Cinta Yang Dalam - Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
Winda tercengang, kenapa anak polos ini bisa memanggil mereka seperti ini.
Sedangkan Gandi yang membelakangi Winda, dalam sekejap tersenyum dan memiliki kesenangan tergantung di wajahnya.
Anak ini, bagus sekali sikap dan penampilannya. Tidak sia-sia sudah menyayanginya.
Kali ini Sabrina baru sepenuhnya sadar. Dia barusan tadi sepertinya baru saja mengakui seorang ayah dengan murahannya.
Wajahnya memerah, dia dengan cepat turun dari mobil lalu berlari ke depan Winda dan memeluknya.
“Mama....”
Suara manis yang sengaja diperpanjang dengan suara manja ini membuat Winda langsung meleleh kemarahannya.
Dia berlutut sejenak, lalu memeluk Sabrina dengan lembut.
Tapi mendengar Sabrina yang merintih tiba-tiba, Winda mengerutkan kening dan dia buru-buru melepaskannya dengan penuh perhatian.
Kemudian dia membuka lengan baju Sabrina, dan menemukan beberapa memar yang ada di tangannya.
Anak yang tidak tahu apa-apa ini. Winda yang selalu merasa cukup baik membesarkannya, wajahnya pun langsung muram.
Dia tidak berani menyentuh luka Sabrina. Dia berkata dengan pelan, “Sayangku, apakah sakit?”
Sabrina mengangguk lalu menggelengkan kepalanya. Suara yang bgitu lembut bergema di telinganya.
“Ketika sendirian itu terasa sangat sakit, namun ketika ditemani oleh mama dan papa, itu terasa tidak sakit lagi.”
Winda mengerutkan kening, merasa ucapan putrinya ini ada yang salah.
Tapi setelah ragu sejenak, dia tidak membenarkan ucapan putrinya.
Gandi turun dari mobil, di tangannya menenteng sebuah kantong kertas putih, lalu dia menyerahkannya ke Winda, “Ini obat untuk Sabrina, semprotkan lalu pijat sebentar, itu sudah cukup.”
Winda mengiyakan, dia bangkit dan mengambil kantong itu, lalu berkata, Maaf sudah merepotkan dan membuat tuan Gandi sampai keluar uang. Ini untuk....”
“Sudah, hentikan!” Gandi tiba-tiba langsung melambaikan tangannya menghentikan gerakan Winda selanjutnya.
Wanita ini, lagi-lagi mau menggunakan uang untuk membuat jarak dengannya.
Dia baru saja mau bicara, Gandi sudah tahu maksudnya.
Sabrina membelalakkan mata indah yang bisa melelehkan hati orang itu, tersenyum lalu berkata, “Mama, paman adalah orang baik. Dia juga sangat baik padaku!”
“Em.” Jawab Winda dengan perasaan hati yang tidak karuan.
Kali ini masalah Sabrina ini telah dibantu Gandi, dan sangat berterima kasih padanya. Kalau tidak, Sabrina pasti masih diganggu dan dipukuli entah berapa kali oleh mereka.
Sabrina telah kehilangan sosok seorang ayah dalam masa pertumbuhannya ini.
Meski tak pernah mengatakannya, Winda dalam hati selalu merasa kalau dia bersalah dan berhutang banyak pada putrinya ini.
“Sayangku, jika ada masalah atau apapun kedepannya, kamu pertama kali harus mengatakannya pada mama, kamu tahukan?” kata Winda sambil mengelus rambut panjang dan indah Sabrina dengan suara pelan.
Begitu mendengar hal yang jadi serius ini, kepala Sabrina terkulai, dan dia berkata pelan ke mamanya,"Mama, apa aku sudah membuat masalah?”
Membuat masalah, membuat masalah...
Ucapan yang begitu familiar ini, Winda kehilangan ingatan dan tidak merasakan ini. Namun Gandi, yang malah terkejut dan tersentak mendengar ini.
Ini adalah ucapan familiar yang sering sekali diucapkan oleh wanita di depannya.
Winda dulu sudah terlalu sering membenci dirinya sendiri. Dia selalu saja merasa apa yang dilakukannya malah membebani Gandi.
Oleh karena itu, jika Gandi sedikit saja menunjukkan sikap kerasnya, maka Winda akan segera melemah kemudian mengakui kesalahannya.
Walaupun sering kali, dia tidak melakukan kesalahan apapun..
“Tidak, sayang kamu ini membela dan melindungi dirimu sendiri. Mama yang salah. Mama tidak bisa melindungimu dengan baik sayangku.” Kata Winda merasa getir dalam hatinya dengan suara penuh kasih sayang. Tangan lembutnya mengelus pipi Sabrina yang putih dan lembut itu.
“Bukan, Mama, aku tidak seharusnya berkelahi. Aku adalah anak perempuan, harusnya aku lembut dan bermoral. Bukannya malah suka berbuat kekerasan. Kedepannya, aku pasti tidak akan lagi membuatmu khawatir seperti ini.”
Walaupun Sabrina masih muda, namun dia sudah memiliki konsep dan prinsip dalam hidupnya sendiri.
Sebenarnya dia bukannya tidak bisa berkelahi, namun karena dia berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya sejak kecil. Jadi, sejak kecil di keluarganya dia sudah dilatih untuk bisa mempertahankan dan melindungi diri sehingga dia bisa bela diri.
Namun, dalam menghadapi anak-anak seusianya, yang sekali lihat hanyalah anak-anak biasa yang sekali pukul sudah kalah. Dia tidak bisa menyerang dan melawan mereka secara profesonal.
Karena dia takut nanti tanpa sengaja malah melukai teman-teman sekolahnya itu dan menimbulkan masalah bagi keluarga.
Winda mengajari Sabrina segalanya, tapi satu-satunya hal yang telah dia lewatkan.
Yaitu keluarga Yang tidak pernah takut dengan masalah apapun.
Hati Winda merasa getir dan sedih sekali. Seorang anak kecil demi melindungi dirinya sendiri terpaksa berkelahi. Winda sebagai seorang ibu, merasa sudah seberapa lalai menjalankan tugas sebagai ibu ini?
Untungnya, Gandi muncul tepat waktu dan melindungi Sabrina.
Dia seharusnya masih belum tahu, kalau Sabrina, itu putrinya.
Winda memikirkan ini sambil tanpa sadar menatap Gandi cukup lama tanpa teralih sama sekali.
Tatapan mata itu mengandung sesuatu selain kasih sayang.
Gandi menyentuh wajah Winda dan berkata sambil bercanda, "Apakah ada sesuatu di wajahku?"
"Hah?"
"Lalu kenapa kamu terus menatapkuj? Atau aku terlalu tampan, dan tanpa sengaja aku sudah merebut hatimu!"
Sikap Gandi yang santai dan terlalu Pede ini membuat Winda langsung memanyunkan bibirnya.
Selanjutnya, dia mengingatkan dirinya sendiri, ada apa denganku? Bukankah aku sudah memutuskan semuanya, kalau aku harus menghapuskan dan memutus semua yang berhubungan dengan masa lalu?
Setiap orang memiliki kehidupannya sendiri. Winda tidak bisa membiarkan Gandi merasakan kalau dia masih menyayanginya.
Sabrina melihat wajah ibunya yang memerah, lalu melihat senyum penuh arti dari paman Gandi dan dia tiba-tiba tersenyum.
Satu tangannya meraih tangan Winda, sedangkan tangan lainnya meraih tangan Gandi.
Meskipun dia tidak bicara, pemandangan ini lebih terlihat seperti sebuah keluarga.
Winda mencoba melepaskan tangannya, karena tidak mau membuat orang lain salah paham.
Namun, Sabrina menggandeng tangannya dengan erat. Dan tak berniat melepaskannya. Winda menunduk dan melihat harapan di mata Sabrina, hatinya melembut entah kenapa.
Sedangkan Gandi, dia malah senang melihat kesalahpahaman seperti ini.
“Maaf merepotkanmu kali ini, Tuan Gandi. Lain hari aku akan mentraktirmu makan untuk membalas budimu.” Udara jadi semakin menghangat karena gerakan dadakan dari Sabrina ini. Sehingga masih terasa canggung. Winda pun terpaksa mengalihkan topik pembicaraan.
Gandi sedikit melengkungkan bibirnya, mengulurkan tangannya dan merapikan rambut berantakan Winda yang ada di keningnya, lalu bekata dengan lembut, “Tidak tahu lain hari ini, itu kapan?”
Menghadapi kelembutan pria tersebut, tubuh Winda bergetar.
Namun, dia segera menyesuaikan pikirannya dan berkata dengan lembut, "Kapan Tuan Gandi maunya?"
Winda sudah terbiasa dengan sikap Gandi yang tak tahu batas ini.
Tapi dia tidak menyangka, Gandi membungkuk dan berkata pada Sabrina, "Sabrina, paman boleh mengantarmu pulang, ya?”
Kepribadian Sabrina yang sedikit unik ini dari awal merasakan kalau paman Gandi punya perasaan kepada ibunya.
Walaupun, dia tidak membenci paman ini.
Tapi dia mundur dan bersandar ke kaki Winda, lalu berkata dengan manjanya, “Sabrina mau pulang bersama mama.”
“Em....anak baik.” Winda langsung memasang senyuman di wajahnya saat Sabrina berkata dengan senang dan manisnya.
Tapi tidak disangka, Gandi malah melototi Sabrina. Menyuruhnya untuk tidak aneh-aneh lagi.
“Apa kamu tidak dengar apa yang dikatakan mamamu pada paman?”
Sabrina memiringkan kepalanya dan setelah berpikir sejenak, mengangguk lalu berkata, “Iya aku dengar!”
“Paman dan mamamu ini mau pergi makan bersama, apa kamu mau ikut juga?” tanya Gandi seperti sedang memikirkan niat setannya, yang mau mengarahkan Sabrina ke niatnya itu.
Sabrina sudah memiliki pemahaman samar mengenai hubungan antara wanita dan pria.
Dia memiringkan kepalanya dan memikirkan sejenak, jika dirinya ikut pergi sepertinya itu sedikit, sedikit tidak berguna?
Dia ingat dulu pernah membaca sebuah kalimat di buku, hal seperti itu biasanya disebut dengan jadi obat nyamuk?
“Aku tidak ikut pergi. Aku mau pulang saja.”
Sabrina bicara sambil buru-buru menatap pengawal di belakangnya lalu berteriak, “Paman, paman bawa aku pulang!”
Pengawal itu terkejut sejenak, dan tanpa sadar langsung memandang Winda.
Ekspresi Winda juga sedikit tidak wajar, dia tidak menyangka putrinya akan berubah pikiran begitu cepat.
Ini itu, dianggap sebagai sebuah perlawanan dengan ibu kah?
Dia mengangguk dan memberi isyarat menyetujui hal ini kepada pengawalnya.
Pengawal itu melajukan mobil dan membawa pulang Sabrina.
Namun ketika Sabrina pergi, dia menggandeng tangan Winda dan meminta Winda menundukkan kepala agar dia bisa bicara di telinga Sabrina.
Winda membungkuk dan mendengar putrinya berbisik, "Ma, paman tidak punya niat baik untukmu, kamu harus hati-hati ya!"
Setelah selesai berbicara, Sabrina cukup bangga, lalu sengaja memberi isyarat tangan ok kepada Gandi. Lalu, dia naik mobil dan pulang ke rumah keluarga Yang.
Winda melihat Gandi, Gandi melihat Winda.
Winda berpikir, apa yang baru saja dikatakan oleh putrinya. Putrinya ini tahu banyak hal di usia muda ini?
Sebaliknya, hati Gandi senang sekali karena gadis kecil itu sehati dengan dirinya, untuk tidak jadi obat nyamuk.
Begitu menoleh, seperti memberi peringatan kepada Winda untuk berhati-hati.
Jika bukan karena dia mengikuti pelatihan khusus di luar negeri dan belajar bahasa bibir. Si kecil itu pasti sudah benar-benar bisa bertahan di sana.
Hanya tinggal mereka berdua sekarang, Gandi berkata, "Nona Yang apa suka di sini?"
Tanpa sadar Winda menggelengkan kepalanya, lalu bereaksi dari pikirannya dan bertanya, "Mengapa Tuan Gandi menanyakan hal ini?"
"Aku lihat Nona Yang, sepertinya tidak ingin pergi dari tempat ini. apakah mau aku pesankan makanan lewat online saja, lalu kita duduk dan makan di pinggir jalan?”
Ucapan menggoda Gandi ini membuat wajah Winda langsung memerah.
Tapi dia tidak akan mudah terlena. Dia pun berkata dengan tidak mau kalahnya, “Aku hanya bilang mau mentraktir tuan Gandi makan. Namun tidak bilang kalau hari ini kan?”
“Em?” terdengar suara tajam Gandi. Emosi yang tidak bisa dimengerti oleh Winda terungkap di matanya, dan dia berkata, “Kalau begitu aku yang akan mentraktir Nona Yang untuk makan sekarang, apakah dengan begini boleh?”
“Tapi… itu tidak benar!” Winda hendak mengiyakan, tapi tiba-tiba berhenti. Dia merasa ini terlalu mudah untuk menyetujuinya.
Dia memandang Gandi, dengan nada menggoda yang sama seperti Gandi tadi, "Tuan Gandi, apakah ini sedang berusaha kencan denganku?"
Niat Winda adalah membuat Gandi terlihat canggung dan tidak nyaman.
Namun selanjutnya sudah melewati ekspektasi Winda, Winda yang seperti itu malah hanyalah godaan anak kecil bagi Gandi.
Dia mengangguk tanpa ragu-ragu, dan berkata, "Nona Yang benar sekali. Aku tidak tahu apakah kamu mau menerima dan menikmati dengan cuma-cuma hal ini?”
Karena itu, Gandi sudah membuka pintu depan tepat di samping bangku depan, dan memberi isyarat kepada Winda untuk masuk ke dalam mobil.
Winda memandangi penampilan Gandi yang begitu sopan itu, menghela napas berat dan terpaksa melangkah masuk ke dalam mobil.
"Karena kamu telah membantu Sabrina hari ini, aku terpaksa menyetujui ini!”
Namun, dia tidak naik di bangku depan yang mana pintunya dibuka oleh Gandi. Dia malah membuka pintu belakang mobil sendiri dan duduk di kursi belakang.
Adapun mengenai mengapa dia mengambil kursi belakang, dia hanya merasa kursi belakang harusnya lebih aman saja.
Gandi memandangi wanita ini yang agak keras kepala, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak melengkungkan bibirnya.
Tidak masalah, dia memiliki kesabaran yang sekokoh gunung es dan memiliki garis pertahanan yang kokoh, dia juga memiliki kepercayaan diri untuk meluluhkan dan menerobos hatinya.
Novel Terkait
Awesome Husband
EdisonMy Enchanting Guy
Bryan WuHanya Kamu Hidupku
RenataMenunggumu Kembali
NovanCEO Daddy
TantoWaiting For Love
SnowCinta Di Balik Awan
KellyAsisten Bos Cantik
Boris DreyCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip