Cinta Yang Dalam - Bab 271 6 Orang Mama

Setelah makan siang, Neva menggantikan Sabrina dengan baju baru, kantongnya dipenuhi dengan cemilan.

Melihat anak kecil yang kawai, dalam hatinya sangat tidak tega.

"Sayang, nanti kalau sudah pulang kerumah harus baik-baik, tidak boleh lari sembarangan lagi, tau tidak?"

Mata Sabrina juga merah, dia juga tidak tega meninggalkan Neva, dengan suara lembut berkata: "Mama, kamu ikut aku pulang, boleh tidak?"

Neva tersenyum, menepuk wajah kecil Sabrina dengan pelan, berkata: " Sasa mempunyai papa mama sendiri, aku hanya seorang bibi!"

Dia tidak tau kenapa Sabrina bisa terus menganggapnya sebagai mama, hanya saja asal memanggilnya mama, hati Neva langsung meleleh, dia akan mempunyai rasa tanggung jawab sebagai mama.

Tangan kaki Gandi menjepit tas, tangan kanannya menggandeng Sasa, berjalan keluar.

Sabrina menarik Gandi, kakinya kecilnya bertahan di atas lantai, tidak mau pergi.

Tapi dia hanyalah seorang anak kecil, tenaganya mana mungkin bisa menang dari Gandi.

Cepat sekali ditarik Gandi ke depan pintu, air mata Neva bercucuran melihat Sabrina, meskipun waktu bersama dengan Sabrina tidak sampai 24 jam.

Tapi anak kecil ini sungguh lucu sekali, juga selalu memanggilnya mama, sudah memberi Neva perasaan salah kalau ini adalah anaknya sendiri.

"Tuan Gandi......." Melihat Gandi sudah mau keluar, Neva tiba-tiba berkata.

Gandi memutar kepalanya, melihat Neva, menunggu kalimat selanjutnya.

Neva membuka mulutnya, mengabaikan wajah Sabrina yang penuh berharap, Menunggu Neva menyuruhnya tinggal, akhirnya berkata: "Matahari dibawah sangat besar, jangan sampai Sabrina terjemur sampai luka, aku ambilkan payung untukmu."

Sambil berkata, Neva mengambil sebuah payung yang di gantung di dinding, menyodorkan kepada Gandi.

Mata Sabrina merah, mengulurkan tangannya, membuat postur memeluk kepada Neva.

Akhirnya Neva tidak bisa berpura-pura berdarah dingin, dia juga berjongkok, berpelukan dengan Sabrina.

"Mama, ayo pergi denganku, kita jangan dengan paman aneh ini!" Sabrina menempel di telinga Neva, berbisik pelan.

Neva terbodoh, anak beruang ini, sungguh tidak tau apakah Gandi masih di sampingnya?

Gandi mengangkat Sabrina, menenteng di atas pundaknya dan langsung keluar dari rumah.

Sabrina menangis dan berteriak, ingin turun dari pundak Gandi, Neva melihat dua orang itu berjalan di koridor semakin menjauh, Sabrina sepertinya juga mengerti ini mungkin terakhir kalinya dia bertemu dengan Neva.

Dia mengulurkan tangan, melambaikan tangan kepada Neva, berteriak kuat: "Sampai jumpa ma!"

Neva tersenyum sampai air matanya keluar, juga terus melambaikan tangan kepada Sabrina.

Gandi berdiri di sebelah lift, saat menunggu lift melihat seorang orang dewasa dengan anak kecil berdua yang sedang ribut, dalam hatinya tersentuh.

Di dalam vila keluarga Yang, sebuah Audi A8 yang merendah berhenti perlahan.

Di dalam halaman sudah ada yang menjawab, Arya memandang mobil itu dengan penuh semangat.

Bodyguard turun dari mobil, setelah membuka pintu mobil, seorang anak kecil yanga aktif dan lucu muncul, lalu melihat halaman yang familiar, dalam sekejap menundukkan kepala dan merasa sedih.

Baiklah, rencana kabur sudah gagal sepenuhnya.

Melihat Sabrina, wajah Arya langsug bermekaran, dia melangkah cepat, langsung memeluk Sabrina, tidak tahan berkata: "Dasar kamu gadis nakal, sedikit-sedikit langsung kabur dari rumah, tau tidak paman hampir saja dibunuh papamu!"

Sabrina dipeluk Arya terlalu kuat, sedikit tidak nyaman, dia juga menggunakan wajahnya menempel di wajah kecil Sabrina yang lembut.

Akar janggut yang tidak dicukur bersih, seperti saringan, meluncur di wajah Sabrina.

Sabrina langsung berteriak kencang: "Paman, paman, sakit.........."

Gandi turun dari mobil, melihat Arya dan juga puluhan bodyguard yang bersiaga di dalam halaman.

Di bawah sinar matahari, m4 di tangan berkilau, sepertinya tidak menyukai kedatangannya.

Arya melirik Gandi, nama yang menggelegar di kalangan anak muda negara ini, ragu sebentar, lalu mengulurkan tangan dan mempersilahkan: "Silahkan......."

Mereka berdua memasuki dalam ruang tamu, Sabrina begitu melihat Isko, langsung dengan senang melompat kegirangan, berteriak kuat: "Papa, papa, papa.........."

Dia seperti tidak terjadi apa-apa, membuat Isko yang awalnya ingin memarahinya, hanya bisa menyingkirkan keinginan itu.

Dia memberi kode mata kepada Arya, Arya menunduk berkata kepada Sabrina : " Sabrina, kita naik ke atas dulu, paman sudah menyiapkan banyak makanan lezat untukmu!"

"Tidak mau!" Sabrina tidak mengatakan lebih banyak lagi, langsung menolak.

Dia mengeluarkan berbagai makanan dari dalam kantong, berkata: "Mama juga sudah menyiapkan banyak makanan enak untukku!"

Mama? Arya langsung tercengang, dia mengangkat tatapannya melihat Gandi, baru teringat mama ini menunjuk kepada wanita Gandi.

Sudut bibir Isko tertarik, menahan kuat pemikiran ingin melempar Sabrina.

Gadis kecil ini, pergi kemana langsung melupakan kerabat.

Dia berdehem, berkata: " Sasa, naiklah, kamu sudah mengantuk!"

Sabrina yang tadi masih bersemangat memamerkan berbagai cemilan kepada Arya, begitu mendengar perintah Isko, langsung terdiam, matanya memerah, merasa tidak adil, sungguh membuat orang yang melihat merasa kasihan.

Berhubung dia sedang berhenti, Arya langsung menggendongnya naik.

Isko mengangkat kelopak matanya, menyuruh pelayan membuat sepoci teh, menuangkan segelas kepada Gandi, lalu berkata: "Anak ini masih kecil, pasti semalam sudah menimbulkan banyak masalah, sungguh sudah merepotkanmu."

Gandi mengangkat gelas teh, menyesapnya dan berkata: "Teh Poci bagus yang dipetik sebelum hujan, rasanya langsung menyebar di mulut, menyisakan rasa manis di gigi, paman Yang tulus sekali."

Isko terkekeh, mereka berdua tidak berbicara lagi, terjerat dalam keheningan.

Gandi sedang menganalisis Isko, sedangkan Isko juga sedang menganalisisnya.

Sebenarnya dia selalu sangat tertarik kepada Gandi, dalam usia muda sudah bisa memegang grup Tirta yang besar.

Dan juga dalam dunia bisnis, bisa dikatakan seleranya unik, selalu menang.

Acara makan malam semalam lusa, masih tidak tau kalau dia suka minum bir putih, sebelum keluar negeri sudah menyiapkannya.

Orang seperti ini, sungguh hebat sekali.

Di atas, Sabrina menggunakan kedua tangan dan kakinya menceritakan kepada Arya seberapa kejamnya Gandi, merebutnya dengan kejam dari mamanya.

Sikapnya kepada Sabrina juga sangat kejam, juga mau melemparnya dari jendela.

Di dalam bibirnya, mengatakan tidak mengerti gadis muda, kalau tidak dia harus mempertegaskan di Gandi.

Arya mendengarnya sampai sudut bibirnya tertarik, gambaran ini, Gandi menjadi iblis yang sangat kejam.

Kalau dianalisis dari cerita keponakannya, dia ingin sekali membunuh Gandi.

Sabrina sambil menceritakan dan juga tidak melupakan memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.

Akhirnya tidak sengaja tersedak, lalu batuk dengan hebat.

Arya langsung memberikan air kepadanya, menyuruhnya minum, lalu menepuk punggungnya pelan.

Sabrina meneguk airnya sampai habis, langsung berkata: "Paman, kamu bantu aku balas dendam ya?!"

Mata Sabrina yang berkaca-kaca, menatap Arya, membuat Arya langsung kesulitan.

Dia ingin menjawab, tapi juga tau dirinya tidak akan bisa melakukannya.

Bahkan kakaknya sendiri saja tidak berani mengabulkannya, bagaimana mungkin dia bisa mengangguk?

Tapi kalau tidak mengiyakannya, air mata Sabrina ini dan juga tatapan yang penuh harapan, membuatnya mempunyai rasa bersalah.

"Baik, baik, nanti aku pergi beritahu papamu, suruh dia balaskan dendam untukmu ya?"

Arya mengiyakan dan juga memberi jalan belakang untuk dirinya.

Sabrina memajukan bibirnya, dengan tidak senang berkata: "Paman adalah pengecut!"

Arya langsung merasa harga dirinya terluka, dia langsung berdiri, berkata: "Paman pergi balaskan dendam untukmu sekarang juga!"

Dalam pikirannya muncul gambaran Sabrina pasti akan menariknya pergi, tapi tidak muncul.

Malah Sabrina bertepuk tangan, dengan senang berkata: "Bagus, bagus, paman paling hebat!"

Kali ini, membuat Arya mau keluar juga salah, mau tetap tinggal disini juga salah.

Dia memaksakan diri keluar dari kamar, tiba-tiba teringat dengan orang yang bisa mengontrol Sabrina.

Dia menelepon, berkata: "Kakak ipar, Sasa sudah ditemukan."

Di ujung telepon sana, Riana begitu mendengar anaknya sudah ketemu, langsung senang sekali berkata: "Sungguh? Kamu cepat buka video call, aku mau melihat Sasa."

Arya membuka video call, lalu kembali ke kamar.

Sabrina begitu melihat paman yang kembali, dalam sekejap tidak senang mengatakan pamannya mengingkari janji.

Tapi dia masih belum mengatakannya, langsung melihat wajah familiar di handphone.

"Mama!" Sabrina memasang senyuman yang menurut, langsung berlari kemari.

Arya melihat kesayangan kecilnya akhirnya berubah, menghela nafas lega, memberikan handphone kepada Sabrina.

"Mama, mama, mama....." Sabrina langsung memulai dengan mulut manis.

Bibir ini manis sekali seperti diolesi dengan madu, membuat Riana langsung melupakan ketidak senangan kemarin.

"Masih tau mau panggil mama?" Tanya Riana.

"Tentu saja, mama adalah mama kandung Sabrina, itu semua adalah mama palsu!" Ucap Sabrina dengan senang.

Riana sudah terbiasa dengan anak yang bukan anak kandungnya ini, tapi adalah anak kecil yang paling dia sayangi.

Identitas Sabrina adalah sebuah misteri, hanya saja Arya membawanya pulang dari luar, mengatakan kalau ini adalah darah daging keluarga Yang.

Riana karna alasan tubuhnya, tidak bisa melahirkan, sedangkan Sabrina kebetulan memenuhi semua harapan kasih ibunya.

Hubungan dua orang ini seperti ibu-anak, hanya saja setelah Sabrina dewasa, Riana juga memberitahu Sabrina kalau dia bukanlah mama kandungnya.

Dia mempunyai hak untuk mengetahui kebenaran.

Lalu, Sabrina pun mempunyai sebuah kebiasaan.

Setiap kali keluar, akan mengakui orang lain sebagai mama.

Yang paling aneh, ada sekali Arya pergi dinas ke negara M, tinggal disana selama sebulan.

Sabrina mengikuti bodyguard keluar, mengakui 6 orang mama.

"Jadi apakah Sasa mau mendengar perkataan mama kandung?" Setelah kesenangan menemukan Sabrina hilang, Riana pun memulai ceramahannya.

Sabrina menurunkan lehernya, dengan menurut bergumam.

"Lain kali tidak boleh pergi sembarangan, mau pergi kemana, tidak boleh menghilang dari pengawasan para paman bodyguard. Kalau lain kali menghilang seperti ini, kamu tidak boleh ikut papa keluar, tau tidak?"

Kelembutan dalam intonasi suara Riana, juga mengandung perintah yang kuat.

Sabrina bergumam dengan tidak adil, tapi pura-pura kasihan ini malah diabaikan oleh Riana.

Setelah mereka berdua berbincang sejenak, Riana sudah harus menyelesaikan pekerjaannya, lalu memutuskannya.

Gandi melihat ruang tamu keluarga Yang, dekorasi ruang tamu dengan gaya Tang kuno tampak sangat mewah.

Di dinding ada sebuah lukisan, kalau dia tidak salah lihat, itu seharusnya lukisan pelukis besar setahun lalu.

Lukisan ini dilelang di London 3 tahun lalu, dengan harga 800 juta, dibeli oleh seorang anonim.

Sekarang tampaknya, pembeli misterius itu adalah keluarga Yang.

Vas tiga warna di meja teh, perabot kayu phoebe emas, lantai kayu mahoni juga bercampur dengan aroma kayu, bahkan barang-barang mahal ini pun diinjak di bawah kaki.

Setiap bagiannya, menunjukkan kekuasaan keluarga Yang.

Isko menyesap tehnya, berkata: "Adik Gandi kali ini datang, apa masih ada urusan lain mau dibicarakan?"

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu