Cinta Yang Dalam - Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah

Suara yang begitu besarnya, membuat Shinta yang sedang menggoreskan gambarnya yang menjadi point penting, seketika menjadi gagal, gambarnya hancur seluruhnya.

Dalam hati Shinta ia agak emosi, berencana untuk membuka mulutnya, tetapi mendengar pelayannya yang sambil berteriak: “Celaka, Nyonya, Nyonya muda pingsan!”

Shinta terkejut, dengan segera berdiri, melihat kepala Neva yang terbentur meja makan itu, kebetulan bubur berada persis didepannya dan tertumpah seluruhnya.

Mangkok porselen biru putih itu terlihat retak tetapi untung saja tidak pecah.

Shinta bukan menyayangkan mangkok yang tidak ternilai harganya ini, tetapi ia didalam hatinya merasa untung saja tidak melukai wajah Neva.

Ia menyuruh pelayannya untuk membersihkan badan Neva sambil memanggil ambulans.

Mobil ambulans dengan cepat sampai kerumah itu, tandu langsung dibawa masuk kedalam ruang tamu Pak Tirta.

Saat Neva diangkat keatas tandu, Shinta baru melihat, diantara kedua kakinya darah merah sudah mengalir.

Kejadian seperti ini, bukan pertama kalinya terjadi, ia menahan rasa amarah didalam hatinya.

Dengan segera mengikuti dokter naik kedalam mobil ambulans, keselamatan Neva saat ini adalah yang paling utama.

Rumah sakit kota Z, ruang ICU kelas utama, Neva terbaring diatas ranjang.

Shinta dengan khawatir melihat ke Neva, ia baru saja keluar dari ruang operasi.

“Dokter, ia tidak apa-apakan?” Shinta yang selama ini selalu tenang dan dapat menahan diri dengan baik, kali ini suaranya ternyata membawa sedikit rasa panik.

Dokter yang menanganinya adalah seorang wanita paruh-baya, melihat Shinta yang terbalut pakaian mewah merasa wanita ini terlihat sedikit familiar, tetapi tidak dapat mengingat pernah melihatnya dimana, kemudian bertanya: “Nyonya, apakah dia putri anda?”

Shinta secara langsung menganggukkan kepalanya, menantu sama dengan putrinya sendiri, ini adalah hukum mutlak untuknya, apalagi dengan identitas asli Neva yang lebih dekat.

“Kalau begitu anda seharusnya berbicara baik-baik dengan menantu anda, agar saat berhubungan intim dikemudian hari, sebisa mungkin lebih mengontrol diri.

Kata-kata dokter yang baru saja meluncur keluar, membuat emosi Shinta yang baru saja ditahannya, seketika meledak.

Akan tetapi dokter masih berada disini, ia tetap harus berusaha untuk berkata-kata dengan lembut: “Baiklah, kalau begitu bagaimana dengannya, ia baik-baik saja kan?”

Neva saat ini berbaring diatas ranjang, sebenarnya ia sudah sadar.

Tetapi ia tidak berani untuk membuka matanya, ia masih teringat perkataan dokter itu sebelumnya, jika selanjutnya masih terjadi lagi, bisa-bisa ia selamanya tidak akan bisa hamil lagi.

Awalnya ia berpikir setelah menggunakan obat, kemarin sudah langsung membaik.

Tetapi tidak disangka, kali ini lagi-lagi darahnya mengalir.

Dokter wanita itu melihat sekilas Nevayang terbaring diatas ranjang, melihat keadaannya sepertinya masih belum sadarkan diri, baru mengatakan dengan suara yang sangat pelan: “Pendarahan pasien untuk saat ini telah berhasil dihentikan, tetapi kandungannya mengalami luka yang cukup parah, kemungkinan terburuk, akan mempengaruhi kehamilannya dikemudian hari.”

Setelah mendengar dokter mengatakan hal ini, Shinta sudah tercengang ditempat.

Dokter tentu saja menggunakan kata-kata yang lebih halus untuk mengutarakannya, kalau begitu jika diartikan secara kasar adalah Neva ada kemungkinan akan kehilangan kemampuan untuk melahirkan.

Hal pertama yang terlibat dalam pikirannya bukanlah ingin mengganti istri untuk anaknya, tetapi bagaimana ia harus menjelaskannya kepada Neva nantinya setelah ia sadar.

“Dokter, apakah tidak ada cara lain lagi?” Shinta bertanya dalam suara yang terdengar cemas, kemudian dilanjutkan dengannya mengeluarkan selembar cek, menuliskan jumlah uang sebesar 1 juta yen kemudian tanda tangan dan memasukkannya kedalam tangan sang dokter.

Dokter paru-baya itu terlihat sedikit lambat, ia telah berhubungan dengan cukup banyak keluarga pasien, tetapi yang begitu berlebihannya, ini adalah pertama kalinya.

Ia sedikit ragu-ragu, mendorong cek itu sambil berkata: “Nyonya, aku hanya berkata akan mempengaruhi. Bukan tidak dapat, hanya perlu mengobatinya dengan baik, melakukan pemeriksaan secara berkala, kurang lebih 1 bln kemudian kembali melakukan kontrol, jika tidak apa-apa maka sudah baik. Tetapi untuk beberapa saat ini, harus benar-benar menghindari berhubungan intim.”

Shinta dengan segera menganggukan kepalanya, ia masih memasukkan cek kedalam tangan dokter, dokter wanita itu berusaha menahan diri kemudian keluar dari kamar pasien.

Saat berjalan beberapa dilorong rumah sakit, tiba-tiba sang dokter teringat tanda tangan nyonya tadi, namanya adalah Shinta Lie.

Shinta ? Shinta ? Shinta Lie!

Ia seakan-akan tiba-tiba teringat akan suatu hal, mengeluarkan HPnya dan mengetikkan namanya kemudian meng-klik di baidu, setelah melihat profil tiba-tiba ia merasa pusing dan pandangan matanya memudar.

Ia saat ini ingin memberikan tamparan untuk mulutnya sendiri, kehabisan kata-kata.

Shinta, adalah mantan presiden grup Grup Perusahaan Tirta, dan dia tidak mempunyai putri, ia hanya memiliki 2 orang putra.

Dokter wanita itu tidak memutuskan hubungan dengan dunia sosial, permasalahan Presdir keluarga Tirta dengan istrinya sangat ramai dan hangat dibicarakan, ia pun melihatnya.

Kalau begitu tidak perlu dipikir lagi, pasien yang terbaring diatas ranjang kamar pasien itu pasti adalah menantunya.

Sang dokter kembali keruang kerjanya dengan gemetar ketakutan, merasa dirinya mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya diketahui oleh dirinya, tidak menutup kemungkinan pada suatu saat ia akan dibunuh untuk membungkam mulut.

Dan waktu berputar kembali kesaat dimana dokter baru saja keluar dari ruang pasien, Neva yang terbaring diatas ranjang pasien, seketika menghembuskan nafas panjang.

Untung saja, untung saja, dokter berkata dirinya masih bisa terselamatkan.

Shinta saat ini membelakangi Neva, mengeluarkan HPnya dan menelepon Gandi.

“Gandi, aku memberikanmu waktu 3 menit untuk meletakkan seluruh pekerjaanmu saat ini dan segera datang kerumah sakit tengah kota!”

Selesai mengucapkannya, Shinta tidak mempedulikan kata-kata yang diucapkan Gandi disisi sana, langsung menutup teleponnya.

Gandi yang sedang berada diruang rapat perusahaan Tirta, karena suara orang-orang yang sedang berdiskusi cukup besar, iapun mengatur suara teleponnya agak sedikit besar.

Tetapi tidak disangka, begitu telepon sang ibu diangkat, yang terdengar adalah suara teriakannya.

Bagus sekali, beberapa orang disekitarnya semua dapat mendengar.

Ada orang yang terdiam setelah itu dilanjutkan dengan orang-orang yang lain membuatnya menjadi sebuah reaksi bersambungan hingga semua orang tidak berbicara lagi.

Gandi dengan wajah suram mengucapkan sepatah kata bubar, kemudian bangkit dan merapikan bajunya, dengan dingin berjalan keluar dari sana.

Auranya terlalu kuat, setelah dirinya berjalan keluar, orang-orang yang berada didalam ruang rapat baru mulai berdiskusi dengan suara pelan, siapa orang yang baru saja menelepon presiden Tirta, ternyata berani memberikan perintah kepadanya.

Gandi mengemudikan mobilnya sepanjang jalan hingga sampai kerumah sakit tengah kota, kemudian melihat pengawal keluarganya sedang berdiri dipintu utama menunggu dirinya.

Ia mengikuti pengawalnya menuju kelantai paling atas ruang pasien ICU, mendorong pintu langsung melihat Shinta duduk didepan ranjang pasien, memegang semangkok bubur sedang menyuapi pasien yang ssedang berada diatas ranjang.

Gandi mengerutkan alisnya, wanita ini, apa lagi yang dilakukannya?

Ia maju beberapa langkah, memanggil ibunya.

Tetapi Shinta tidak menghiraukannya, malah dengan sabar menyelesaikan suapan semangkuk bubur kepada Neva.

Ditengah-tengahnya Neva beberapa memberikan pandangan mata ingin mengucapkan sesuatu, tetapi semuanya ditahan dengan pandangan tajam dari Shinta.

Shinta berdiri kemudian berjalan hingga kedepan Gandi.

Tinggi badannya dari semula memang tidak termasuk terlalu tinggi, kurang lebih 165 cm, berada diumur yang seginipun sudah membuat tinggi badannya agak sedikit menyusut.

Ia berhadapan dengan Gandi yang mendekati 190cm, terlihat seperti sang kecil yang mem-bully sang besar.

Tetapi beginilah, aura wanita kuat yang bertahun-tahun tersebar dan ternyata samar-samar menekan aura Gandi.

Ia menaikkan pandangan matanya menatap Gandi dengan serius, Gandi baru saja ingin membuka mulut bertanya pada ibunya apa yang terjadi.

Tetapi hanya terdengar suara “plak”, suara jelas itu terdengar bergema didalam ruang pasien.

Neva yang mulanya mencuri-curi melihat kearah kemari, seketika membeku, mulut terkejutnya bahkan dapat dimasuki telur angsa.

Shinta, ternyata tidak memperdulikan tempat, langsung melayangkan tamparan diwajah Gandi.

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu