Cinta Yang Dalam - Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan

Kak Tiger memandang puluhan anak buah di belakangnya, dengan keyakinan di dalam hatinya, dia berteriak kepada Gandi yang berdiri di tepi atap.

Tetapi setelah lima menit penuh, tepat ketika Brother Kak Tiger akan kehabisan kesabaran untuk mempersiapkan pertarungan, Gandi berbalik.

Tatapan tajamnya memandang Kak Tiger, membuat Kak Tiger tanpa sadar ingin melangkah mundur.

Tetapi ketika gagasan ini baru muncul, gagasan itu ditepis oleh Kak Tiger.

Gandi mengabaikan Kak Tiger, matanya berhenti sejenak pada pria dengan tangan terputus dan dia tersenyum: "Aku sudah memberimu kesempatan kedua, tidak kusangka kamu kembali lagi mencari mati.”

Sikapnya yang arogan dan menantang segera membuat Kak Tiger merasa geram.

"Bedebah sialan, apakah kamu tidak melihat aku masih di sini? Kamu masig berani mengancam saudaraku, percaya atau tidak aku bisa membunuhmu sekarang juga?"

Abang ketiga yang tadi dibunuh adalah saudara uang sangat dihormatinya dan Ghost adalah kekasihnya.”

Karena postur mempesona Ghost, Kak Tiger tidak akan merasa cukup hanya dengan bermain tujuh kali semalam.

Tapi sekarang, karena pria ini, semuanya hancur.

Untuk membalas dendam karena lengannya, pria dengan tangan terputus tidak memberi tahu Kak Tiger bahwa pria itu telah mengutus seluruh orang di Club Golden.

Menurutnya, pria ini hanya memiliki sedikit koneksi disini dan sisana, sampai Club Golden bisa membantunya.

Terlebih lagi, dibalik Kak Tiger,ada gangster di Kota Z yang mendukungnya.

Gandi menggelengkan kepalanya dengan ringan terhadap ancaman Kak Tiger dan berkata, "Omong kosongmu begitu banyak."

Kali ini, Kak Tiger benar-benar marah.

Dia melambaikan tangannya dan berteriak, “Bunuh dia sekarang juga!”

Anak buah di belakangnya segera bergegas maju dengan parang dan pipa baja di tangan mereka.

Kak Tiger hanya mundur dan menatap dari belakang.

Dia masih memiliki perasaan bahwa pria ini bukan pria biasa.

Nasi yang hangat memang lebih nikmat untuk disantap, namun bagaimana jika nasi itu rupanya adalah bongkahan tinja? Dia tidak akan bisa mundur!

Detik berikutnya, Kak Tiger bersyukur telah mempercayai instingnya.

Di malam yang sunyi, terdengar beberapa teriakan tiba-tiba dan bahkan suara tulang yang patah dan beberapa pria yang bergegas dengan cepat mundur.

Gandi sudah mengalahkan tiga orang di depannya, menatap yang lain.

Gandi perlahan-lahan mengambil batang besi dari tanah danmengetuk tiga kali dan tiga orang di tanah itulangsung tidak berkutik.

Wajah Gandi terlihat tenang, terlalu tenang. Bahkan orng-orang yang idutus oleh Kak Tiger tampak sudah kelelahan.

Kak Tiger mengatakan sesuatu kepada orang-orang di sekitarnya dan beberapa dari mereka langsung berlari kembali.

Kak Tiger memelototi Gandi dan berkata dengan kejam, "Aku akan melepaskanmu hari ini. Kamu harus mengingat apa yang terjadi hari ini. Menurutmu, jika ada orang yang jatuh dari atap ini, apakah orang lain akan mengira ini adalah pembunuhan, atau bunuh diri?”

Bagi Gandi, ancaman seperti itu tidak berbeda dengan kentut.

Dia mengulurkan tangannya dan dengan lembut menyeka darah di pipa baja, darah merah yang terlihat sangat menyilaukan.

"Bagaimana menurutmu?"

Niat membunuh yang tebal itu membuat Kak Tiger gemetar.

Dalam hati Kak Tiger, timbul rasa benci yang amat sangat, dia mengambil pipa baja dan berkata, “Brengsek, maju saja! Aku akan membunuh orang yang sok berani sendiri, apa yang harus kutakutkan?Bahkan jika langit runtuh, aku akan menahannya. Aku tidak percaya bahwa aku akan dikalahkan olehmu!”

Setelah berkata seperti itu, sekelompok orang itu maju lagi.

Tidak ada yang tahu seberapa kuat Gandi. Tetapi untuk orang yang mencoba melukai keluarga Tirta, yang ingin mencari kelemahan Gandi, pada akhirnya akan dikirim ke kantor polisi.

Ada beberapa orang yang lenyap dan semua orang yang mengerti bahwa kemungkinan mereka sudah tidak berada di dunia ini.

Kak Tiger adalah pria yang kasar, dia bangkit dan mulai dari penjahat kecil dan perlahan-lahan meningkatkan popularitasnya.

Bosnya lebih dari sekali mengingatkannya bahwa dia harus cerdas dan tahu siapa yang bisa disentuh dan siapa yang tidak.

Tetapi Kak Tiger kurang paham dalam hal ini, jadi dia telah menyinggung banyak orang kuat.

Tapi di belakangnya, selalu ada orang yang memberekan kekacauan yang dibuatnya.

Dengan ini, Kak Tiger makin merasa superior dan tidak takut terhadap siapapun. Lagipula, tetap ada nada yang membantunya.

Dalam pertarungan sengit ini, puluhan orang melawan satu.

Walaupun teknik Gandi sangat bagus, tapi dia tetap saja terluka.

Dia menyentuh darah di kepalanya dan dengungan dari otaknya membuatnya merasa pusing.

Tetapi sekelompok orang tadi sudah terbaring di tanah, hanya tinggal Kak Tiger dan pria yang tangannya terpenggal itu. Ini membuktikan bahwa Gandi merupakan lawan yang tidak terkalahkan.

Emosinya melunjak, Gandi yang tidak pernah menerima perlakuan seperti ini sebelumnya, langsung merogoh kedalam bajunya.

Pria dengan tangan terputus itu panik, dia awalnya mengira sisinya memiliki begitu banyak orang, bahkan jika Gandi memiliki pistol, dia hanya akan mengalahkan setengah dari mereka.

Tapi pihak lain sama sekali tidak menggunakan pistol, hanya mengerahkan tenaganya.

Dia berbalik dan hendak berlari, tetapi begitu dia bergegas ke pintu masuk koridor, dia berhenti.

Pria dengan tangan terputus mengulurkan tangannya yang utuh, menarik seseorang ke atas dan berteriak ke arah Gandi: "Ayo! Bunuh aku! Sialan, kau telah memenggal tanganku, aku tidak akan bisa melanjutkan hidupku. Tidak akan rugi jika aku mati hari ini.”

Kak Tiger sendiri juga sudah sangat khawatir, setelah melihat orang yang disandera, hatinya akhirnya tenang.

Dia mencibir pada Gandi dan berkata, "Saudaraku, sekarang, haruskah kamu berlutut dan mengakui kesalahanmu?"

Neva diseret dari ranjang rumah sakit, jarum di tangannya tidak terlepas, melainkan langsung diputuskan.

Jantung Gandi berdegup kencang dan dia merasa sedikit takut.

Dia menendang orang yang menghalangi jalan dan mengambil beberapa langkah ke depan, dengan nada dingin dalam nadanya: "Kalian, cari mati!"

Kak Tiger tanpa sadar gemetar, tetapi kemudian dia berpikir, dia memiliki sandera di tangannya, apa yang perlu ditakutkan!

Dia menyambar rambut Neva, menyeretnya ke atas dan berkata, "Wanita ini cukup cantik dan dia pasti sangat menarik untuk dimainkan! Aku betitahu kamu, jika kamu masih menginginkan wanita ini untuk hidup. Berlututlah di tanah dan potong tanganmu, mungkin aku akan membiarkanmu pergi! "

Neva tahu bahwa dia telah menjadi sandera dan orang yang diancam adalah Gandi.

Pada saat ini, hati Neva dipenuhi dengan penyesalan yang mendalam.

Mengapa dia harus terjerat masalah pada saat dia memilih membeli obat pereda mabuk?

Alangkah baiknya jika saat itu dia mencari alasan lain, seperti ke kamar mandi.

“Tuan Tirta, Jangan, jangan turuti permintaan mereka! Mereka…”

Sebelum kata-kata Neva selesai, terdengar suara nyaring dan ucapannya terhenti karena kemudian pria dengan tangan yang terpotong erat menutup mulutnya.

Kak Tiger tertegun, dia memang sedang dalam posisi yang menguntungkan. Tetapi, di kota Z, dia masih pernah mendengar kabar tentang keluarga ternama seperti keluarga Tirta,

Namun dia sudah sampai pada titik ini, dia sudah tidak bisa mundur.

“Bocah, aku akan menghitung mundur. Jika kamu masih saja tidak melakukan perintahku, jangan salahkan aku tidak memberimu kesempatan. 3, 2…”

Saat dia hampir sampai di hitungan terakhir, Gandi menatap Neva, “Perempuan yang merepotkan!”

Gandi mengulurkan tangannya, di dalam kegelapan malam, hanya terdengar 3 suara tembakan yang teredam.

Neva kemudian melihat Kak Tiger yang tadi berdiri di depannya mengeluarkan darah dari kepalanya dan diikuti suara Kak Tiger yang jatuh terkapar.

Sekarang, di atap yang luas itu hanya tersisa dua orang, dia dan Gandi.

Gandi melangkah maju mendekati Neva yang belum tersadar dari kejadian tadi dan langsung menariknya kedalam pelukan.

“Jangan takut, ada aku disini.”

Gandi merangkul Neva dan membawanya turun.

Bau darah yang menyebar di atap sangat kuat. Detik sebelumnya, Gandi dan orang-orang yang terkapar di atas masih bertatapan dan melawan satu sama lain. Kedua belah pihak tahu jelas apa yang harus mereka lakukan. Sekarang setelah dipikir, dia seperti tidak mengenal kata mati.

Gandi merentangkan tangannya ke lengannya dan kemudian tiga poin teredam di malam yang sunyi.

Neva tiba-tiba melihat Brother King Tiger di depannya, ada lubang darah di kepalanya dan kemudian dia membanting.

Di atap besar, hanya ada dua orang yang berdiri, dia dan Gandi.

Setelah kejadian seperti itu, Gandi khawatir untuk merawat Neva di rumah sakit umum.

Setelah dengan hati-hati menarik keluar jarum di lengan Neva, dia memeluk Neva ke tempat parkir bawah tanah. Dia membantunya masuk ke mobil dan bergegas ke rumah sakit yang berada dibawah naungan Grup Tirta.

Ketika mereka tiba di rumah sakit, Rey sudah menunggu di mereka di pintu masuk.

Setelah membaringkan Neva, Gandi hendak beranjak pergi. Namun, tangannya dipegang erat oleh Neva, “Tuan Tirta, jangan pergi.”

Melihat wajah Neva yang ketakutan dan penuh luka, Gandi merasa bersalah.

Dia menundukkan kepalanya dan menempelkannya di dahi Neva dan berkata, “Jangan takut, kamu aman disini. Aku akan kembali setelah menyelesaikan sesuatu.”

Neva masih tidak mau melepaskan tangan yang menggenggam Gandi. Gandi perlahan membuka jari-jemari Neva dari tangannya dan meletakkan tangan Neva di samping ranjang.

Diluar kamar pasien, Rey sudah menunggu Gandi.

“Tuan Tirta, kali ini masalahnya agak rumit. Karena orang yang masih hidup tadi bersaksi bahwa yang kamu lakukan bukanlah pertahanan diri. Namun pembunuhan yang disengaja. Selain itu, keluarga Garfid, juga berkata seperti itu…”

Mendengar tentang Keluarga Garfid, Gandi mengerutkan alisnya.

Dia menjawab, “Untuk masalah perusahaan, kamu saja yang mengurus dulu. Aku akan menuju ke kantor polisi. Tingkatkan keamanan disini, aku tidak mau lagi mendengar ada masalah apapun yang timbul. Rahasiakan hal ini dari keluargaku.”

Sampai disini, Gandi menatap Rey dan melanjutkan kalimatnya, “Kamu tahu jelas apa yang boleh dan tidak boleh dibicarakan.”

Rey gemetar dan langsung berkata, “Paham!”

Di kantor polisi jalan Lumia, Gandi duduk di kursi yang tersedia. Di hadapannya duduk kepala kepolisian yang tidak berhenti mengeluarkan keringat karena gugup, “Maaf Tuan Tirta karena kita telah memanggilmu kemari semalam ini. Benar-benar maaf.”

“Tidak masalah, Kepala kepolisian Yang. Aku adalah warga negara baik yang mematuhi hukum.” Ucap Gandi dengan suara yang tenang.

‘Begini, kami hanya akan memohon anda untuk menandatangani sertifikat persetujuan. Silahkan dilihat, apakah sesuai dengan anda?”

Ucap kepala kepolisian sambil menyerahkan setumpuk kertas.

Gandi membaca beberapa halaman, bukti-bukti yang tertera disana semua sangat mendukungnya.

Keputusan terakhir adalah yang dilakukan Gandi adalah pembelaan diri.

Dia mengangguk dan berkata, “Sudah sesuai.”

Setelah itu, dia berdiri untuk meninggalkan ruangan.

Kepala kepolisian sibuk untuk mendahuluinya dan membuka pintu untuk Gandi.

Setelah Gandi meninggalkan kantor polisi, beberapa orang yang melihat langsung bertanya, “Kepala kepolisian, siapa orang yang tadi? Mengapa anda begitu sungkan padanya?”

Kepala kepolisian berbalik dan melihat polisi-polisi lain, “Kalian ini! Yang perlu kalian ketahui di dunia ini masih sangat banyak. Jangan menerima semua kasus, contohnya kasus ini, menurut kalian apa kita bisa menyelesaikannya?”

Ada satu kalimat yang tidak disampaikan oleh kepala kepolisian.

Di Kota Z, siapa yang berani mengusik Keluarga Tirta?

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu