Cinta Yang Dalam - Bab 363 Ingatan Hancur
Winda selalu merasa dirinya sudah sangat menghargai Gandi, tetapi sekarang, Winda merasa dirinya terlalu memandang tinggi pria ini.
Tingkat tidak tahu malu pria ini benar-benar sudah hampir dekat dengan tingkat tidak ada yang bisa mengalahkannya.
"Kamu, kamu baru pergi membuka kamar! Kita itu pergi makan!"
Winda berteriak dengan malu.
Udara di dalam mobil sedikit pengap, setelah mengatakan kalimat itu, Winda baru merasa tubuhnya sudah dibasahi keringat tipis.
Iya, kelembaban seperti ini membuat orang merasa sangat tidak nyaman, dan yang paling penting adalah, di tengah kedua orang ini memiliki sebuah aura yang masrah.
Hal ini membuat Winda teringat dengan berita yang dia baca beberapa hari lalu.
Gadis asing ikut seorang pria masuk ke dalam mobil, kemudian..
Tidak tidak tidak...
Winda membuka matanya, tidak tahu tenaga yang berasal dari mana, dia mendorong Gandi dengan kuat.
"Sudah tuan Tirta, cukup, tolong tahu batas ya"
Perubahan Winda yang mendadak ini membuat Gandi tidak sempat reaksi.
Dia melihat Winda dengan ekpsresi yang aneh dan wajah dia memancarkan kepucatan dengan cepat, meskipun merasa tidak puas, Gandi tetap menyembunyikannya dengan bagus.
Kemudian, keinginan yang lebih kuat untuk menakulkkan wanita ini muncul di dalam hatinya.
Semakin memberontak wanita ini, Gandi semakin ingin menaklukkannya.
Hal yang paling menyedihkan adalah setelah mendaki sampai puncak gunung, malah tidak bisa melihat puncak yang lebih tinggi.
Sementara hal yang menyenangkan adalah kebahagiaan dalam proses kerja keras dan mendaki gunung.
"Iya, sepertinya keputusan nona Yang sudah bulat, kalau begitu kita pergi makan dulu saja!"
Setelah itu, Gandi pun bersandar di tempat duduk sambil memejamkan matanya untuk beristirahat.
Melihat Gandi sudah menenangkan diri, Winda pun menghela nafas yang lega.
Pria ini benar-benar sedikit menakutkan.
Tetapi untungnya, rasionalitasnya masih cukup kuat.
Setelah merasa agak tenang, posisi duduk Winda menjadi sedikit lemas, kalau bukan karena ada Gandi di sampingnya, Winda sudah berbaring di atas kursi.
Satu menit, tiga menit, lima menit...
Merasa ada sesuatu yang salah, Gandi membuka matanya dan melihat Gandi yang masih memejamkan matanya, kemudian melihat ke tempat pengemudi di depan yang masih kosong.
Winda melihat ke luar jendela, petugas keamanan masih berada di bawah pohon dan di sekitarnya ada beberapa kepala rokok.
"Tuan Tirta?"
"Tuan Tirta?"
Gandi sama sekali tidak bereaksi terhadap panggilan Winda.
Kesabarang Winda menipis, dia meninggikan suaranya dan berteriak: "Gandi!"
"Iya? Nona Yang, aku bisa mendengar" Gandi yang sepertinya tertidur dengan dalam tadi baru membuka matanya dan melihat ke Winda.
"Kalau bisa mendengar, kenapa kamu tidak menjawab?"
"Kalau kamu memanggil aku, bukannya berarti kamu mau mengatakan sesuatu?"
Satu kalimat dari Gandi sudah berhasil mendiamkan Winda.
Winda membuka mulutnya, ingin membantah, tetapi logikanya memberi tahu dia bahwa kata-kata Gandi sepertinya tidak salah juga.
Sudahlah, mau berbicara secara logika, ataupun bertengkar dengan pria ini, Winda tidak pernah menang.
"Kita, mau begitu saja?"
Winda mengganti topik.
Apaka mobil akan bergerak sendiri dan menuju ke tempat makan ketika waktunya telah tiba?
Menghadapi kode Winda yang samar, Gandi memasang ekspresi berkata secara logika: "Bukannya nona Yang mendorong aku? Apakah nona mengatakan hal yang berbeda dengan pemikiranmu?"
Sambil berkata, Gandi pun memasang ekspresi tertarik dan segera menggerakkan tubuhnya lagi.
Suara Gandi terdengar sangat rendah dan mencakup unsur seksi yang membingungkan, nafasnya yang hangat menyembur ke udara dan membuat suhu di ruang mobil yang tertutup ini naik lebih dari sepuluh derajat.
"Di jalan ini sangat jarang ada orang yang lewat. Nona Yang mau memainkan permainan seperti apa dengan aku di sini?"
"Tidak tidak tidak, tidak melakukan apa pun"
Winda membuka kunci pintu mobil.
Kemudian dia menampakkan kepalanya ke luar dan berkata: "Tuan supir, silahkan datang mengemudi, kami sudah mau berangkat ke hotel!"
Kalau petugas keamanan Gandi yang biasanya, mereka akan langsung mengabaikan perintah nona muda.
Karena mereka hanya mendengar perintah dari presiden Tirta.
Tetapi petugas keamanan hari ini baru saja direkrut dari luar, dia adalah tentara khusus yang baru saja pensiun dan diajak temannya untuk bergabung dengan keluarga Tirta.
Jadi, petugas keamanan itu hanya meragu sejenak sebelum masuk ke dalam mobil.
Setelah mengenakan sabuk pengaman, dia baru menoleh ke belakang dan bertanya dengan penuh hormat: "Presiden Tirta, nona Yang, apakah kita sudah boleh pergi?"
"Iya..."
Mobil melaju dengan lancar, sebenarnya, Gandi tidak berkata mau makan di mana.
Waktu sedang menunggu lampu merah, petugas keamanan pun bertanya duluan: "Presiden Tirta, selanjutnya mau ke mana?"
Gandi membuka matanya dan melihat ke Winda, karena Winda mau traktir hari ini, seharusnya dia yang menentukan tempat makan.
Winda tidak tahu selera Gandi, tetapi dia masih ingat dengan masakan Gandi kemarin.
"Pergi ke Semawis saja!”
Semawis adalah tempat yang luar biasa, di seluruh partai pemerintah, Semawis ada di berbagai daerah.
Semawis yang paling besar berada di Kota Z, memiliki panjang 5km.
Sementara Semawis di Kota S hanya setengah jalan dan beberapa toko.
Setelah menelpon dan memesan ruangan, petugas keamanan pun mengemudi menuju ke sana.
Petugas keamanan menurunkan Gandi dan Winda di halaman sebelum parkir mobil.
Gandi berada di bagian kiri dan Winda berada di bagian kanan.
Jam segini adalah masa sinar matahari paling terik, melihat Gandi tidak memiliki maksud mau bergerak, Winda pun berjalan dahulu.
Tetapi, pada saat Winda baru saja melangkah, lengannya tiba-tiba di tarik oleh sebuah tangan.
Selanjutnya, tangan Winda dipegang oleh Gandi dan mulai berjalan ke arah dalam toko.
Di sekitar sini, tidak terdapat banyak orang, paling tidak hanya tujuh atau delapan orang.
Pria tampan dan wanita cantik akan menjadi fokus perhatian kemanapun mereka pergi.
Melihat penampilan kedua orang ini yang aneh, tiba-tiba tatapan semua orang pun beralih kepada mereka.
Di bawah tatapan semua orang, Winda merasa sedikit gugup, dia berusaha menarik tangannya keluar dari pegangan Gandi.
Tetapi, pegangan Gandi sangat kuat, kecuali Winda memilih cara untuk menarik secara paksa, kalau tidak dia tidak akan bisa melarikan diri dari pegangan Gandi.
Setelah merasa perjuangannya tidak akan berhasil, Winda hanya bisa menyerah. Di pegang pria ini tidak akan membuat dia kehilangan sepotong daging juga.
Tetapi, waktu Winda berpikir seperti itu, wajahnya memerah lagi.
Iya, memang tidak akan kehilangan sepotong daging, tetapi mengapa pria ini malah menggambar lingkaran dengan jarinya di telapak tangan Winda?
Pelayan yang sudah menunggu lama di depan gerbang memberi tahu Gandi dan Winda nomor ruangan dan membawa mereka berdua naik ke lantai atas.
Di atas meja sudah terdapat dua menu, setelah melihat, Winda pun berkata: "Tuan Tirta, silahkan pesan makan!"
Gandi melihat menu, semua makanan yang tertera adalah makanan panas.
Satu-satu makanan yang tidak pedas hanya lauk utama dan minuman.
Beberapa hari lalu Gandi pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaaan, karena pola makan yang tidak tepat dalam jangka panjang, lambung Gandi sudah menjadi sangat buruk dan dokter sudah melarang dia makan makanan pedas.
Tetapi wanita di hadapannya mau traktir dia makan dan memilih di tempat ini, Gandi tidak ingin menolaknya.
Gandi sudah sangat familier dengan setiap lauk yang disukai Winda.
Setelah Gandi mengatakan beberapa nama lauk, Winda pun menatapnya dengan aneh.
"Tuan Tirta, kamu yakin hanya mau lauk-lauk ini saja?"
"Iya"
Sementara petugas keamanan yang baru saja naik ke lantai atas berkata dengan suara rendah, "Presiden Tirta, kemarin.."
"Kamu juga sudah lapar kan? Turun ke bawah makan saja!"
Sambil berkata, Gandi pun mengangkat kepalanya dan melihat ke mata petugas keamanan dengan tatapan yang tegas.
Tubuh petugas keamanan bergetar untuk sejenak, setelah itu dia baru sadar dirinya hanya seorang petugas keamanan, setiap tindakan yang diambil tuan Tirta pasti ada alasannya sendiri, seharusnya dia tidak boleh berkomentar.
Petugas keamanan turu ke bawah, dia menunggu pelayan di tangga dan memberi tahu: "Salam kenal, tolong kurangi cabe di dalam makanan yang dipesan meja itu. Lambung tuan itu sudah tidak sehat, tidak boleh makan makanan yang terlalu pedas"
Pelayan tersebut melihat ke petugas keamanan dengan ekspresi yang aneh, tetapi dia tetap mengangguk dan berpikir di dalam hati, buat apa datang makan masakan Sichuan kalau lambungnya tidak sehat?
Masakan Sichuan disaji satu per satu, di antara minuman yang dipesan Winda, terdapat sebuah anggur merah yang dia tidak memesannya.
Winda melihat anggur merah tersebut dan berkata, "Ini bukan pesanan kita kan?"
"Kami sedang melakukan aktivitas promosi memberikan anggur merah kepada setiap meja" Setelah berkata, pelayan pun turun ke lantai bawah.
Winda melihat botol Lafite tahun 1982 di depannya dengan ekspresi yang terkejut, apakah semua restoran terlalu kaya pada akhir-akhir ini?
Lafite tahun 1982, diberikan begitu saja?
Tetapi benar juga, Winda selalu adalah orang yang sangat beruntung.
Datang makan malah mendapatkan sebotol Lafite, Winda langsung tersenyum.
Dia adalah orang yang sangat mudah puas, amnesia bisa menghapus ingatannya di otaknya, tetapi tidak bisa mengubah personalitasnya.
Lauk disajikan dengan cepat, waktu makan, Winda yang kelaparan pun segera menggerakan sumpitnya, tetapi dia segera menyadari Gandi sepertinya makan sangat sedikit.
Jadi Winda pun bertanya: "Tuan Tirta, kamu kenapa?"
Gandi menggelengkan kepalanya dan berkata: "Tidak apa-apa, aku hanya tidak berselera saja. Nona Yang, kamu makan saja"
Tiba-tiba, sepotong informasi muncul di pikiran Winda.
Lambung Gandi memang tidak sehat sejak dulu, dia selalu bekerja keras sampai sering lupa makan.
Winda memanggil pelayan yang berdiri di dekat pintu dan berkata: "Tolong berikan semangkuk bubur millet dan berikan sedikit kacang di dalamnya"
Bubur millet dan kacang memiliki fungsi menyehatkan lambung.
Pelayan melamun sejenak sebelum mengangguk: "Mengerti"
Sementara pada saat yang sama, Winda sendiri juga melamun sejenak, tidak tahu mengapa hatinya terasa sedikit asam.
Winda mengira dirinya sudah melupakan semua hal.
Tetapi sepertinya, lebih tepatnya Winda hanya menyembunyikan semua itu ke bagian terdalam hatinya. Sebenarnya. setiap ingatan tentang pria ini masih berada di hatinya dan diingat dengan jelas.
Masakan Sichuan yang lezat tiba-tiba terasa tidak enak dan menarik selera.
Winda meletakkan sumpit di tangannya dan mengelus dahinya yang mulai terasa sakit.
Di pikiran dia sekarang, ada banyak ingatan hancur yang sedang mengalir.
Ingatan hancur tersebar dan memenuhi seluruh otaknya.
Tetapi, Winda tidak bisa mengingat apa pun, gambar yang kacau berputar di dalam pikirannya seperti sebuah pesta visual.
Sedangkan semua ingatan tersebut membuat Winda merasa dirinya seperti sedang berilusi, seperti nyata dan seperti tidak nyata juga.
Novel Terkait
Get Back To You
LexyLove at First Sight
Laura VanessaCinta Yang Tak Biasa
WennieCinta Dan Rahasia
JesslynMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiVillain's Giving Up
Axe AshciellyLove From Arrogant CEO
Melisa StephaniePengantin Baruku
FebiCinta Yang Dalam×
- Bab 1 Menyelamatkan Hidup Adik Laki-Laki
- Bab 2 Memberi Uang Kepadanya
- Bab 3 Dia Mengatakan Aku Cantik
- Bab 4 Kesepakatan Mendadak
- Bab 5 Neva Mengorbankan Tubuhnya
- Bab 6 Memutar Balikan Fakta
- Bab 7 Tidak Bisa Melarikan Diri Dari Takdir
- Bab 8 Bertaruh Denganku
- Bab 9 Nana yang Baik
- Bab 10 Mengambil Sesuai Keperluan
- Bab 11 Mempublikasikan
- Bab 12 Malam Pernikahan
- Bab 13 Kamu Minum Kebanyakan
- Bab 14 Penuh Cinta
- Bab 15 Pak Gandi, Jangan Begitu!
- Bab 16 Tidak Kenal Lelah
- Bab 17 Datang Memprovokasi
- Bab 18 Pacarku Sangat Lembut Padaku
- Bab 19 Kita Suami Istri
- Bab 20 Terluka
- Bab 21 Perselisihan
- Bab 22 Konyol
- Bab 23-24 Lempar Keluar
- Bab 25 Tidak Peduli
- Bab 26 Hilang ?
- Bab 27 Dokumen
- Bab 28 Ayah Yang Tampan
- Bab 29 Badut
- Bab 30 Berita Utama Di Instagram
- BAB 31 Sikap Ibu Tirta
- Bab 32 Harus Pulang
- Bab 33 Gandi Terluka
- Bab 34 Nasehat
- Bab 35 Merepotkan
- Bab 36 Maaf
- Bab 37 Air mata
- Bab 38 Sebuah Tamparan Diwajah
- Bab 39 Apakah Bisa Lebih Dekat Sedikit Lagi?
- Bab 40 Penampilan Saling Mencintai
- Bab 41 Sampai Jumpa Kamu
- Bab 42 Orang Berubah Keadaan Sama
- Bab 43 Keraguan Gandi Tirta
- Bab 44 Berlagak Pahlawan
- Bab 45 Habiskan Bersamaku
- Bab 46 Berbelanja
- Bab 47 Sangat cocok
- Bab 48 Tunggu Sebentar
- Bab 49 Wanita Yang Tidak Tahu Diri
- Bab 50 Orang Yang Paling Dibenci
- Bab 51 Tersadarkan
- Bab 52 Pria Harus Menyayangi Istri
- Bab 53 Mati Memegang Kedudukan
- Bab 54 Meremehkan
- Bab 55 Menunggu Suamiku Datang Menjemput
- Bab 56 Ke Kiri Pulang Ke Kanan Menjemputnya
- Bab 57 Gadis Yang Baik
- Bab 58 Kalah
- Bab 59 Berubah
- Bab 60 Wanita Paling Berbakat
- Bab 61 Tidak Menyukainya
- Bab 62 Keuntungan
- Bab 63 Makan Bersama
- Bab 64 Berakting Sebagai Istri Yang Baik
- Bab 65 Kehangatan Neva
- Bab 66 Hal Besar Terjadi
- Bab 67 Pura-Pura Oon
- Bab 68 Si Jelek
- Bab 69 Kenyataan
- Bab 70 Kalau Ada Pilihan
- Bab 71 Satu-Satunya
- Bab 72 Alasan
- Bab 73 Konyol
- Bab 74 Penyakit Datang Tidak Terduga
- Bab 75 Pesta Kelas Atas
- Bab 76 Memandang Rendah
- Bab 77 Otaknya Rusak
- Bab 78 Pilihan Paling Sulit
- Bab 79 Kabar Baik
- Bab 80 Seperti Burung
- Bab 81 Bahkan Tidak Menginginkan Nyawa
- Bab 82 Berita Heboh
- Bab 83 Menambah Minyak Di Api Yang Membara
- Bab 84 Membatasi Hubungan
- Bab 85 Bayangan Tubuh
- Bab 86 Orang Baik
- Bab 87 Pemeriksaan Dadakan
- Bab 88 Romantis
- Bab 89 Kegelisahan
- Bab 90 Situasi Membaik
- Bab 91 Kejadian Masa Lalu
- Bab 92 Adik Ipar
- Bab 93 Anemia
- Bab 94 Intuisi
- Bab 95 Mengecilkan Masalah
- Bab 96 Takdir
- Bab 97 Kakak Ipar Yang Hebat
- Bab 98 Jaga Baik Anj*ngmu
- Bab 99 Rindu
- Bab 100 Marah
- Bab 101 Ayah Dan Putri Itu Bertemu Secara Tidak Disengaja
- Bab 102 Tempatnya Bersandar Seumur Hidup Ini
- Bab 103 Tercengang
- Bab 104 Neva Dalam Bahaya
- Bab 105 Pahlawan
- Bab 106 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 107 Kenyataan
- Bab 108 Perhatian
- Bab 109 Demam
- Bab 110 Jebakan Julia
- Bab 111 Hukum Karma
- Bab 112 Anak Bandel
- Bab 113 Kartu Orang Baik
- Bab 114 Cinta Milik Dirinya, Dia Tidak Tahu
- Bab 115 Penjelasan Gandi
- Bab 116 Alergi
- Bab 117 Mengabaikan
- Bab 118 Dilukai
- Bab 119 Cinta Yang Pura-Pura
- Bab 120 Serakah
- Bab 121 Mabuk
- Bab 122 Bawa Wanita Ini Pergi
- Bab 123 Depresi
- Bab 124 Bakti Anak Yang Tidak Dikenal
- Bab 125 Kasih Sayang Ibu Dan Anak
- Bab 126 Meminta Uang
- Bab 127 Dua Ratus Miliar
- Bab 128 Mimpi Karena Rindu
- Bab 129 Berkompromi
- Bab 130 Kecantikan Neva
- Bab 131 Minta Tolong
- Bab 132 Memukulnya Sampai Mati
- Bab 133 Tidak Tahu Bersikap Lembut
- Bab 134 Kontrak
- Bab 135 Telpon Dari Dia Lagi
- Bab 136 Pelacur Centil
- Bab 137 Umpan
- Bab 138 Menyebutkan Kelemahan
- Bab 139 Pesta
- Bab 140 Saksi
- Bab 141 Perlakukan Diri Sendiri Dengan Baik
- Bab 142 Uang Kaget
- Bab 143 Biar Dia Datang Mencariku
- Bab 144 Lubang Tanpa Dasar
- Bab 145 Ada Orang Yang Bertindak
- Bab 146 Kesukaan Yang Tersembunyi
- Bab 147 Dia Masih Merupakan Seorang Siswa
- Bab 148 Orang Yang Berwajah Dingin Tetapi Berhati Hangat
- Bab 149 Tahun-Tahun Mengenal Tuan Tirta
- Bab 150 Mengantar Diri Untuk Dipermalukan
- Bab 151 Kamu Takut Aku
- Bab 152 Cari Mati
- Bab 153 Kritis
- Bab 154 Vegetatif
- Bab 155 Mimpi Buruk
- Bab 156 Bangun
- Bab 157 Blokir Jalan
- Bab 158 Kala Itu dan Sekarang
- Bab 159 Sudah Cukup Belum
- Bab 160 Tahu Diri
- Bab 161 Kamu Tidak Pantas
- Bab 162 Arogan
- Bab 163 Dilema
- Bab 164 Mengadu
- Bab 165 Sukses Atau Gagal Tergantung Pada Ini
- Bab 166 Terjebak
- Bab 167 Apakah Kamu Sudah Senang
- Bab 168 Cinta Yang Tak Berbalaskan
- Bab 169 Difitnah
- Bab 170 Hidup Atau Mati
- Bab 171 Kematian Nyawa Kecil
- Bab 172 Kakak Telah Datang Melihatmu
- Bab 173 Kesempatan Untuk Mengakui Kesalahan
- Bab 174 Tidak Mau Pergi Ke Manapun
- Bab 175 Kekejaman Dunia Maya
- Bab 176 Bertambah Satu Orang
- Bab 177 Berpisah
- Bab 178 Pernikahan Yang Buruk
- Bab 179 Kesepian
- Bab 180 Kelak Jangan Datang Lagi
- Bab 181 Tidak Ada Yang Enak Dipandang
- Bab 182 Istriku Tidak Bisa Minum Bir
- Bab 183 Menyusahkan
- Bab 184 Tatapan Matanya
- Bab 185 Melahap Kue Besar Sendiri
- Bab 186 Gadis Kecil Lebih Manis Darimu
- Bab 187 Membeberkan
- Bab 188 Aku Adalah Masalah
- Bab 189 Apa Yang Kamu Inginkan
- Bab 190 Merasa Bersalah
- Bab 191 Minum Bir
- Bab 192 Sampai Jumpa Di Kehidupan Selanjutnya
- Bab 193 Membunuh Orang
- Bab 194 Balas Dendam
- Bab 195 Perempuan Yang Merepotkan
- Bab 196 Setumpuk Sampah
- Bab 197 Ketulusan Keluarga Garfid
- Bab 198 Kamu Telah Menebaknya Dengan Benar
- Bab 199 Tiga Detik Tidak Pukul, Menjadi Nakal
- Bab 200 Sudut Bibir Yang Naik Ke Atas
- Bab 201 Ancaman Julia
- Bab 202 Kehangatannya
- Bab 203 Sengaja Ya?
- Bab 204 Seluruh Penjuru Dunia
- Bab 205 Burung Unta
- Bab 206 Membunuh Sekeluarganya
- Bab 207 Wanitaku Hanya Dirimu Saja
- Bab 208 Hanya Diriku Yang Pernah Menjadi Wanitanya
- Bab 209 Aku Benar-Benar Sudah Sangat Lelah
- Bab 210 Bos Richie yang Berprinsip
- Bab 211 Ciuman Halus
- Bab 212 Kewajiban Suami Istri
- Bab 213 Apakah Kamu Menyukaiku?
- Bab 214 Jangan-Jangan Otaknya Sudah Rusak?
- Bab 215 Pemicu Terakhir
- Bab 216 Aktif
- Bab 217 Kontroversi Kontrasepsi
- Bab 218 Apa Yang Ingin Kamu Lakukan?
- Bab 219 Melebih-lebihkan
- Bab 220 Kakak Ipar
- Bab 221 Jalan Shivas
- Bab 222 Paling Parah Mengulang Kembali Dari Awal
- Bab 223 Merundingkan sesuatu
- Bab 224 Hal Yang Benar Dengan Orang Yang Tidak Tepat (1)
- Bab 224 Membicarakan Kejadian Tidak Membicarakan Orangnya
- Bab 225 Rasa Air Mata
- Bab 226 Kebetulan
- Bab 227 Apakah Sudah Sampai Waktu Yang Hancur Sepenuhnya?
- Bab 228 Perlu Pertukaran
- Bab 229 Sebenarnya Aku Juga Pernah Menyukaimu
- Bab 230 Orang Yang Tak Berperasaan
- Bab 231 Hancurkan Dia
- Bab 232 Permainan
- Bab 233 Genit
- Bab 234 Suasana Hati Richie Yang Buruk
- Bab 235 Dia Telah Kembali
- Bab 236 Pria Yang Memanjat Balkon
- Bab 237 Tidak Cinta
- Bab 238 Memalukan
- Bab 239 Dukungan
- Bab 240 Satu-Satunya Orang Cerdas Di Dunia
- Bab 241 Pulang
- Bab 242 Kamu Sendiri Yang Memilih
- Bab 243 Kemana Saja Tidak Lupa Menggoda
- Bab 244 Ada, Tapi Sudah Meninggal
- Bab 245 Dikurung
- Bab 246 Mak Comblang Paruh Waktu
- Bab 247 Datang Seorang Teman
- Bab 248 Kesalahan Sendiri Ditanggung Sendiri
- Bab 249 Aku Ingin Menunggumu Pulang
- Bab 250 Wajah Adalah Benda Yang Bagus
- Bab 251 Perbedaan Cinta Murni
- Bab 252 Berasa Naik Ke Surga
- Bab 253 Dia Menyukainya Tetapi Tidak Mau
- Bab 254 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Lagi
- Bab 255 Marah
- Bab 256 Terjadi Sesuatu Dengan Tuan Muda
- Bab 257 Terima Kasih, Neva
- Bab 258 Mengapa Kecelakaan Tidak Terjadi Padamu
- Bab 259 Dia Menang
- Bab 260 Ketidaknyamanan Antara Pria Dan Wanita
- Bab 261 Berbagi Suka Dan Duka
- Bab 262 Kakek
- Bab 263 Semua Pria Itu Sama
- Bab 264 Tokoh Besar
- Bab 265 Tidak Bagus!
- Bab 266 Legal Officer Wanita
- Bab 267 Gadis Kecil Yang Dipungut
- Bab 268 Wow, Harum Sekali!
- Bab 269 Petani Dan Ular
- Bab 270 Darah Daging Keluarga Yang
- Bab 271 6 Orang Mama
- Bab 272 Permintaan Berty
- Bab 273 Masuk Dapur
- Bab 274 Maksud Hatinya
- Bab 275 Putus Harapan
- Bab 276 Peperangan
- Bab 277 Mengembalikannya Berlipat Ganda
- Bab 278 Aku Sangat Mengganggu Ya
- Bab 279 Perubahan Di Acara Pernikahan
- Bab 280 Menginginkan Anak
- Bab 281 Memberikan Sebuah Kejutan Kepadanya
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Dia Yang Mana Yang Asli?
- Bab 284 Aku Memanggilmu Adik, Kamu Juga Tidak Menjawabnya
- Bab 285 Orang Yang Paling Lembut Di Dunia
- Bab 286 Tes DNA
- Bab 287 Dua Buah Mayat
- Bab 288 Selamat Tinggal Cintaku
- Bab 289 Kemanapun Tidak Boleh Pergi
- Bab 290 Aku Mencintaimu
- Bab 291 Kemanusiaan Dan Ancaman
- Bab 292 Penjahat Mutlak
- Bab 293 Enam Puluh Milyar Dan Nyawa Manusia
- Bab 294 Empat Triliun, Kamu Pergilah Sana
- Bab 295 Surat Yang Dia Tinggalkan
- Bab 296 Perusahaan Aska Bangkrut
- Bab 297 Kebaikannya
- Bab 298 Dia Sudah Tiada
- Bab 299 Maaf
- Bab 300 Paman Dan Anak Perempuan
- Bab 301 Bertumbuh Bersama
- Bab 302 Paman Harus Melindungi Nana Dan Ibu
- Bab 303 Keputusan Gandi
- Bab 304 Julia Morez diculik
- Bab 305 Perdagangan Web Gelap
- Bab 306 Hatinya Hanya Ada Satu Orang
- Bab 307 Pasti Bisa Ditemukan
- Bab 308 Akhirnya Menemukanmu
- Bab 309 Yang Terindah Di Lubuk Hati
- Bab 310 Aku Bersedia Dimarahi Olehmu Seumur Hidup
- Bab 311 Wanitaku
- Bab 312 Jongkok Di Pojokan
- Bab 313 Aku Menganti Kerugian Kamu
- Bab 314 Kamu Sangat Tertarik Kepada Dia
- Bab 315 Kertas Tidak Bisa Menahan Api
- Bab 316 Apakah Rasanya Seperti Yang Kamu Inginkan?
- Bab 317 Aku Hanya Ingin Mendekatimu
- Bab 318 Membutakan Matanya
- Bab 319 Pasti Sangat Bahagia
- Bab 320 Mengunci Hati Kamu
- Bab 321 Orang Asing di Meja Makan
- Bab 322 Orang Yang Mengganggu, Kakinya Akan Dipotong
- Bab 323 Aku Suka Kamu Menemaniku
- Bab 324 Kebenaran
- Bab 325 Sejarah Tersembunyi Keluarga Yang
- Bab 326 Ada Apa Ini?
- Bab 327 Berbohong
- Bab 328 Dia Hampir Mati
- Bab 329 Permohonan Untuk Tetap Hidup
- Bab 330 Penyelamat
- Bab 331 Merahasiakan Identitas Orang Yang Mendonorkan Darah
- Bab 332 Nyonya Presdir
- Bab 333 Pria Jahat
- Bab 334 Biaya Terima Kasih
- Bab 335 Apa yang Kamu Inginkan Dariku, Agar Kamu Merasa Puas
- Bab 336 Kedepannya Jangan Menangis Lagi
- Bab 337 Impian Kehidupan Cinta
- Bab 338 Pak Tua Yang Memancing Ikan
- Bab 339 Bertindak Terlalu Berlebihan
- Bab 340 Wanita Bikini
- Bab 341 Barter
- Bab 342 Anak
- Bab 343 Tidak Selezat Pangsit
- Bab 344 Bawa Ibu Kembali
- Bab 345 Seolah Tidak Mengenal Sanak Keluarga
- Bab 346 Menjauhlah Dariku
- Bab 347 Kemesraan Di Sisi Gelap
- Bab 348 Ayo Kita Pacaran
- Bab 349 Karier
- Bab 350 Posisi Yang Didapatkan Dengan Menaiki Ranjang
- Bab 351 Aku Akan Bertanggung Jawab Padamu
- Bab 352 Bertaruh Dengan Ayah
- Bab 353 Ayahku Adalah Kepala Sekolah
- Bab 354 Aku tidak keberatan membantumu mendisiplikannya
- Bab 355 Nyali cukup besar
- Bab 356 Hal yang mengerikan
- Bab 357 Kamu Jangan Bicara Sembarangan Ya
- Bab 358 Menerima Resikonya
- Bab 359 Dia Bilang, Itu Putrinya
- Bab 360 Merokok Buruk Bagi Kesehatanmu
- Bab 361 Apakah Ada Sesuatu di Wajahku
- Bab 362 Pergi Membuka Kamar?
- Bab 363 Ingatan Hancur
- Bab 346 Tuan Tirta, Berbicaralah Dengan Baik
- Bab 365 Tidak Ada Yang Berani Mengatakan Keburukan Aku Dan Kamu
- Bab 366 Antar Saudara
- Bab 367 Karena Direktur Yang Memiliki Temperamen Baik
- Bab 368 Kamu Bisa Belagu Sampai Kapan
- Bab 369 Aku Orangnya Lebih Cinta Damai
- Bab 370 Semuanya Mengandalkan Sponsor Elit
- Bab 371 Penasihat
- Bab 372 Masalah Sepele Ini, Kapan Saja Dikerjakan Juga Sama
- Bab 373 Seratus Tangkai Bunga Mawar Ungu
- Bab 374 Nasib Akhir Penyanjung
- Bab 375 Keputusasaan Dan Harapan
- Bab 376 Utarakan Perasaanmu, Bersikap Lebih Berani
- Bab 377 Setiap Perbuatanku Hanya Boleh Dilakukan Untukmu
- Bab 378 Tuan Gandi, Kamu Benar-benar Buta
- Bab 379 Melakukan Sesuatu Yang Penting
- Bab 380 Hal Yang Hanya Terjadi Pada Sepasangan Kekasih
- Bab 381 Aku Di Sini Melihatmu Kembali
- Bab 382 Akankah Ibu dan Paman Gandi tidur bersama?
- Bab 383 Pikiran Gadis
- Bab 384 Kamu pernah kehilangan ingatan, Apa kamu lupa
- Bab 385 Kesehatan Tubuh Pertama, Jangan Kecapekan
- Bab 386 Pakaian Tidak Rapi Dan Kaki Lemas
- Bab 387 Pacar Gosip