Cinta Yang Dalam - Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal

Setelah sarapan, semangkuk sup obat berwarna hitam diletakkan di depan Neva.

Neva memandang sup obat di depannya itu dengan wajah cemberut, dengan adanya pengalaman sebelumnya, dia sudah tahu apa itu.

Shinta menatapnya dengan tersenyum dari samping, dan berkata: "Cepat minum, ramuan sehat, bagus untuk kesehatanmu …."

Pandangan Gandi mengarah ke arahnya, sedikit terkejut, seolah-olah dia tidak mengerti mengapa Neva harus meminum sup obat itu.

Neva hanya bisa memaksakan diri, dan meminum semangkok sup obat yang pahit itu dengan tidak menggerakkan lidahnya.

Setelah meminumnya, dia langsung mengambil air hangat yang telah disiapkan Shinta dan berkumur sebentar, tetapi kepahitan di mulutnya masih sangat terasa membuat air matanya hampir keluar.

Shinta dengan puas melihat Neva yang meminumnya habis, kemudian bersama Neva mempelajari hasil karya mereka pada saat mengikuti kompetisi sebelumnya.

Gandi tinggal sebentar di rumah dan pergi dengan alasan mempunyai banyak urusan di perusahaan.

Dia tidak benar-benar memiliki urusan di kantor, hanya saja ketika di rumah dia harus menghadapi tatapan Ibunya setiap saat, dan dia harus bermesraan dengan Neva setiap saat, ini membuatnya sangat tidak terbiasa.

Tidak lama setelah Gandi pergi, Wendi dan Gaoha mulai bertengkar.

Wendi sangat marah, tetapi Gaoha hanya menatapnya saja dengan senyum tipis di wajahnya, yang sepertinya tidak terpengaruh dengan emosi Wendi sama sekali.

Pasangan muda itu bertengkar, dan Shinta sebagai Ibu mertua juga tidak enak untuk ikut campur, bagaimanapun itu akan tidak baik jika dia membela salah satu pihak.

Dia batuk satu kali dan berkata: "Wendi, bukankah kepulanganmu kali ini kamu belum sempat pergi ke sana?"

Wendi sedang sangat marah dan ketika dia mendengar kata-kata Ibunya, dia tiba-tiba langsung bingung.

Tapi kemudian dia langsung mengerti, tempat apa yang dimaksud oleh Ibunya.

Sebenarnya kepulangan Wendi kali ini, merindukan rumah juga salah satu bagian dari alasannya. Yang paling penting adalah di Keluarga Gaoha , dia dan Ibu Gaoha sama-sama tidak cocok, sedangkan Gaoha selalu menjadi orang yang mendamaikan hubungan, Wendi awalnya masih bisa menerima satu atau dua hari terhadap pernikahannya yang dirasa membuat dirinya sangat menyedihkan ini, tetapi seiring berjalannya waktu, perselisihan itu menumpuk sampai tahap tertentu, dan pada akhirnya dia pun meledak lalu kembali ke rumah orang tuanya.

Kemudian Gaoha pun ikut dengannya pulang, karena dia takut Wendi terus tinggal di rumah Tirta dan tidak kembali lagi, ini akan membuat kedua wajah keluarga menjadi sangat tidak baik.

Wendi mengiyakan, beberapa saat lalu dirinya yang masih marah dan dengan gaya yang sangat sombong, dan pada saat ini dia berkata dengan sedikit rendah: "Aku akan pergi besok!"

Shinta meremas lengan Neva dengan lembut, dan Neva langsung mengerti.

Dia berbisik: "Wendi, kamu ingin pergi kemana? Lagipula hari ini juga tidak ada kerjaan, aku akan menemanimu."

Wendi melirik Neva sekilas, matanya sedikit terkejut, tetapi ketika dia melihat Ibunya menganggukan kepala dengan pelan, lalu dia pun setuju.

Tidak lama kemudian keduanya pun keluar, terhadap Gaoha, dia juga ingin ikut, tetapi Shinta meminta Fandi untuk menahannya.

Neva tidak tahu tempat apa yang dibicarakan oleh Shinta, jadi dia pun bertanya setelah masuk ke dalam mobil: "Wendi, mau ke mana kita?"

Wendi mengatakan sebuah alamat, Neva sedikit tertegun, bukankah lokasi ini adalah sanatorium?

Melihat mata Neva yang bingung, Wendi tersenyum pahit dan menceritakan sebuah kisah.

Wendi bukan putri kandungnya Shinta, Neva mengetahui tentang hal ini.

Ketika dia masih kecil, dia juga hidup di keluarga yang kaya, tetapi Ayahnya sangat terobsesi dengan judi, dan kemudian menjual semua kekayaan keluarganya sampai habis.

Ibunya yang selama ini terus mengurus rumah tangga, terpaksa pergi bekerja dan menghidupi Wendi.

Namun Ayahnya Wendi yang sama sekali tidak mau bertobat walaupun menghadapi permohonan Ibunya yang berulang kali itu, malah dia semakin sering pergi berjudi.

Tidak ada uang lagi? kalau begitu menjual istri dan anaknya.

Akhirnya, ada satu kali Ibunya dijual oleh Ayahnya karena kalah, pihak yang kalah harus memberi dua puluh juta kepada pihak yang menang untuk menebus Ibunya Wendi.

Hari itu Ibunya Wendi menangis tersedu-sedu, Ibunya yang diseret masuk ke dalam mobil, Wendi yang berlari kencang di belakangnya, tetapi pada akhirnya dia malah terjatuh di jalan dan menyaksikan Ibunya yang semakin jauh.

Ayahnya Wendi telah menjual istrinya, tetapi dia masih ingin mengirim putrinya ke meja judi, akhirnya, Wendi yang tidak tahan lagi pun mencari sebuah kesempatan dan pergi ke kantor polisi untuk melapor.

Menghadapi kasus kejam ini, bahkan telah melibatkan perdagangan manusia, polisi dengan cepat memecahkan kasus ini.

Ayahnya Wendi masuk penjara, dan Ibunya Wendi telah ditemukan kembali, tetapi dia telah gila.

Dia tidak mengenal Neva lagi, ketika dia melihat pria mana pun yang mendekat, dia akan berteriak keras, dengan sosok yang sangat ketakutan.

Tidak ada orang yang mengadopsi Wendi, sehingga dia hanya bisa dikirim ke panti asuhan.

Kemudian Shinta yang kehilangan putrinya ingin mengadopsi seorang anak perempuan, dan kisah hidup Wendi yang tragis membuat Shinta menangis, dan kemudian membawanya pulang ke Keluarga Tirta.

Kemudian Wendi tumbuh dewasa dan berhasil, sampai dimana dia menikah jauh dengan Keluarga Gaoha, dan setiap tahunnya dia akan pulang untuk menemui Ibunya.

Ibunya telah gila, tetapi darah daging bagaimanapun juga tidak bisa dihapus.

Setelah tiba di sanatorium, di bagian luar sanatorium telah berdiri tujuh atau delapan jubah putih, yang sedang menunggu mereka.

Neva dan Wendi turun dari mobil, seseorang dengan pin nama Dekan melangkah maju dan berkata: "Nona Tirta."

Dia melirik Neva sekilas, merasa dirinya tidak mengenal orang ini, lalu bertanya: "Dia adalah?"

Ini adalah sanatorium orang-orang kaya, orang yang tidak hubungannya dengan orang-orang sanatorium tidak akan diizinkan masuk ke dalam.

Dekan tidak peduli dengan dunia luar, jadi dia tidak tahu dengan identitas Neva.

Wendi berkata dengan pelan: "Dekan Chen, dia adalah kakak ipar keduaku."

Ketika Dekan mendengar kata-kata ini, dia buru-buru membungkuk dan berkata: "Ternyata nyonya muda kedua, silahkan masuk."

Neva mengikuti di belakang Wendi dan masuk ke dalam sanatorium.

Sanatorium berada di atas gunung, udaranya sangat bagus, kebetulan musim ini adalah musim bunga bermekaran, menginjak jalan setapak yang terbuat dari rumput hijau, dikelilingi oleh bunga-bunga di kanan kiri, tidak jauh dari sana ada hutan bamboo, bebatuan dan aliran air yang mengalir perlahan, lingkungan seperti ini membuat Neva berpikir jika kelak dia sudah tua, dia akan merasa sangat bahagia jika tinggal di sini.

Dekan membawa keduanya ke sebuah paviliun, jauh dari sana, Neva melihat seorang wanita yang sangat berbakat sedang memainkan piano di paviliun.

Lagu yang dimainkan kadang-kadang bernada tinggi, kadang-kadang bernada rendah, ketika sedih dapat membuat orang menangis, ketika hatinya terbuka dapat membuat orang ingin melihat ke langit, dan dalam sementara waktu Neva sedikit tertegun.

Dekan berhenti agak jauh dari paviliun dan terus memperhatikan sosok wanita itu.

Nama asli Wendi adalah Riku Lafea, dia mengubah marganya mengikuti marga Ibunya, dan nama Ibunya adalah Bety Lafea.

Waktu sangat toleran terhadap Bety, wajahnya tidak memiliki kerutan sama sekali, halus dan lembut, ketika sinar matahari terpancar dia bertindak sebagai pantulan cermin.

Melihat ada orang yang datang, dia tidak bergerak sama sekali, dia masih memainkan pianonya dengan serius.

Neva memperhatikan Bety, di setiap gerakan dan diamnya, mengungkapkan keindahan seorang wanita yang tak terbatas.

Dapat dilihat bahwa dia jauh lebih cantik dari Wendi saat dia masih muda.

Wendi memanggil Ibunya dan suara memainkan piano itu segera berhenti.

Bety mendongak, merasa anak perempuan di depannya itu sedikit tidak asing, tetapi dia mengerutkan kening dan berpikir sebentar, dan tiba-tiba dia merasakan kepanikan yang tidak dapat dijelaskan yang langsung menyebar ke seluruh tubuhnya.

Dia langsung menutup kepalanya dan berteriak dengan keras.

Ini membuat Neva terkejut, tangan kakinya yang kebingungan melangkah maju ingin membantu sesuatu, tetapi dia menyadari jika dirinya tidak dapat melakukan apa-apa.

Wendi mengatakan itu baik-baik saja, dia melangkah maju dan dengan lembut membelai punggung Ibunya, dan kemudian menyisir rambutnya dengan sisir yang tidak tahu datang dari mana.

Adegan yang membuat Neva tertegun pun muncul, Bety yang tadinya masih panik, dan pada saat ini dengan perlahan menenang.

Dia memainkan piano lagi, tapi lagu kali ini adalah asal hutan laut dan salju.

Neva mendengarkan suara piano yang merdu itu, lalu melihat Wendi di depannya yang sedang serius merapikan setiap rambut Ibunya, ketika dia melihat rambut putih yang tumbuh, dia dengan hati-hati memasukkannya ke dalam.

Tiba-tiba dia merasa ingin menangis.

Ayah, Ibu, apakah kalian baik-baik saja di surga sana?

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu