa digunakan untuk meredam rasa lapar.

Gadis kecil itu langsung sibuk berpesta menyantap cemilan itu. Sementara Neva hanya terus memperhatikan gadis kecil itu.

Gadis kecil yang cantik, harusnya orang tuanya juga orang yang sangat lembut dan berpenampilan menarik.

Perut gadis kecil itu sudah membuncit. Jika bukan karena Neva yang menghentikannya, mungkin dia bisa menghabiskan semua makanan yang ada di atas meja.

Neva sampai curiga, jangan-jangan apa karena gadis kecil ini gila makan. Jadi, orang tuanya tidak sanggup merawatnya sehingga terpaksa membuangnya.

Tapi ucapan ini hanya dikatakan dalam hatinya. Dia pun membawa gadis itu bersama dengan Gandi turun ke bawah untuk makan malam.

Gadis kecil yang imut dan menggemaskan bagai ukiran indah selalu saja menjadi perhatian publik tidak peduli dimanapun berada. Semua orang di sana suka sekali menghibur dan menggoda gadis kecil itu.

Karena terus digoda, gadis itu pun jadi kesal. Dia berteriak keras memanggil mama ke Neva lalu bergegas memeluk Neva.

Wajah Gandi jadi muram, Fandi yang ada di samping cukup terkejut lalu menggoda dengan berkata, “Kakak kedua, beruntung sekali ya kamu! Gadis kecil ini begitu cantik, kakak ipar tidak perlu susah-susah melahirkan. Ini juga mengurangi salah satu kesibukanmu nanti, benar-benar mengurangi masalah sekali!”

Gandi melirik Fandi dalam-dalam, lalu berkata, “Apa kamu sudah ingin segera menikah?”

Fandi langsung gemetaran, dia pun buru-buru menundukkan kepala dan berkata, “Aku salah, aku salah. Aku akan menarik semua ucapanku tadi.”

Shivas sangat menyukai gadis kecil ini. Gadis kecil itu entah kenapa juga menatap Shivas lalu memanggilnya bibi, ini membuat hati Shivas meleleh.

Makan malam ini Neva dan yang lainnya makan dengan senang hati dan bahkan makan lebih banyak karena kelucuan gadis kecil itu.

Namun Gandi, dia hanya meneguk anggur merah saja beberapa kali.

Dia memandang gadis kecil yang aneh ini, dengan sedikit kesal dan khawatir.

Setelah makan malam hingga ketika mereka naik lift untuk kembali ke kamar, gadis kecil itu masih saja memanggil Neva dengan sebutan mama. Sedangkan Neva seolah menerima panggilan ini dan memeluk gadis kecil itu dengan senangnya.

Gandi akhirnya tidak tahan lagi, dia membuka mulut dan berkata, “Kamu cukup senang ya, kamu berpikir memungut seorang anak tiba-tiba. Lalu, setelah pulang ke negara kita, terus kamu mau bagaimana dengan anak ini?

Senyum di wajah Neva pun sekejap langsung menghilang, dia akhirnya juga memikirkan masalah penting ini.

Tapi gadis kecil ini sepertinya adalah sebuah kejutan tak terduga dalam hidupnya.

Gadis kecil yang imut dan menggemaskan ini membuat Neva sekilas teringat Nana. Awalnya hanya karena kasihan sekarang karena suka jadi sulit untuk melepaskan.

“Tuan Gandi, anak ini sangat kasihan. Aku rawat dia dulu saja sementara ini! setelah menemukan orang tuanya, baru kita kembalikan dia ke orang tuanya.” Nada suara Neva penuh dengan nada permohonan. Suara gadis kecil itu yang terus memanggilnya mama membuat hati Neva jadi luluh.

Gandi mengulurkan tangan dan berkata kepada gadis kecil itu, “Kemarilah!”

Gadis kecil itu menoleh menatap Gandi. Dengan sikap tak peduli dengan Gandi, dia pun langsung memeluk erat Neva.

“Kalau tidak segera kesini, aku akan langsung membuangmu!”

Kali ini mereka sudah keluar dari lift dan di samping mereka kebetulan adalah tong sampah. Gandi melotot ke gadis kecil itu dengan tatapan seakan mau membuangnya.

Gadis kecil itu langsung ketakutan, membuka mulut dan berniat menangis sekeras-kerasnya.

Tapi masih saja namanya anak kecil tidak akan lebih kuat, karena Gandi di belakangnya berkata dengan dinginnya, “Kalau menangis langsung aku buang dari jendela itu!”

Mata jernih gadis kecil itu menatap Neva dengan tatapan penuh minta tolong.

Neva juga tidak tega. Tapi dia tahu kalau gadis kecil itu mau tetap tinggal bersamanya, maka dia harus dekat dengan Gandi.

Tidak ada cara lain lagi, dia hanya bisa berbisik di telinga gadis kecil itu dan berkata, “Sayang, sana pergi peluk paman itu. Paman kelihatannya saja galak begitu, sebenarnya dia sangat menyayangi anak kecil.”

Gadis kecil itu mengedipkan matanya sejenak, lalu air mata pun menetes begitu saja.

Hati Neva tiba-tiba langsung sakit. Tapi dia harus memaksakan hatinya untuk berpura-pura tidak melihat air mata itu.

Gadis kecil itu terus menatap Neva, lalu menatap Gandi. Mungkin dia bisa menebak kalau dia tetap harus melakukan langkah selanjutnya.

Jadi, dia pun menarik semua air matanya, lalu berbalik berjalan ke Gandi. Dia membuka kedua tangan kecilnya yang begitu putih dan lembut, lalu memanggilnya, “Papa, peluk peluk!”

Panggilan ini membuat presdir Tirta yang sangat serius ini terkejut sekali, sampai hampir saja dia tersandung dan jatuh ke lantai.

Dasar gadis kecil licik, dia memanggilku apa?

Tapi setelah emosi yang tiba-tiba, perasaan yang tidak bisa dijelaskan muncul di hatinya.

Jika Gandi bertanya pada seorang ayah yang punya anak mengenai perasaan ini, maka ayah dari anak itu akan memberitahu Gandi kalau perasaan itu disebut sebagai cinta seorang ayah.

Gandi pun memeluk gadis gadis kecil itu ke pelukannya. Gadis kecil itu mencoba bermanja dan menyenangkan Gandi, dengan berkata, “Papa peluk, aku paling suka papa.”

Neva tertegun, Gandi pun juga tertegun.

Dasar anak kecil licik ini, ini bukannya terlalu licik ya? Perubahan sikap yang sungguh drastis dari sebelumnya!

Gandi menggendong gadis kecil itu dan tak mengatakan apa-apa. Jika gadis kecil itu melawannya, dia bisa menekannya dengan kasar.

Tapi sekarang gadis kecil itu memperlakukannya sebagai ayah yang sebenarnya. Pada saat ini, Gandi pun jadi bingung dan sedikit panik.

Kelihatannya Gandi tampak tangguh. Dia mencubit pipi lembut dan licin gadis kecil itu dan berkata, “Tidak boleh memanggil papa, juga tidak boleh memanggil mama. Harus memanggil paman dan bibi.....”

Belum selesai Gandi bicara, tiba-tiba gadis kecil itu langsung memanggilnya lagi dengan manis sekali, “Papa!”

Gandi tanpa sadar mengiyakan. Lalu, setelah sadar, wajahnya pun langsung memerah.

Neva tanpa sadar jadi teringat adegan dari serial TV yang dia tonton dulu.

"Bahkan jika aku mati kelaparan dan harus makan kotoran, aku tidak akan pernah menggigit secuilpun makananmu!"

"Yoh, harum sekali..."

Neva tidak bisa menahan senyum bahagianya, sehingga membuat Gandi memelototi Neva.

“Tidak boleh memelototi mama!” Kata Gadis kecil itu dengan gaya melindungi orang yang disayangnya.

Gandi mencubit wajah kecil gadis kecil itu tanpa mengerahkan kekuatan apa pun. Dia mengangkatnya dan berjalan langsung ke depan jendela balkon dan berkata, "Apa yang kamu katakan? Kamu berani-beraninya mengontrolku sekarang? Percaya atau tidak, kamu akan segera aku jatuhkan!"

Gadis kecil itu langsung gemetaran ketakutan dan menatap Neva dengan air mata berlinang.

Neva melangkah maju dan mengulurkan tangannya dan berkata dengan pelan dan lembut, "Tuan Gandi, jangan menakuti anak itu, sini serahkan anak ini padaku!"

Gandi tidak melepaskannya, wajahnya tampak dingin. Tapi Neva tetap memeluk Gandi dengan erat, lalu sentuhan lembut tampak bersinar di matanya.

“Dia cukup mengikutiku saja agar tidak membuatmu melemparkan dia ke surga!”

Gandi masih tidak menyerahkan anak itu, jadi Neva pun hanya bisa pergi mencuci beberapa buah dan mengupas leci untuk gadis kecil itu.

Gadis kecil itu layak sekali mendapat gelar perut besar yang gila makan. Sekali helaan napas dia sudah makan sepuluh lebih leci.

Neva teringat kalau makan leci banyak-banyak bisa meningkatkan emosi, jadi dia pun tidak memberi gadis kecil itu makan leci lagi.

Sedangkan gadis kecil itu sedikit tidak puas, matanya langsung memerah.

Cahaya di ruang tamu terasa hangat. Neva memandangi gadis kecil yang sedang bersandar pada Gandi setelah makan. Dia sudah berkelahi dengan kelopak matanya. Tiba-tiba, ada semacam perasaan adanya kehangatan keluarga di sana.

Jika Nana sekarang ada di posisi gadis kecil ini, itu pasti sangat membahagiakan!

Tampak senyum hangat dan lembut di wajah Neva, membuat Gandi melihat cukup lama ke arah Neva lagi.

Dia memperhatikan suasana hati Neva saat ini, tapi tidak tahu kenapa hatinya tidak bisa menebak apa yang terjadi.

Kelihatan sekali kalau Neva sangat menyukai anak-anak. Mereka berdua juga telah lama menikah. Begitu krisis ini berlalu, sekarang sudah saatnya untuk memikirkan mengenai punya anak!

Di malam hari, gadis kecil itu tidur dengan Neva dan Gandi pergi ke kamar lainnya.

Pagi harinya, Neva bangun dan menemukan Gandi masih di kamar dan sedang mengajak gadis kecil itu untuk sarapan pagi.

Begitu kembali ke kamar, Neva bertanya pada Gandi apa dia masih berada di sana pada siang hari nanti. Kalau iya, dia pergi meminjam dapur hotel untuk menyiapkan makan siang.

Gandi dan gadis kecil itu tampak rukun, bahkan Gandi lebih menyukai gadis kecil daripada dia, jadi Neva pun tidak khawatir.

Ruang tamu tanpa Neva, tiba-tiba terasa jadi aneh.

Gandi sedang membaca koran dan gadis kecil itu perlahan turun dari sofa mencoba pergi ke suatu tempat yang tidak ada tekanan dari Gandi.

Tapi siapa juga yang tahu, begitu dia berdiri di lantai, dia mendengar suara berdeham sebelum dia sempat melangkah.

Gandi memandang gadis kecil itu dengan senyuman tak terkatakan di sudut mulutnya dan berkata, "Mau kemana?"

"Eh eh eh....” Gadis kecil itu berpura-pura pilis dan bingung.

“Bicara bahasa manusia!” Kata Gandi setelah kehilangan kelembutan kehadiran Neva.

“Aku… aku ingin sendirian menenangkan diri.” Kata gadis kecil itu, dia mengatakan sesuatu yang seperti orang dewasa. Jika Neva ada di sini, dia pasti akan terkejut dan tertegun.

Tapi Gandi hanya tersenyum dingin dan berkata, "Duduklah baik-baik dan jawab pertanyaanku."

Mereka berdua saling memandang dan mereka berdua sama-sama bisa melihat mentalitas akting di mata satu sama lain.

“Aku, aku aku mau cari mama!” Kata gadis kecil itu dengan penuh keberanian dan ingin segera kabur dari tempat itu.

Gandi tidak menghentikannya, hanya berkata pelan, "Pergilah, asal kamu bisa membuka pintu dan menemukan tempat dimana dia berada."

Gadis kecil itu menatap dengan tatapan putus asa ke arah gagang pintu yang tidak bisa dia jangkau bahkan jika dia sudah mengulurkan tangannya ke atas. Dia pun hanya bisa duduk kembali ke sofa.

"Namamu."

"Papa……"

"Jenis kelamin."

"Papa……"

"Usia."

"Papa……"

Gandi mengangkat pandangan matanya, menggulung korannya menjadi gulungan kertas tebal dan berkata, "Apa kamu pernah dipukul oleh orang dewasa?"

Gadis kecil itu memandang Gandi dengan tatapan tidak percaya, keningnya langsung berkerut dan dia membuka mulut mau menangis.

Tapi, Gandi berkata dengan santai, "Mamamu tidak akan kembali kesini meskipun kamu menangis ..."

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu