Cinta Yang Dalam - Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
Gandi menutp pintu penumpang, tetapi tidak pergi ke tempat pengemudi.
Setelah naik ke kursi belakang, baru saja membuka pintu mobil, Winda sudah menyusut ke samping dengan gugup.
"Gan, Gandi, kamu mau buat apa? Bukannya mau pergi makan?" Winda berkata dengan ekspresi tampak seperti pencuri, hal ini membuat Gandi tidak tahu bisa berkata apa-apa.
Dia menarik sabuk pengaman di samping dan berusaha berkata dengan nada suara yang lembut: "Nona Yang, menurut kamu apa yang ingin aku lakukan?"
Winda melihat Gandi dengan ekspresi yang waspada, Gandi terlihat seperti ingin memakai sabuk pengaman untuk Winda.
Tetapi, untuk apa yang dia pikirkan sebenarnya, bagaimana Winda bisa tahu? Dia bukan ulat di dalam perut Gandi.
Hanya masalah kecil seperti memakai sabuk pengaman saja, bukannya Gandi cukup bilang saja?
Buat apa berlari sampai ke belakang dan melakukannya sendiri? Pasti karena dia memiliki pemikiran yang buruk.
"Ti, tidak tahu.... Tuan Tirta, kamu letak saja sabuk pengamannya, masalah kecil seperti ini, aku bisa melakukannya sendiri"
Setelah berkata, Winda pun mengulurkan tangannya, mau mengambil sabuk pengaman dari satu arah lain lagi.
Tetapi pada detik selanjutnya, suara pong berdering dan mobl bergoyang untuk sejenak.
Gandi menutupi pintu mobil dan ikut duduk di bagian belakang.
Dia dan Winda masing-masing duduk di arah sudut, di dalam mobil yang berlebar 2 meter, lebar 1,5 meter di dalam mobil, jarak antara mereka berdua tidak sampai 50cm.
Jarak itu sangat dekat, asal salah satu orang mengulurkan tangannya, sudah bisa menyentuh sesama.
"Aku ingin lebih dekat dengan nona Yang, apakah boleh?"
Sambil berkata, Gandi pun mendekatinya.
Jantung Winda berdebar dengan kuat, seolah-olah sudah mau melompat keluar dari tenggorokannya.
Melihat Gandi yang sudah semakin dekat, Winda pun mengulurkan tangannya, bermaksud untuk menghentikannya.
Akan tetapi, kalau ada orang ketiga melihat penampilan sekarang, orang itu pasti akan merasa Winda sedang berpura-pura, berkata tidak mau tetapi sebenarnya ingin.
"Tuan Tirta, kalau kita berdua semua berada di belakang, siapa, siapa yang mengemudi nanti..."
Winda tidak ingin mengatakan kata-kata menjerat dengan Gandi, karena berdasarkan personalitas pria ini, kalau terlalu banyak mengatakan kata-kata menjerat, dia hanya akan menjadi semakin nakal dan menekan lebih dekat.
"Oh? Sepertinya kata-kata non Yang benar juga"
Sambil berkata, Gandi pun mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.
"Kemari saja, kami butuh supir"
Kurang dari 3 menit setelah Gandi menelpon, ada seseorang yang datang mengetuk jendela mobil.
Gandi menurunkan jendela dan seorang petugas keamanan yang muda membungkukkan tubuhnya, "Presiden Tirta, apakah kita berangkat sekarang?"
Gandi menggelengkan kepalanya, "Kamu pergi merokok dulu istirahat sebentar, nanti aku panggil kamu"
Winda melihat adegan ini dengan wajah tidak tahu harus berkata apa, dia tidak bisa bereaksi untuk sesaat.
Pria ini benar-benar sangat detail, supir saja dia sudah siapkan dari tadi?
Berarti, kata-kata Winda tadi itu sama dengan melompat ke dalam jebakan sendiri?
Siapa tahu, Gandi sama sekali tidak memberi Winda waktu untuk berpikir, waktu Winda baru menggerakkan kepalanya, tubuh Gandi sudah menekan di depan wajahnya.
Wajah Gandi yang tampan, auranya yang lembut dan tatapannya yang penuh dengan kasih sayang disemprotkan ke wajah Winda begitu saja.
Wajah Winda langsung memerah, sensasi yang panas terasa sampai lehernya.
Winda mengangkat kepalanya, setelah saling bertatapan dengan mata Gandi, dia pun segera mengarah tatapannya ke arah lain.
Tatapan Gandi mencakup kasih sayang, Winda sama sekali tidak berani melihatnya terlalu lama, dia takut dirinya akan jatuh cinta lagi pada detik selanjutnya.
Melihat Winda yang merasa malu, Gandi sama sekali tidak peduli.
Karena efek yang dia mau memang seperti ini, kalau Winda bereaksi dengan marah, malahannya semuanya akan menjadi hancur.
Gandi melihat wanita cantik yang sedang menghindarinya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut Winda.
Tubuh Winda tidak bisa menahan diri dan gemetar, dia sibuk berkata: "Tuan, tuan Tirta, kamu sedang buat apa? Bukannya mau pergi makan? Ayo kita berangkat sekarang, aku sangat lapar!"
Gandi tidak bereaksi terhadap kata-kata Winda.
Winda mengangkat kepalanya untuk melihat Gandi, siapa tahu, setelah mengangkat kepala, dahinya langsung terasa hangat.
Pria itu sangat dekat dengan dirinya.
Hanya satu gerakan kecil seperti ini saja, Winda sudah terjatuh ke dalam perangkap.
"Kamu..."
"Aku kenapa?"
"Kamu, tidak tahu malu!"
Rasa malu membuat Winda merasa sedikit marah, pria ini jelas sengaja menganggunya!
Gandi memasang gaya seolah-olah tidak mendengar, melihat Winda dengan ekspresi sepeti seekor kelinci polos.
"Nona Yang, apakah kamu tidak salah? Kamu sendiri yang menyentuh aku duluan! Ciuman pertama yang aku simpan selama 30 tahun, diambil begitu saja..."
Berkata sampai sini, Gandi memasang ekspresi sedih dan sakit hati. Kemudian dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, seolah-olah yang dirugikan adalah dia.
Winda merasa pandangannya terhadap pria ini harus mengganti, setiap kali berinteraksi dengan pria ini, Winda akan merasa emosi dan ingin membunuhnya.
Bukannya pria ini adalah pemegang kuasa perusahaan Tirta? Bukannya dia adalah presiden yang sangat berkuasa dan mendominasi? Bukannya semua orang berkata dia adalah pria tampan yang dingin seperti gunung es?
Tetapi mengapa, pria ini bisa melakukan begitu banyak drama ketika berada di hadapannya?
Bahkan, hanya masuk ke dalam mobil saja pria ini juga bisa lari ke belakang dan memakaikan sabuk pengaman untuk Winda. Sementara hal yang dia lakukan sekarang sama sekali tidak berhubungan dengan mengenakan sabuk pengaman!
Waktu Winda mau membantah secara refleks, dia menyadari kalau dia membuka muluntya, sepertinya pasti akan bersentuhan lagi dengan pria ini.
Setelah mengalami pengalaman seperti kemarin, Winda memilih untuk segera diam.
Winda telah memutuskan, pura-pura mati seperti sekarang juga merupakan solusi yang bagus.
Melihat Winda tidak berbicara, Gandi malahan merasa sedikit cemas.
Bagaimana dia bisa mengambil langkah selanjutnya jika wanita ini hanya diam saja?"
"Nona Yang, apakah kamu merasa malu?"
Winda menggelengkan kepalanya dengan gerakan ringan, agar tidak bersentuhan dengan Gandi.
"Kalau begitu, mengapa wajahmu memerah seperti pantat monyet? Benar-benar sangat merah dan panas..."
Winda melihat Gandi dengan marah, di dalam mobil yang redup, dia pun bisa melihat senyuman Gandi yang nakal.
Winda mendengus dengan kuat, untuk mengungkapkan ketidakpuasannya pada saat ini.
"Nona Yang, apakah kamu tidak senang?"
Winda mengangguk pada kali ini, tetapi dia lupa, gerakan dia ini kebetulan membuat dirinya bersentuhan dengan Gandi lagi.
Gerakan mengangguk ini sama dengan mendekatkan dahinya sendiri ke depan wajah Gandi.
Setelah itu, Winda merasakan sebuah kehangatan, dia mundur ke belakang secara refleks dan tertabrak dengan dinding mobil di belakang.
Sementara nafas Gandi tiba-tiba menjadi berat.
Gandi menatap ke Winda dengan dalam, bahkan tangannya sudah memiliki gerakan ingin memeluknya.
Di ruang mobil yang kecil ini, jarak mereka berdua sangat dekat dan masrah.
Sementara pada saat ini tubuh Winda sudah ditekan di bawah tubuh Gandi dengan dekat.
Melihat pipinya yang memerah, Gandi merasa api di dalam hatinya sudah mulai membakar dengan kuat.
Mengapa wanita ini begitu menggoda?
Pertama kali menjumpainya, api yang Gandi menahan di dalam hatinya selama dua tahun akan menjadi terbakar secara refleks.
Gandi berkata dengan nada suara yang rendah dan mempesona, "Nona Yang, apakah kamu tahu, aku menyukai kamu?"
Wajah Winda memerah, kali ini, dia tidak merasa jijik ataupn membantah secara refleks.
Winda menatap ke Gandi dengan dalam dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
"Tuan Tirta, kamu merasa apakah aku memiliki hak untuk berkata tidak setelah kamu memperlakukan aku seperti itu?"
Karena gugup, karena antisipasi yang tidak bisa dijelaskan dengan alasan, dahi Winda sudah dibasahi keringat.
Gandi mengulurkan tangannya dan menyeka keringat di dahi Winda, kemudian berkata dengan lembut, "Nona Yang, kamu sendiri yang membuat keputusan untuk meninggalkan aku pada tahun itu"
Winda membuka mulutnya, ingin membantah bahwa orang yang di maksud Gandi adalah orang yang berbeda dengan Winda saat ini.
Waktu mau mengatakan hal itu, Winda tiba-tiba teringat kalau dia membantah, bisa jadi pria ini akan langsung bertingkah kasar dan keras?
Sudah dirugikan begitu banyak kali setiap bersama pria ini, Winda harus belajar dari pengalaman.
"Tuan Tirta, cuaca, cuaca sangat panas, kamu lihat aku juga sudah berkeringat, kamu juga sudah berkeringat. Kalau tidak, kita pergi ke hotel dulu untuk makan, ada urusan apa pun, nanti saja bahasnya, oke?"
Ruangan dan posisi yang masrah ini, orang yang lewat dan melihat adegan ini pasti akan merasa di dalam mobil ini sedang terjadi hal yang masrah.
Jadi, demi menghindari hal itu terjadi, Winda memilih untuk mengubah topik.
"Oh? Nona Yang merasa kepanasan ya? Kepanasan di dalam hati atau tubuh?"
Nada suara Gandi dan senyumannya yang nakal membuat tangan Winda membentuk menjadi sebuah tinju yang erat.
Tatapan Winda menyapu melewati bawah tubuh Gandi dengan diam.
Winda tentu saja mengerti maksud yang tersembunyi di dalam kata-kata nakal pria ini.
Sepertinya, selalu mengalah tidak tentu bisa menyelesaikan masalah.
Yang pasti adalah harus mendidik pria ini agar dia bisa belajar dari pengalaman.
Waktu Winda sedang memikirkan hal itu, kaki Gandi malah saling melipat secara refleks.
Gerakan ini sepertinya dilakukan setelah memahami pikirannya dan sedang bertingkah untuk melindungi diri.
Winda mengangkat kepala secara refleks dan melihat Gandi tersenyum.
Gandi mengulurkan satu tangannya dan melambaikan lima jarinya di depan wajah Winda, kemudian berkata dengan santai: "Nona Yang, apakah tadi kamu memikirkan sesuatu yang berniat buruk? Pemikiran seperti ini tidak boleh ada pada kali ini! Kalau rusak, kamu harus tanggung jawab..."
"Tanggung jawab? Tanggung jawab apa..."
Winda mengomel sambil berpikir, kalau dia benar-benar merusaknya, itu juga sedang melindungi diri.
Tetapi pada detik selanjutnya, Winda mulai memarahi dirinya di dalam hati. Sudah saat seperti apa? Dirinya masih memikirkan hal seperti ini.
Tubuh pria ini sudah semakin mendekat!
Buat apa Winda masih memikiran hal tanggung jawab?
"Tuan Tirta, kamu melihat petugas keamanan kamu, dia sudah menunggu begitu lama di luar. Kalau tidak, kalau tidak suruh dia masuk ke dalam mobil saja, kita bicara nanti setelah tiba di hotel"
"Hotel? Apakah kita pergi untuk membuka kamar?"
Novel Terkait
My Enchanting Guy
Bryan WuHalf a Heart
Romansa UniverseGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraKing Of Red Sea
Hideo TakashiAku bukan menantu sampah
Stiw boyMenunggumu Kembali
NovanMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip