Cinta Yang Dalam - Bab 118 Dilukai

Gandi menarik tuas ke P, menarik rem tangan, berbalik, menggunakan tangannya mengangkat dagu Neva, memaksa Neva memandangnya.

Hati Neva sedikit panik, matanya menghindar tapi tidak ada tempat untuk bersembunyi.

Gandi sudah melepaskan sabuk pengaman, kepalanya pelan-pelan mengarah ke Neva, akhirnya wajah keduanya seperti sudah hampir menempel.

Bahkan untuk bernafas saja, Neva harus mengambil sedikit-sedikit.

Takut jika dia bergerak, pria ini akan ada pemikiran lain.

Dia menantikan berhubungan intim dengan pria ini, tapi takut dengan kelembutan pria ini terhadapnya.

Dia bisa menjadikan dirinya sebagai harta, tapi sesaat kemudian, menganggap dirinya sebagai rumput.

Neva ada seorang manusia, bukan benda, jika dilukai, hatinya juga bisa sakit.

Hatinya semakin gugup, sedikit menggerakkan dagunya ingin melepaskan diri, tapi malah dipegang oleh Gandi sampai tidak bisa bergerak.

Pria ini seperti sudah memutuskan, ingin terus menekan dia seperti ini.

“Angkat kepala, lihat aku.” Gandi berkata dengan sedikit serius.

Neva dipaksa mengangkat kepala, melihat Gandi, pandangan pria itu penuh dengan sikap menyerang, memberinya perasaan tercekik.

“Melihatku seperti ini, apakah kamu sangat takut?”

Hati Neva merasa terhalang, jika dia mengatakan sejujurnya, tentu saja takut.

Tapi jika dia mengatakan sejujurnya, Gandi pasti akan marah?

Neva ragu sebentar, lalu menjawab dengan suara rendah:”Ti, Tidak...”

Ekspresi wajah Gandi sedikit lembut, sudut mulutnya sedikit naik, berkata:”Bagus kalau begitu, kamu adalah istriku, melakukan apapun harus terbuka dan berani, tahu tidak?”

Istri? Neva tersenyum pahit dalam hati.

Dia tidak mengerti dirinya sendiri di sisi Gandi, sebenarnya berstatus seperti apa.

Dia sudah mempunyai 2 orang wanita, apakah 2 wanita itu juga adalah istrinya?

Neva tidak berani memikirkan masa depan, tetapi tahu jika sekarang, harus mengikuti emosi Gandi.

Dia senang, maka dirinya juga harus ikut senang.

Neva mengangguk ringan, melihat wajah tampan Gandi, berkata:”Aku tahu, mendengar kata-kata tuan Tirta.”

Neva diantar ke rumah sakit dengan terburu-buru, tubuhnya masih memakai baju tidur, dan diluar hanya memakai jaket Gandi.

Pandangan Gandi sedikit turun, melihat kulit indah dalam pakaian Neva, dan juga posisi yang lembut itu.

Tiba-tiba, Gandi merasakan sebuah api panas naik dalam hatinya, membuat mulutnya sedikit kering.

Jarak Neva dengan Gandi, hanya ada beberapa centi, suhu tubuhnya meninggi, Neva langsung menyadarinya.

Dia sedikit tidak mengerti apa yang terjadi, tapi bisa merasakan tangan Gandi, sedang bergerak lembut dari dagunya , turun ke lehernya, dan turun ke dadanya.

Tubuh Neva merinding sampai bergidik, dengan tidak berdaya dia ingin menggerakkan tubuhnya ke belakang, tapi karena sangat dekat dengan tempat duduknya, sama sekali tidak bisa bergerak.

“Tu, Tuan Tirta...” Neva yang gugup berbicara tergagap.

“Em?” Gandi sedikit menaikkan alis, tangannya sekarang sudah bisa merasakan posisi lembut tubuh Neva.

Dia bergerak sedikit, sangat nyaman, hanya saja merasa sedikit kecil.

“Itu, kami masih di dalam mobil, bisa tidak, pulang kerumah baru...” suara Neva berbicara semakin kecil, kepalanya menunduk hampir mengenai tempat duduk mobil, dagunya menekan tangan Gandi, tidak membiarkan dia melakukan kesalahan di atas tubuhnya.

Gandi melihat wajah memerah Neva, kulitnya sangat bagus, dilihat dari begitu dekat, tidak merasakan pori-pori. Dan ditubuh Neva ada aroma yang ringan, membuat orang yang menciumnya merasa nyaman, hanya ingin memeluk Neva, menghargai dengan sebaiknya.

“Pulang melakukan apa?” Gandi merasa menarik, bertanya dengan sedikit menggoda.

Neva melihat dengan sedikit kesal, melirik dengan cepat, lalu langsung menunduk dan menekan tangan Gandi yang sedang bergerak asal di dadanya.

“Kamu... Tuan Tirta, ingin melakukan apa, maka lakukan apa... tapi sudah akan pagi hari, kita seharusnya istirahat...” Neva berbicara tentang yang didepan, lalu berencana berhenti.

Tapi ketika mengatakan merasa kata-kata didepan akan memiliki makna lain, lalu menambahkan lagi dibelakang.

Malam hari pulang ke rumah melakukan apa? Tentu saja istirahat dan tidur.

Suara malu dia ini, membuat hati Gandi bergetar, tiba-tiba ada keinginan untuk menginginkan wanita ini sekarang juga.

“Neva....” Suara Gandi sedikit berat.

Nafas panasnya menyembur di wajah Neva, membuat dia merasa gatal.

“Tu... tuan Tirta, ada apa?” Neva sekarang sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, dia melihat kaca belakang, untung saja, disekeliling ini tidak ada mobil, dan hal seperti ini juga bukan pertama kali.

Tapi walaupun dia sangat memikirkannya, lalu bagaimana, apakah dia bisa memilih?

Pandangan matanya sedikit menurun, melihat dalam celana pria ini, sebuah tenda besar sudah terangkat.

“Apakah kamu menyukai dalam mobil?” kata-kata Gandi, sudah semakin vulgar.

Neva terkejut, tangannya yang gugup meraba sisi kursi penumpang, tetapi semakin dia gelisah, dia semakin tidak bisa menemukan tombol untuk memundurkan kursi.

Dia hanya berkata dengan sedikit gemetar:”Mobil ini, sangat nyaman....”

Gandi sedikit mengernyit, wanita ini, pasti tahu maksud dirinya, tapi sekarang sedang mengalihkan topik.

Neva bisa merasakan penglihatan tajam Gandi, sedang menggores di wajahnya, awalnya dia masih ingin memuji mobil ini lagi, mengalihkan topik pembicaraan. Tapi pandangan Gandi yang semakin tajam, akhirnya dia hanya bisa menyimpan semua kata-kata dalam hati.

“Maksudku, apakah kamu menyukai mobil bergoyang?”

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu