Cinta Yang Dalam - Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali

Winda terkekeh dan tidak bisa menahan tawa.

Karena senyumnya, ekspresi wajah Gandi tiba-tiba menjadi malu.

Dia pernah memikirkannya, wanita ini pasti akan mendengar kata-katanya dengan patuh. Tetapi tidak disangka, wanita ini malah menertawakannya.

Karena itu, wajah Gandi yang serius, saat ini berubah menjadi sedikit kemerahan.

Seolah-olah seperti seorang pria yang menyatakan cinta dan tidak menyangka wanitanya tidak merespon.

Melihat Gandi yang berwajah serius, senyuman di wajah Winda sejak awal perlahan-lahan ditarik kembali.

Hingga akhirnya, wajahnya juga memerah.

Dia juga ragu dalam hatinya, Apakah seharusnya dia menyetujui Gandi, pergi bersamanya menonton film?

Tetapi kalau menyetujuinya, apa yang baru saja dia pikirkan tentang sepasang kekasih seolah benar-benar terjadi?

Tetapi kalau tidak menyetujuinya, itu……

Winda memandangi wajah serius Gandi dan merasa kalau dia menolaknya, mungkin dirinya tidak akan melihat matahari besok.

Oleh karena itu, setelah memikirkannya……

Winda berkata “Tuan Gandi, ini sudah larut dan kamu harus bekerja besok. Bagaimana kalau hari ini selesai sampai di sini, lalu pulang istirahat?”

Winda menggunakan nada bertanya, tetapi berkata dengan tegas.

Dan dalam tatapan Gandi, meskipun tenang seperti biasa, tetapi tidak dapat dihindari ada kilatan kekecewaan di matanya.

Hanya saja ekspresi kecewanya, muncul dengan cepat dan menghilang dengan cepat.

Sebagai penghasut yang baru saja sadar, Winda tidak menyadarinya.

Begitu tiba di lantai pertama, Winda melihat seikat bunga.

“Nona cantik, kamu dan abang ganteng adalah perwakilan dari keindahan restoran hari ini. Ini adalah hadiah bunga eksklusif dari restoran kami! Aku harap kamu memiliki hubungan yang bahagia……”

Orang yang memberikan bunga adalah pemilik restoran.

Ketika dia di bawah, dia selalu bertanya-tanya tuan yang membayar 400 juta tadi, sepertinya memiliki hubungan tidak biasa dengan wanita yang ada di dalam ruangan.

Hubungan yang tidak biasa ini bukan mengacu pada bagaimana hubungan perasaan keduanya.

Melainkan Tuan Gandi seperti sedang mengejar nona ini.

Ketika Gandi memainkan lagu pernikahan dalam mimpi, tatapannya yang penuh kasih sayang selalu tertuju pada ruangan tadi.

Ini membuat pemilik restoran semakin yakin akan hubungan keduanya.

Oleh karena itu dia memutuskan secara pribadi, membantu melakukan hal sepele ini.

Winda tertegun sejenak, buru-buru menyela perkataan pemilik restoran, tanpa menjelaskan, lalu mengucapkan terima kasih dan mengambil bunganya.

Setelah itu, tanpa basa-basi, ia langsung keluar dari restoran.

Gandi berjalan turun, menatap pemiliknya dengan dalam dan mengangguk sedikit.

Isyarat kecil ini membuat pemiliknya sangat senang.

Kesempatan untuk menyanjung orang besar seperti ini, sama sekali tidak mungkin terjadi padanya.

Dan hari ini, dia hanya memberikan seikat bunga untuk membuat Tuan Gandi terkesan dengan restorannya.

Gandi keluar dari restoran dan kebisingan di luar adalah karakteristik kebisingan di warung makan pinggir jalan.

Karena restoran pasangan memiliki kedap suara yang cukup, tidak mungkin bisa merasakan keseruan di luar.

Suara keras ini membuat Winda tiba-tiba merasa seperti terpisah dengan dunia.

“Mau jalan-jalan?” Ucap Gandi.

Kehidupan kota yang semarak seperti ini adalah sesuatu yang tidak dapat dialami oleh Winda di Australia.

Dia datang ke kota S begitu lama, untuk pertama kalinya datang ke tempat seperti ini.

Karena biasanya, baik Riana maupun Arya dan lainnya, selalu ke tempat kelas atas, bagaimana mungkin tertarik pergi ke tempat seperti ini?

Winda yang pernah mengalami kehidupan susah, prihatin dengan kehidupan yang bising ini, kulit bawang putih dan barbekyu di jalanan seharga 4 ribu, tahu seharga 10 ribu, mie dingin panggang seharga 16 ribu, semuanya memiliki perasaan yang aneh.

Meskipun ia amnesia, tetapi dirinya tidak mengerti entah mengapa bisa memiliki perasaan ini.

Gandi mengikuti tatapan Winda dan mengerti banyak hal.

“Kamu tunggu sebentar di sini.” Setelah itu, Gandi berjalan menuju jalan yang ramai.

Winda tertegun sesaat, tidak tahu apa yang ingin dilakukan Gandi, jadi buru-buru menyusulnya “Tuan Gandi, apa yang akan kamu lakukan? Ini bukan jalan pulang ke rumah Yang.”

Mendengar kata-kata Winda, Gandi berdiri diam, berbalik dan menepuk bahu Winda, berkata “Berdiri saja di sini, aku akan segera kembali.”

Dari kepribadian Wandi, dia pasti akan menolak tidak setuju.

Tetapi tidak tahu mengapa, hari ini menerima banyak pengaruh dari pria ini, Winda malah mengangukkan kepala dengan patuh.

Gandi pergi ke jalan dan Winda mengawasinya berhenti di beberapa warung.

Setelah dua puluh menit berlalu, ketika dia kembali, tangannya memegang beberapa makanan.

Warna dan aromanya sangat menarik, meskipun sedikit berminyak. Namun aromanya yang wangi membuat perut Winda yang tidak tahu rasanya menjerit-jerit.

“Nih.” Gandi menyerahkan.

Tanpa sadar Winda mengambilnya, tetapi akal sehatnya membuatnya menghentikan lengan yang telah terangkat itu.

Dia melirik jam, berkata dengan malu “Tuan Gandi, sekarang sudah sangat malam, aku tidak boleh makan……”

“Benarkah?” Gandi tidak membujuk Winda lagi, sebaliknya mengeluarkan daging panggang dari kantong dan menggigitnya.

Lalu dia dengan lebaynya membuat penampilan memakan makanan enak.

Ini membuat Winda yang melihatnya, tidak bisa berkata-kata.

Kalau orang yang mengenal Presdir Grup Tirta yang legendaris memotret ekspresi liciknya.

Bukankah keesokan harinya dia akan menjadi selebgram?

Winda menggunakan tatapan membunuhnya, mengutuk Gandi yang menggodanya.

Tetapi Gandi seolah tidak melihatnya, dengan cepat mengambil barbekyu kedua.

Kombinasi aneh kedua orang ini dengan cepat menyebabkan orang yang lewat berhenti melihat dan mengambil foto.

Seorang wanita cantik melihat pria tampan makan dan wajah wanita cantik itu jelas terlihat marah. Hal semacam ini kalau disebarkan di internet pasti viral.

Baik demi memotret wanita cantik atau pria tampan. Hanya fotografernya yang tahu.

Dan Gandi, benar-benar ketagihan memakan barbekyunya.

Awalnya, dia hanya berusaha menggoda Winda, membuatnya makan apa yang dia belikan.

Tetapi tidak disangka, makanan jalanan ini menyebabkan kerakusan Gandi yang dibesarkan dalam lingkungan mewah bangkit.

Akhirnya, barbekyu ketiga juga disantap.

Winda tidak tahan lagi, dia merendahkan suaranya dan memelototi Gandi, berkata dengan getir “Tuan Gandi, kamu membelikannya untukku? Tetapi kamu sudah memakannya sampai habis!”

Ketika Gandi melihat Winda akhirnya berbicara, dia menarik keluar daging berbekyu. Tepatnya, ia jatuhkan di tempat sampah sejauh tiga meter.

Sikap tampan ini langsung membuat beberapa penonton berteriak.

Dan Winda menunjukkan ekspresi tidak berdaya.

Gadis-gadis ini terlalu ribut. Teriakan seperti ini bukankah setuju dengan tindakan Gandi?

“Aku memberikannya padamu, tetapi kamu tidak menginginkannya!”

Gandi mengangkat bahunya tanpa daya, seolah dirinya adalah korban.

Namun makanan yang tidak tersisa banyak di tangannya, diserahkan kepada Winda.

Winda mengambilnya dan berjalan keluar.

Dia tidak memakannya, meskipun Gandi membangkitkan rasa rakus di dalam hatinya. Tetapi dia tidak memiliki hobi seperti Gandi yang diawasi orang seperti monyet.

Keduanya berjalan keluar dari kerumunan dan berdiri di pinggir jalan. Pengawal sudah membuka pintu mobil.

Winda mengangkat matanya, memandang sinar bulan yang cerah di atas kepalanya dan ada angin sepoi-sepoi. Ini membuatnya jatuh ke dalam suasana yang tidak terkatakan.

“Tuan Gandi, kamu pulanglah lebih dulu!”

Kata Winda tidak naik ke mobil.

Gandi memandang wanita ini dengan takjub, bertanya-tanya mengapa dia menjadi gila lagi.

“Bukankah seharusnya aku mengantarnya pulang”

“Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri.”

Setiap tindakan Gandi hari ini, ia lakukan untuk Winda. Ekspresi Winda terlihat tenang dan diam, tetapi hatinya tergerak.

Winda merasa dirinya perlu tenang sejenak, berpikir apakah perlu jalan sesuai dengan pemikirannya sendiri.

“Kutemani kamu!”

Gandi melambaikan tangannya dan memberi isyarat kepada pengawal itu untuk naik ke dalam mobil dan mengikutinya perlahan di jalan.

Tetapi Winda menggelengkan kepalanya dengan tegas “Tidak perlu Tuan Gandi, aku bisa pulang sendiri sambil memikirkan sesuatu. Jarak dari sini ke rumah keluarga Yang sangat dekat, tidak perlu mengkhawatirkanku.”

Melihat sikap Winda yang sangat tegas, mata hitam dan putih itu mengandung emosi tertentu yang tidak dapat dilihat oleh Gandi.

Gandi bukan orang yang bertele-tele, lalu mengangguk dan berkata “Kalau begitu kamu pulang dulu!”

“Tuan Gandi pulang dulu!”

“Aku melihatmu dari sini.”

Winda mengetahui kalau dirinya terus berbicara, ia akan terjebak dalam lingkaran tidak berujung dengan Gandi.

Lalu dia mengambil makanan yang dibeli Gandi, perlahan-lahan berjalan pulang ke rumah.

Di belakang, dia bisa merasakan ada tatapan yang tertuju pada tubuhnya.

Sampai dia berjalan sangat jauh, melewati sebuah belokan, sudah tidak bisa merasakan tatapannya lagi.

Seharusnya dia sudah pulang, kan?

Dalam hati Winda, ada beberapa perasaan kecewa yang tidak terkatakan.

Meskipun dirinya tahu, dia yang mengatakan tidak perlu diantar Gandi.

Gandi benar-benar tidak mengantarnya, di dalam hatinya, ada perasaan tidak nyaman untuk pria ini.

Kekhawatiran Winda tidak bisa diungkapkan kepada orang lain di keluarga Yang.

Sekalipun Riana, biasanya kalau Winda tidak mengatakannya, dia juga tidak bisa menebak apa yang dipikirkan Winda.

Jadi terkait masalah Gandi, Winda memilih untuk memendamnya sendiri.

Dia berjalan ke depan dengan hampa, seolah berjalan bersama dengan ingatan Gandi.

Pria ini muncul di Australia dan memaksa dirinya melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan bersama dengannya.

Karena penolakan dirinya, dia akan sedih, kecewa dan terpuruk.

Tetapi Winda yang melukai Gandi, mengira Gandi tidak akan pernah muncul lagi, keesokan harinya, Gandi tetap muncul di tempat dia lewat.

Pria ini benar-benar banyak berkorban untuk dirinya.

Sekalipun potongan-potongan ingatan yang terkadang mengingatkan Winda, betapa parah hal yang pernah dilakukan Gandi.

Tetapi dia tidak tahan dengan proses Gandi memotong dagingnya dengan pisau tumpul, perasaannya pada Gandi perlahan berubah menjadi semakin lembut.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu