Cinta Yang Dalam - Bab 363 Ingatan Hancur

Winda selalu merasa dirinya sudah sangat menghargai Gandi, tetapi sekarang, Winda merasa dirinya terlalu memandang tinggi pria ini.

Tingkat tidak tahu malu pria ini benar-benar sudah hampir dekat dengan tingkat tidak ada yang bisa mengalahkannya.

"Kamu, kamu baru pergi membuka kamar! Kita itu pergi makan!"

Winda berteriak dengan malu.

Udara di dalam mobil sedikit pengap, setelah mengatakan kalimat itu, Winda baru merasa tubuhnya sudah dibasahi keringat tipis.

Iya, kelembaban seperti ini membuat orang merasa sangat tidak nyaman, dan yang paling penting adalah, di tengah kedua orang ini memiliki sebuah aura yang masrah.

Hal ini membuat Winda teringat dengan berita yang dia baca beberapa hari lalu.

Gadis asing ikut seorang pria masuk ke dalam mobil, kemudian..

Tidak tidak tidak...

Winda membuka matanya, tidak tahu tenaga yang berasal dari mana, dia mendorong Gandi dengan kuat.

"Sudah tuan Tirta, cukup, tolong tahu batas ya"

Perubahan Winda yang mendadak ini membuat Gandi tidak sempat reaksi.

Dia melihat Winda dengan ekpsresi yang aneh dan wajah dia memancarkan kepucatan dengan cepat, meskipun merasa tidak puas, Gandi tetap menyembunyikannya dengan bagus.

Kemudian, keinginan yang lebih kuat untuk menakulkkan wanita ini muncul di dalam hatinya.

Semakin memberontak wanita ini, Gandi semakin ingin menaklukkannya.

Hal yang paling menyedihkan adalah setelah mendaki sampai puncak gunung, malah tidak bisa melihat puncak yang lebih tinggi.

Sementara hal yang menyenangkan adalah kebahagiaan dalam proses kerja keras dan mendaki gunung.

"Iya, sepertinya keputusan nona Yang sudah bulat, kalau begitu kita pergi makan dulu saja!"

Setelah itu, Gandi pun bersandar di tempat duduk sambil memejamkan matanya untuk beristirahat.

Melihat Gandi sudah menenangkan diri, Winda pun menghela nafas yang lega.

Pria ini benar-benar sedikit menakutkan.

Tetapi untungnya, rasionalitasnya masih cukup kuat.

Setelah merasa agak tenang, posisi duduk Winda menjadi sedikit lemas, kalau bukan karena ada Gandi di sampingnya, Winda sudah berbaring di atas kursi.

Satu menit, tiga menit, lima menit...

Merasa ada sesuatu yang salah, Gandi membuka matanya dan melihat Gandi yang masih memejamkan matanya, kemudian melihat ke tempat pengemudi di depan yang masih kosong.

Winda melihat ke luar jendela, petugas keamanan masih berada di bawah pohon dan di sekitarnya ada beberapa kepala rokok.

"Tuan Tirta?"

"Tuan Tirta?"

Gandi sama sekali tidak bereaksi terhadap panggilan Winda.

Kesabarang Winda menipis, dia meninggikan suaranya dan berteriak: "Gandi!"

"Iya? Nona Yang, aku bisa mendengar" Gandi yang sepertinya tertidur dengan dalam tadi baru membuka matanya dan melihat ke Winda.

"Kalau bisa mendengar, kenapa kamu tidak menjawab?"

"Kalau kamu memanggil aku, bukannya berarti kamu mau mengatakan sesuatu?"

Satu kalimat dari Gandi sudah berhasil mendiamkan Winda.

Winda membuka mulutnya, ingin membantah, tetapi logikanya memberi tahu dia bahwa kata-kata Gandi sepertinya tidak salah juga.

Sudahlah, mau berbicara secara logika, ataupun bertengkar dengan pria ini, Winda tidak pernah menang.

"Kita, mau begitu saja?"

Winda mengganti topik.

Apaka mobil akan bergerak sendiri dan menuju ke tempat makan ketika waktunya telah tiba?

Menghadapi kode Winda yang samar, Gandi memasang ekspresi berkata secara logika: "Bukannya nona Yang mendorong aku? Apakah nona mengatakan hal yang berbeda dengan pemikiranmu?"

Sambil berkata, Gandi pun memasang ekspresi tertarik dan segera menggerakkan tubuhnya lagi.

Suara Gandi terdengar sangat rendah dan mencakup unsur seksi yang membingungkan, nafasnya yang hangat menyembur ke udara dan membuat suhu di ruang mobil yang tertutup ini naik lebih dari sepuluh derajat.

"Di jalan ini sangat jarang ada orang yang lewat. Nona Yang mau memainkan permainan seperti apa dengan aku di sini?"

"Tidak tidak tidak, tidak melakukan apa pun"

Winda membuka kunci pintu mobil.

Kemudian dia menampakkan kepalanya ke luar dan berkata: "Tuan supir, silahkan datang mengemudi, kami sudah mau berangkat ke hotel!"

Kalau petugas keamanan Gandi yang biasanya, mereka akan langsung mengabaikan perintah nona muda.

Karena mereka hanya mendengar perintah dari presiden Tirta.

Tetapi petugas keamanan hari ini baru saja direkrut dari luar, dia adalah tentara khusus yang baru saja pensiun dan diajak temannya untuk bergabung dengan keluarga Tirta.

Jadi, petugas keamanan itu hanya meragu sejenak sebelum masuk ke dalam mobil.

Setelah mengenakan sabuk pengaman, dia baru menoleh ke belakang dan bertanya dengan penuh hormat: "Presiden Tirta, nona Yang, apakah kita sudah boleh pergi?"

"Iya..."

Mobil melaju dengan lancar, sebenarnya, Gandi tidak berkata mau makan di mana.

Waktu sedang menunggu lampu merah, petugas keamanan pun bertanya duluan: "Presiden Tirta, selanjutnya mau ke mana?"

Gandi membuka matanya dan melihat ke Winda, karena Winda mau traktir hari ini, seharusnya dia yang menentukan tempat makan.

Winda tidak tahu selera Gandi, tetapi dia masih ingat dengan masakan Gandi kemarin.

"Pergi ke Semawis saja!”

Semawis adalah tempat yang luar biasa, di seluruh partai pemerintah, Semawis ada di berbagai daerah.

Semawis yang paling besar berada di Kota Z, memiliki panjang 5km.

Sementara Semawis di Kota S hanya setengah jalan dan beberapa toko.

Setelah menelpon dan memesan ruangan, petugas keamanan pun mengemudi menuju ke sana.

Petugas keamanan menurunkan Gandi dan Winda di halaman sebelum parkir mobil.

Gandi berada di bagian kiri dan Winda berada di bagian kanan.

Jam segini adalah masa sinar matahari paling terik, melihat Gandi tidak memiliki maksud mau bergerak, Winda pun berjalan dahulu.

Tetapi, pada saat Winda baru saja melangkah, lengannya tiba-tiba di tarik oleh sebuah tangan.

Selanjutnya, tangan Winda dipegang oleh Gandi dan mulai berjalan ke arah dalam toko.

Di sekitar sini, tidak terdapat banyak orang, paling tidak hanya tujuh atau delapan orang.

Pria tampan dan wanita cantik akan menjadi fokus perhatian kemanapun mereka pergi.

Melihat penampilan kedua orang ini yang aneh, tiba-tiba tatapan semua orang pun beralih kepada mereka.

Di bawah tatapan semua orang, Winda merasa sedikit gugup, dia berusaha menarik tangannya keluar dari pegangan Gandi.

Tetapi, pegangan Gandi sangat kuat, kecuali Winda memilih cara untuk menarik secara paksa, kalau tidak dia tidak akan bisa melarikan diri dari pegangan Gandi.

Setelah merasa perjuangannya tidak akan berhasil, Winda hanya bisa menyerah. Di pegang pria ini tidak akan membuat dia kehilangan sepotong daging juga.

Tetapi, waktu Winda berpikir seperti itu, wajahnya memerah lagi.

Iya, memang tidak akan kehilangan sepotong daging, tetapi mengapa pria ini malah menggambar lingkaran dengan jarinya di telapak tangan Winda?

Pelayan yang sudah menunggu lama di depan gerbang memberi tahu Gandi dan Winda nomor ruangan dan membawa mereka berdua naik ke lantai atas.

Di atas meja sudah terdapat dua menu, setelah melihat, Winda pun berkata: "Tuan Tirta, silahkan pesan makan!"

Gandi melihat menu, semua makanan yang tertera adalah makanan panas.

Satu-satu makanan yang tidak pedas hanya lauk utama dan minuman.

Beberapa hari lalu Gandi pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaaan, karena pola makan yang tidak tepat dalam jangka panjang, lambung Gandi sudah menjadi sangat buruk dan dokter sudah melarang dia makan makanan pedas.

Tetapi wanita di hadapannya mau traktir dia makan dan memilih di tempat ini, Gandi tidak ingin menolaknya.

Gandi sudah sangat familier dengan setiap lauk yang disukai Winda.

Setelah Gandi mengatakan beberapa nama lauk, Winda pun menatapnya dengan aneh.

"Tuan Tirta, kamu yakin hanya mau lauk-lauk ini saja?"

"Iya"

Sementara petugas keamanan yang baru saja naik ke lantai atas berkata dengan suara rendah, "Presiden Tirta, kemarin.."

"Kamu juga sudah lapar kan? Turun ke bawah makan saja!"

Sambil berkata, Gandi pun mengangkat kepalanya dan melihat ke mata petugas keamanan dengan tatapan yang tegas.

Tubuh petugas keamanan bergetar untuk sejenak, setelah itu dia baru sadar dirinya hanya seorang petugas keamanan, setiap tindakan yang diambil tuan Tirta pasti ada alasannya sendiri, seharusnya dia tidak boleh berkomentar.

Petugas keamanan turu ke bawah, dia menunggu pelayan di tangga dan memberi tahu: "Salam kenal, tolong kurangi cabe di dalam makanan yang dipesan meja itu. Lambung tuan itu sudah tidak sehat, tidak boleh makan makanan yang terlalu pedas"

Pelayan tersebut melihat ke petugas keamanan dengan ekspresi yang aneh, tetapi dia tetap mengangguk dan berpikir di dalam hati, buat apa datang makan masakan Sichuan kalau lambungnya tidak sehat?

Masakan Sichuan disaji satu per satu, di antara minuman yang dipesan Winda, terdapat sebuah anggur merah yang dia tidak memesannya.

Winda melihat anggur merah tersebut dan berkata, "Ini bukan pesanan kita kan?"

"Kami sedang melakukan aktivitas promosi memberikan anggur merah kepada setiap meja" Setelah berkata, pelayan pun turun ke lantai bawah.

Winda melihat botol Lafite tahun 1982 di depannya dengan ekspresi yang terkejut, apakah semua restoran terlalu kaya pada akhir-akhir ini?

Lafite tahun 1982, diberikan begitu saja?

Tetapi benar juga, Winda selalu adalah orang yang sangat beruntung.

Datang makan malah mendapatkan sebotol Lafite, Winda langsung tersenyum.

Dia adalah orang yang sangat mudah puas, amnesia bisa menghapus ingatannya di otaknya, tetapi tidak bisa mengubah personalitasnya.

Lauk disajikan dengan cepat, waktu makan, Winda yang kelaparan pun segera menggerakan sumpitnya, tetapi dia segera menyadari Gandi sepertinya makan sangat sedikit.

Jadi Winda pun bertanya: "Tuan Tirta, kamu kenapa?"

Gandi menggelengkan kepalanya dan berkata: "Tidak apa-apa, aku hanya tidak berselera saja. Nona Yang, kamu makan saja"

Tiba-tiba, sepotong informasi muncul di pikiran Winda.

Lambung Gandi memang tidak sehat sejak dulu, dia selalu bekerja keras sampai sering lupa makan.

Winda memanggil pelayan yang berdiri di dekat pintu dan berkata: "Tolong berikan semangkuk bubur millet dan berikan sedikit kacang di dalamnya"

Bubur millet dan kacang memiliki fungsi menyehatkan lambung.

Pelayan melamun sejenak sebelum mengangguk: "Mengerti"

Sementara pada saat yang sama, Winda sendiri juga melamun sejenak, tidak tahu mengapa hatinya terasa sedikit asam.

Winda mengira dirinya sudah melupakan semua hal.

Tetapi sepertinya, lebih tepatnya Winda hanya menyembunyikan semua itu ke bagian terdalam hatinya. Sebenarnya. setiap ingatan tentang pria ini masih berada di hatinya dan diingat dengan jelas.

Masakan Sichuan yang lezat tiba-tiba terasa tidak enak dan menarik selera.

Winda meletakkan sumpit di tangannya dan mengelus dahinya yang mulai terasa sakit.

Di pikiran dia sekarang, ada banyak ingatan hancur yang sedang mengalir.

Ingatan hancur tersebar dan memenuhi seluruh otaknya.

Tetapi, Winda tidak bisa mengingat apa pun, gambar yang kacau berputar di dalam pikirannya seperti sebuah pesta visual.

Sedangkan semua ingatan tersebut membuat Winda merasa dirinya seperti sedang berilusi, seperti nyata dan seperti tidak nyata juga.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu