Cinta Yang Dalam - Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik

Menyadari keanehan Winda, Gandi mengangkat gelasnya dan menyentuh gelas di depan Winda dengan lembut sambil berkata: "Nona Yang, apakah kamu melamun lagi? Masakan sini sangat enak, terima kasih atas traktiran kamu"

Winda melihat ke Gandi, tidak tahu mengapa, penampilan Gandi menjadi agak kabur.

Sepertinya ada lapisan kabut di mata Winda!

Karena merasa tidak di lambung, Gandi hanya mencicipi sedikit anggur merah sana.

Sementara Winda, mengambil gelas anggur merah di atas meja dan menghabiskannya dalam satu kali minum.

Setelah minum segelas anggur merah, ingatan berantakan di otaknya baru menghilang banyak.

Winda bersandar di punggung kursi dan menghela nafas lega.

Setelah itu, Winda merasa perasaaan tercekik di dalam hatinya juga berkurang.

Pada saat itu bubur millet disajikan dan diletakkan di depan Gandi.

Melihat kacang merah yang mengapung di atas bubur millet kuning, tidak tahu mengapa, bagian terlembut di dalam hati Gandi menjadi tersentuh.

Dia mengambil sendok, meniup buburnya sebelum minum, kemudian melihat ke Winda dengan tatapan yang rumit.

"Kamu sudah mengingatnya?"

"Apa? Oh, tidak, aku tidak mengetahui apa pun"

Winda melambaikan tangannya untuk mengklarifikasi diri, tetapi dia tidak sadar bahwa semakin dia bersikap seperti ini, semakin dia terlihat seperti ingin menyembunyikan sesuatu.

Gandi hanya tertawa, tidak memperdalam topik ini lagi.

"Bubur ini tidak terlihat enak, tetapi sangat bergizi dan merawat lambung. Bubur ini adalah ciptaan asli Neva yang aku sebutkan kemarin"

Neva Aska, dua kata, nama seorang wanita. Gandi tidak sengaja menekankan dua kata itu, tetapi Winda mendengarnya dengan jelas.

Dan hati Winda pun mulai bergema.

Otak yang baru saja menenangkan diri mulai memutar kembali beberapa adegan.

Di dalam dapur, dia yang dulu itu sedang menuangkan semangkuk bubur millet yang memiliki kacang merah mengapung di atasnya.

Dia meletakkan bubur itu ke atas meja makan, menunggu Gandi pulang dan meminta dia untuk minum agar merawat lambungnya.

Tetapi, setelah Gandi pulang, yang dia dapat hanya bayangan belakang Gandi yang kejam dan ekspresi Gandi yang tidak senang.

"Iya, seharusnya dia sangat menyayangi kamu"

Adegan ini membuat mata Winda memerah.

Orang yang kasihan itu pasti ada hal yang membuat dia pantas dibenci, semua ini adalah ingatan yang terukir dengan dalam di otak Winda, tidak mungkin adalah ingatan palsu. Lihatlah apa yang dilakukan Gandi dulu!

"Iya, sangat. Tetapi aku sangat jahat kepadanya"

Gandi berkata dengan santai, tetapi nada suaranya berisi penyesalan.

Hal ini membuat tubuh Winda bergetar, mengapa pria ini mengaku begitu saja?

Bukannya Gandi selalu berkata Winda adalah istrinya, adalah Neva?

Sekarang Winda kehilangan ingatan, Gandi juga mencari segala cara untuk berjalan masuk ke hati Winda lagi.

Bukannya Gandi seharusnya menutupi semua ingatan yang gelap itu agar Winda tidak menyadarinya lagi?

"Kalau begitu... tuan Tirta, kenapa kamu sangat jahat kepadanya?"

Gandi sedang makan bubur dengan santai, tetapi lengannya bergetar sejenak setelah mendengar pertanyaan Winda.

"Waktu itu aku bukan manusia"

Gandi mengungkapkan pandangannya terhadap dirinya yang dulu dengan cara yang sederhana tetapi menakutkan.

Mulut Winda terbuka, dia merasa kata-kata Gandi benar dan tidak bisa dibantah.

"Ayo makan saja!"

Winda hanya bisa mengakhiri topik dan mengulurkan sumpitnya untuk mengambil ayam pedas favoritnya.

Tetapi, ayam pedas yang biasanya enak, sekarang terasa seperti sedang mengunyah lilin di mulut.

Terkadang, hal yang paling menakutkan bukanlah kenangan yang menyedihkan.

Tetapi kesedihan dan sakit hati di dalam ingatan yang masuk ke bagian terdalam sumsum tulang.

Ternyata Winda benar-benar ingat semua hal yang telah dia lakukan kepada pria ini sampai ke dalam tulang.

Winda mengingat kesukaan Gandi, sementara Gandi juga ingat kesukaannya.

Winda mengalami amnesia, tetapi Gandi tidak kehilangan ingatan.

Winda pernah sangat baik kepada Gandi, tetapi Gandi sangat jahat kepadanya.

Sekarang Winda sangat jahat kepada Gandi, tetapi Gandi malah sangat baik kepadanya.

Tiga puluh tahun sungai barat, tiga puluh tahun sungai timur.

Pergantian peristiwa membuat smeuanya kembali ke titik asal.

Winda yang dulu mencintai Gandi sampai tidak sabar untuk mati deminya.

Tetapi bagaimana dengan sekarang?

Winda memasuki kondisi ambigu dan labil, setelah beberapa saat dia baru menghela nafas dengan dalam.

Ambang batas di dalam hati tidak bisa dilewati dengan mudah dalam waktu singkat.

Makanan kali ini terasa sangat hambar, Winda menunjukkan semua kerisaunnya di wajahnya.

Melihat Winda, Gandi sepertinya mengerti sesuatu, tetapi dia tidak berkata apa apun.

Setelah makan, pelayan menyajikan pupa jangkrik lagi.

Musim ini adalah musim yang paling tepat untuk makan pupa jangkrik, makanan ini berisi protein yang tinggi.

Makanan ini diberikan oleh restoran secara gratis, tidak seperti Lafite sebelumnya, petugas keamanan yang meminta pelayan untuk mengantar Lafite ke atas.

Walaupun petugas keamanan tidak memberi tahu Gandi, Gandi juga bisa menebaknya.

Melihat pupa jangkrik yang baru saja disajikan, Gandi mengerutkan alisnya: "Kami tidak memesan makanan ini"

"Tuan, makanan ini adalah makanan gratis yang diberikan setiap pembelian lebih dari 2 juta"

"Kami tidak perlu, bawa turun saja" Sikap Gandi sangat tegas.

Winda yang sedang melamun sadar kembali, setelah melihat pupa jangkrik di depannya, dia bertanya: "Tuan Tirta, diberikan secara gratis juga..."

Sebelum Winda selesai berkata, Gandi sudah memotongnya.

"Kamu tidak tahu kalau dirimu alergi sama pupa jangkrik?"

"Apa?" Kali ini, orang yang bingung adalah Winda.

Setelah beberapa saat dia baru berhasil bereaksi, kemudian dia pun melambaikan tangannya, "Kalau begitu tolong bawa pergi makanan ini"

Pelayan membawa pergi pupa jangkrik dan menggantinya dengan buah.

Melihat buah di hadapannya, Winda memikirkan pupa jangkrik tadi.

Otak Winda menjadi berantakan lagi, dia sendiri saja tidak tahu dirinya alergi dengan pupa jangkrik?

Tetapi, setelah mendengar kata-kata Gandi, Winda jadi teringat dengan satu hal.

Di dalam menu makanan keluarga Yang, sehari tiga kali, tidak pernah memasak makanan ini.

Padahal makanan ini sangat bergizi.

Apakah keluarga Yang tidak makan makanan ini karena Winda alergi kepadanya?

Winda tidak mengerti, tetapi dia tetap memutuskan untuk mencari waktu dan memeriksa penyebab alergi di rumah sakit.

Setelah mereka selesai makan, masih ada setengah makanan yang tersisa, Gandi memutuskan untuk membawa pulang semuanya.

Pada saat itu, Winda kebetulan menerima email dari perusahaan, ada sebuah proyek besar yang membutuhkan Winda untuk melakukan pemeriksaan dan tanda tangan.

Setelah meragu sejenak, Winda pun berkata: "Tuan Tirta, aku ada sedikit urusan harus pergi ke kantor. Kamu..."

Winda sebenarnya bermaksud memberi tahu Gandi untuk pergi ke mana saja sesuai keinginan dia, tidak perlu mengurus Winda lagi.

Tetapi tidak tahu mengapa, kode yang begitu jelas ini malah membuat Gandi bereaksi dengan mengangguk: "Iya, aku antar kamu ke kantor saja!"

"Bukan, tidak..."

Tentu saja, penolakan Winda itu tidak berguna.

Gandi memegang tangan Winda dan membawanya ke dalam mobil.

Kali ini petugas keamanan tidak masuk ke dalam mobil, dia hanya berdiri di tempat. Tunggu Gandi mereka pergi, dia baru naik taksi pulang.

Gandi membuka pintu, membiarkan Winda masuk ke tempat penunpang dulu, kemudian mengencangkan sabuk pengamannya dengna gaya yang masrah.

Waktu mengencangkan sabuk pengaman, hampir tidak ada jarak antar mereka berdua.

Wajah Winda memerah, tidak tahu mengapa, dia menelan kembali keinginan mau mengatakan, 'Aku sendiri saja'

Gandi mengemudi dan mengantar Winda ke Young Group.

Melihat Gandi mengemudi masuk ke tempat parkir dengan lancar, Winda menjadi bingung.

Bukannya hanya karyawan Young Group saja yang bisa masuk ke tempat parkir?

Bagaimana Gandi memasukkan nomor plat mobilnya ke sistem manajemen Young Group?

Winda membuka mulutnya, ingin menanyakan tentang hal ini, tetapi dia memutuskan untuk menyerah pada akhirnya. Sepertinya tidak ada hal yang Tuan Tirta yang memliki ajaib tidak bisa lakukan.

Kalau Gandi mengetahui pemikiran Winda.

Mungkin dia akan membantah.

Setidaknya, dia tidak bisa menangani Winda.

Di bawah pimpinan Winda, Gandi parkir di tempat parkir khusus untuk Winda.

Winda melepaskan sabuk pengaman, pada saat dia baru mau turun dari mobil, Gandi menarik tangannya.

Gandi sudah melepaskan sabuk pengamannya dari tadi, dia menggunakan satu tangan untuk menekan tombol kursi bos dan membiarkan Winda berbaring tepat di depannya.

Sementara Gandi menekan seluruh tubuhnya di atas tubuh Winda.

Jarak antara mereka berdua hanya beberapa cm.

Gandi menatap ke Winda dengan tatapan yang tajam tetapi memenuhi kasih sayang.

Sementara tatapan Winda kepada Gandi sedikit menghindar.

Tatapan mereka berdua saling menabrak dan menghasilakn percikan api di tengah udara.

"Tuan, tuan Tirta, kamu ini..."

Winda bertanya dengan lembut.

Yang Winda tidak tahu adalah, penampilan dirinya saat ini membuat tubuh Gandi langsung menjadi kaku.

"Aku mengantar nona Yang ke sini dengan susah payah, apakah nona Yang tidak perlu mengucapkan terima kasih kepadaku?"

Kata-kata Gandi membuat Winda melamun sejenak.

Apakah di dunia ini masih ada orang yang tidak tahu malu seperti dia?

Hanya mengantar ke kantor saja pun harus meminta imbalan?

Melihat tatapan Gandi yang semakin masrah, Winda tiba-tiba menjadi gugup dan berkata, "Tuan, tuan Tirta, lain hari, lain hari aku traktir kamu makan lagi sebagai ucapan terima kasih. Boleh? Apakah kamu boleh melepaskan aku sekarang? Urusan di kantor sangat darurat, aku haru segera ke sana...."

"Hanya makan saja?" Satu tangan Gandi menopang tubuhnya sendiri, satu tangannya lagi menutup pintu mobil.

Pintu mobil tertutup dan hati Winda juga ikut gemetaran.

"Tuan Tirta, berbicaralah dengan baik..."

Winda sudah gugup sampai tidak bisa berkata dengan lancar.

Tetapi pada detik selanjutnya, Winda sudah tidak bisa bersuara lagi.

Karena pria ini sudah menurunkan tubuhnya dan mencium bibirnya.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu