Cinta Yang Dalam - Bab 37 Air mata

Selesai mengatakannya, Gandi membalik tubuhnya dan pergi kearah toilet, setelah itu perlahan-lahan terdengar suara air yang mengalir.

Neva terbaring diatas ranjang, dengan bersusah payah merenggangkan salah satu tangannya, menarik selimut kearahnya dan menutupi tubuhnya.

Air mata diwajahnya sudah mengering, seperti harapan kecil yang tersisa didalam hatinya, juga sudah menghilang.

Tidak peduli apapun yang dilakukannya, tidak peduli apa yang dikatakannya, bagaimana berhati-hatinya dirinya, pandangan Gandi terhadapnya semua memiliki niat yang buruk.

Saat Gandi keluar dari kamar mandi, ia melihat wajah Neva yang putih pucat.

Bercak darah berceceran diatas ranjang yang mengejutkan itu, seakan-akan mengungkapkan tanpa suara kekerasan yang baru saja dilakukan oleh Gandi.

Pemandangan setelah mengalami kehancuran ini, membuat hati Gandi sedikit bergetar.

Tetapi dengan segera, ia membuang seluruh rasa hatinya yang melunak ini jauh-jauh kebelakang.

Wanita ini, tidak pantas mendapatkan rasa kasihan, masih membohongi ibunya, mengatakan bahwa tiap hari dirinya mengirimkan makanan.

Ia maju kedepan dan menendang kasur, dengan dingin berkata: “Tidak segera pergi?”

Tubuh Neva seketika membeku, perlahan-lahan mengangkat kepalanya melihat kearah Gandi.

Tatapan dingin dari dalam mata sang pria, membuatnya seumur hidup ini tidak akan dapat merubahnya.

“Presdir Tirta, apakah kamu sebegitunya membenci diriku?” dengan suara sedikit bergetar, ia membuka mulutnya.

Alis Gandi sedikit mengerut, sedingin apapun hati seseorang, saat melihat sosok Neva yang seolah-olah sedetik kemudian akan hancur seperti ini, dalam hatinya pasti akan sedikit tergerak.

Tetapi detik kemudian Gandi masih saja dengan dinginnya berkata: “Bukan sebegitunya, Neva, kamu harus tahu dengan jelas, itu adalah selalu. Setengah tahun, aku sarankan kamu untuk lebih jujur. Masih ingat Twilight? Saat itu dengan sengaja berusaha untuk mendekati diriku, tetapi benar-benar sudah menyusahkanmu. Jika membuatku marah, aku akan mengirimmu kembali mengerjakan pekerjaan awalmu!”

Kalimat pekerjaan awal ini, benar-benar menggores hati Neva.

Ia melototkan matanya, air mata yang semulanya sudah mengering lagi-lagi mulai terasa dibagian matanya, tetapi sesaat kemudian, ia tertawa, dengan santai berkata: “Presdir Tirta ternyata mengetahui apa pekerjaanku, jika begitu, mana ada yang sudah menggunakan pelayanan tidak memberikan uang?”

Kata-kata Neva meluncur dengan jelas, tetapi air matanya tetap tidak terkendalikan mengalir keatas wajahnya.

Gandi perlahan mengepalkan tangannya, wanita ini, ternyata berani membuat dirinya menyewa seorang wanita penghibur?

Baiklah, kalau begitu sesuai dengan keinginannya.

Gandi mengambil cek kosong dari tas dimeja sampingnya, kemudian menanda tanganinya dan membuangnya kedepan Neva.

Neva menundukkan kepalanya melihat sekilas cek itu, berusaha untuk menampilkan senyuman yang lebih dalam diwajahnya, berkata: “Presdir Tirta ini maksudnya adalah menyuruhkan untuk mengisi sesuka hatiku?”

“Sudah cukup, cepat pergi, melihatmu membuatku ingin memuntahkan makan malamku.” Gandi berkata dengan suara berat.

Neva mengambil bajunya yang terbuka terlepas tadi dan membuka selimutnya, sedikitpun tidak peduli dengan pandangan mata telanjang Gandi yang memandanginya bolak-balik.

Tidak ada cinta dalam sorotan matanya, hanya ada dingin dan jijik.

Setelah mengenakan bajunya, ia turun dari ranjang, ditengah-tengah kaki tiba-tiba datang rasa sakit yang menyengat, ia terhuyung beberapa langkah dan berusaha untuk bersandar pada suatu benda yang dapat dipegangnya.

Tetapi disampingnya hanya ada Gandi, tetapi ia malah menghindar beberapa langkah membuat Neva terjatuh diatas lantai.

Perlakuan dingin yang tiada hentinya ini, membuat Neva kesedihan yang amat sangat berat, benar-benar membuatnya emosi.

Ia melototkan matanya dan menggertakan giginya memandang Gandi.

Gandi melemparkan kepadanya selimut yang tadi telah ternodai.

Gandi membaringkan badan diatas ranjang tanpa melepaskan jubah mandinya.

Neva mengetahui kenapa ia melakukannya, karena dirinya baru saja berbaring diatas ranjang itu, Gandi merasa itu kotor.

Pria ini, tiap gerak-geriknya, seluruhnya menunjukkan kepadanya rasa jijik dari dalam hatinya.

Dengan susah payah ia menarik selimutnya kemari, salah satu tangannya menahan diatas lantai, kemudian berusaha untuk berdiri.

Mengabaikan sorotan mata dari belakang yang mengikutinya, Neva mengambil obat dari dalam lemari, kemudian disisi pojok kamar mandi, dibagian dimana Gandi tidak dapat melihatnya, ia membeberkan selimut diatas lantai kemudian duduk.

Saat ia akan duduk, ia terakhir kalinya melihat sekilas, Gandi mengambil HP, seakan-akan telah menganggap dirinya sudah tidak ada.

Ia melepaskan bajunya, dengan tangan bergemetaran mengoleskan obat, setiap kali obat teroleskan, terasa rasa sakit yang membuatnya tidak dapat menahan diri untuk mengeluarkan keringat dingin dari dahinya.

Ia sendiri tidak mengetahui apakah dirinya seharusnya membenci Gandi atau tidak.

Mau menyalahkannya kah?

Gandi adalah penyelamat dirinya, disaat dirinya sangat putus asa, ia menarik dirinya keluar.

Tetapi ia juga yang telah menghancurkan seluruh hidupnya, menariknya masuk kedalam kamar, membuatnya hamil sebelum menikah, memaksanya untuk meninggalkan kota z.

Ini semua termasuk, membayar kembali kebaikannya kan?

Tetapi Neva mengerti, dalam hatinya yang terdalam ia mencintai Gandi, mencintai ayah Nana, mencintai pria ini.

Setelah selesai mengoleskan obat, ia menggunakan selimut untuk membungkus dirinya, bersedih sambil meringkuk dipojokan, berusaha untuk melewati malam yang berat ini.

Hari kedua saat terbangun, ia merasakan kepalanya sedikit berat dan kakinya terasa ringan, sedikit menundukkan kepalanya dan baru menyadari selimutnya sudah menjadi berwarna merah.

Obat yang tadi malam, tidak dapat menyembuhkan perlakuan kasar yang dilakukan oleh Gandi, tubuh lemah yang baru saja pulih itu lagi-lagi tersobek-sobek tersakiti.

Perasaan seperti ini, mungkin karena kehilangan terlalu banyak darah?

Ia berusaha sekuat tenaga untuk berdiri dari lantai, diatas sudah tidak ada bayangan Gandi.

Pagi hari saat dia membasuh wajahnya, pasti melewati dirinya, tetapi dia, sama sekali tidak melihat dirinya, apalagi memberikan perhatian kepadanya.

Rasa sakit dari dalam hati Neva merebak tak terkendali, setelah membereskan selimut ia pun dengan menahan sakit mengganti baju yang melekat ditubuhnya, kemudian baru turun kebawah.

Saat ini sudah pukul 10 pagi, Shinta sedang berada dilantai bawah didepan TV, menggambar sebuah pemandangan gunung dan laut.

Melihat Neva yang baru saja turun dari atas pukul sekian, ia sedikitpun tidak marah.

Anak muda lah, berolahraga terlalu banyak dimalam hari, dipagi hari sedikit bermalas-malasan diatas ranjang, normal, bagaimanapun juga ia juga sudah pernah melewati masa-masa itu.

Shinta dengan hangat menyambutnya dan berkata: “ Neva, kamu sudah bangun! Dapur sudah menyiapkan sarapan yang hangat, aku akan menyuruh orang untuk menyiapkannya.”

Neva dengan sekuat tenaga membuka ujung bibirnya, menyelinapkan senyuman kemudian memanggil bu.

Shinta terhadap menantunya yang penurut dan pintar ini, benar-benar puas, dalam mimpipun ia sangat puas.

Ia memberikan segelas air hangat kepada Neva, berkata: “Mari, minum air hangat, dapat meringankan perut kosong.”

Neva menerimanya, dalam hatinya sedikit terharu, tetapi tangannya harus memegang erat-erat kursi, jika tidak, ia merasa dirinya detik kemudian akan langsung terjatuh dilantai.

Ia selalu berpikir, sebenarnya apa yang mensuport dirinya dapat tetap dapat bertahan disamping Gandi, terus bertahan.

Tetapi dia sekarang sedikit mengerti, ibu Tirta, yang seperti ibu kandungnya sendiri.

Tiap kali memanggilnya ibu, ia benar-benar tulus dari dalam hatinya.

Sarapan sudah disiapkan diatas meja, Neva berusaha terlihat seperti tidak ada apa-apa pada dirinya, ia berpindah kesisi samping meja, menarik kursi kemudian menjatuhkan dirinya duduk diatas kursi.

Karena benar-benar tidak memiliki tenaga, gerakan yang dibuatnya menghasilkan suara yang cukup besar, Shinta yang baru saja kembali duduk diatas sofa pun melihat kearah kemari dengan pandangan mata bertanya-tanya.

Neva tersenyum meminta maaf, sambil berkata: “Bu, aku masih belum sepenuhnya terbangun, maaf telah mengganggumu.”

Sebenarnya Neva turun dalam keadaan blank, bahkan untuk mencuci muka dan mulutnya, ia lupa.

Tetapi Shinta yang selama ini selalu ketat dengan peraturan rumahnya, seakan-akan tidak melihat apapun.

Bagaimanapun juga anak sendiri, harus memberikan toleransi yang cukup, saat keluar dari rumah bermurah hati secukupnya juga sudah cukup.

Neva dengan bersusah payah memakan makanannya, melihat meja yang kosong, seketika merasa hidupnya kesepian.

Kemarin perlakuan Gandi yang kejam tidak berperasaan, masih teringat jelas.

Ia membuka mulutnya, tetapi dalam hatinya berkata: “Presdir Tirta, apakah kamu tahu? Meskipun aku menikah denganmu karena paksaan dari keluarga Aska, tetapi aku benar-benar menyukaimu. Kenapa dirimu tidak bisa melepaskan segala unsur-unsur dari luar, kembali mengenalku lagi? Kita memiliki seorang anak yang lucu, namany Nana, kita masih bisa melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan, membiarkan ibu dapat menggendong cucu laki-laki pertama……”

Neva berpikir-pikir, kepalanya terasa sedikit pusing kemudian tiba-tiba terjatuh dengan keras diatas meja.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu