Cinta Yang Dalam - Bab 308 Akhirnya Menemukanmu

Walaupun abang keduanya menyuruhnya untuk tidak berkeliaran, namun karena Winda tidak dapat memakan makanan kesukaannya dan dia juga tidak suka dengan topik pembicaraan para wanita-wanita terhormat yang berkaitan dengan alat kecantikan dan kemewahan.

Jadi dia merasa bosan dan berkeliaran sendirian, ternyata kebetulan bertemu dengan abang keduanya yang sedang berbincang dengan seorang pria yang sangat tampan dan ia dengan sendirinya datang mendekati mereka.

“Abang kedua….” Suara Winda terdengar dari balik punggung Arya.

Arya tercengang dan mengerutkan alisnya tanpa berkata apa-apa, saat ini Winda sudah merangkul tangannya dan menilai pria yang berada di depannya.

Anehnya dia merasa seperti pernah bertemu dengan pria ini.

Akan tetapi saat ia ingin memikirkannya lebih dalam, kepalanya malah terasa sakit, sehingga membuatnya membatalkan niat untuk menelusurinya.

Sakit kepalanya sudah ada sejak dia mulai mengingat kembali.

Abang keduanya mengatakan kalau dia pernah jatuh dari tangga dan mengalami gegar otak hingga amnesia serta meninggalkan efek lanjutan.

Dan pria yang berada di depannya ini memiliki sorotan mata yang agresif dan suasana hati yang tidak dapat ia mengerti, sehingga membuat dirinya merasa sedikit gugup.

Arya dengan tenang bergerak selangkah menghalangi Winda dan berkata “Winda, kamu pergi lihat abang pertama, jangan sampai dia minum kebanyakan dan disuruh tidur di sofa lagi oleh kakak ipar.”

Winda mematuhinya dan merasa sedikit aneh, kenapa abang kedua tiba-tiba mencampuri urusan rumah tangga abang pertama?

Abang pertama tidur di sofa bukankah adalah hal yang sudah sering terjadi di keluarga Yang?

Winda tersenyum kepada pria yang tampan tersebut lalu pergi dengan gembira.

Gandi baru mengalihkan pandangannya setelah beberapa lama.

“Tuan Yang, itu adalah?”

Meskipun perkataannya terdengar seperti bertanya, namun lebih terdengar seperti ia sedang ingin mengetahui sesuatu.

Arya tersenyum dangkal dan berkata “Adik kecilku.”

Dari sikapnya tersebut sudah tampak jelas kalau ia tidak ingin membahas masalah mengenai Winda.

Akan tetapi Gandi terus melihat ke arah perginya Winda, jika bukan karena Arya terus menahannya dengan membicarakan masalah bisnis, dia sudah mengikutinya sejak tadi.

Akan tetapi ia seperti melihat secercah sinar harapan baru, sebelumnya ia sudah putus asa, tidak disangka Tuhan mempertemukan mereka kembali.

Dia tidak percaya kalau di dunia ini terdapat dua orang yang memiliki paras yang sama persis.

Saat Winda menemukan Isko, dia duduk di kursi roda dan sedang berbincang dengan direktur Trade Center.

Dua tahun belakangan ini kondisi kesehatan Isko tidaklah baik, tulang punggungnya terluka saat kecelakaan mobil sebelumnya sehingga meninggalkan cedera yang tidak dapat disembuhkan.

Tekanan pada tulang punggungnya juga memberikan dampak kepada kakinya.

Dalam ingatan Winda, abang pertamanya dulu masih bisa berjalan, kemudian setelah itu apabila melakukan perjalanan keluar ia sebagian besar memakai kursi roda.

“Abang pertama! Kamu minum anggur lagi!” Winda berjalan mendekatinya dan merebut gelas anggur milik Isko.

Isko baru saja ingin memasukkan anggur tersebut ke dalam mulutnya tidak disangka malah telah direbut oleh adik kecilnya itu.

Dia mengerutkan alisnya dan berkata dengan nada berdiskusi “Winda, kakak iparmu tidak sedang melihatku, bagaimana kalau kamu membiarkanku meminum satu gelas untuk menghilangkan rasa ingin?”

Direktur Trade Center sedang tersenyum di satu sisi dan ikut berkata “Nona Yang, aku menjadi saksi tuan Yang, ini adalah tegukan pertamanya….”

Winda berkata dengan sedikit mencibir “Perkataan pria tidak dapat dipercaya…”

Saat dia ingin menambahkan perkataannya lagi, saat ini Isko tiba-tiba melihat seseorang dan melambaikan tangan kepadanya “ Ramon kemarilah!”

Lelaki yang bernama Ramon tersebut perlahan berjalan kemari.

Dia menyapa dengan suara pelan “Pak Yang, Winda ….”

“Saat ini Winda sangat bosan, kamu temani dia untuk berjalan-jalan!” Sambil berkata Isko mendorong Winda ke samping Ramon.

Ramon dengan lembut menggandeng tangan Winda, tubuh Winda menjadi tegang dan wajahnya memerah.

Saat mereka berdua baru berjalan beberapa langkah, dari belakang terdengar suara direktur Trade Center yang berkata “Ramon ini adalah anak muda yang kompeten, dapat mengendalikan pasar teknologi yang memiliki harga pasar mendekati ratusan milyar, sangatlah cocok dengan status nona Yang. Tampaknya mereka berdua juga dekat…”

Sesaat wajah Winda menjadi lebih merah lagi seperti api yang membara.

Aula depan terasa sedikit ribut oleh karena itu mereka berdua berjalan ke taman bunga di halaman belakang.

Mereka duduk di paviliun, Winda menjaga jarak dengan Ramon.

Sedikit rasa asing yang diberikannya tersebut membuat Ramon merasa kecewa, akan tetapi dia dengan cepat menata kembali suasana hatinya dan berkata “Winda, apakah kamu besok ada janji? Bagaimana kalau kita membawa Sabrina pergi ke Rumah Hantu !”

Rumah Hantu adalah kota hiburan yang baru dikembangkan oleh Perusahaan Mones yang memiliki suasana pertualangan dan horor. Akan tetapi mereka memiliki batasnya, yang membuat orang tertawa setelah syok namun tidak menakutkan, oleh karena itu cocok untuk semua usia dan tempatnya selalu penuh setiap harinya.

Winda memiringkan kepalanya, tidak tahu kenapa dia selalu tidak sengaja teringat akan pria tadi itu.

“Winda, Winda ?”

Setelah Ramon memanggilnya beberapa kali Winda baru memberikan respon.

“Ya? Ramon, apa yang kamu katakan?”

Ramon tidak berdaya dan hanya bisa mengulangi perkataannya tadi.

“Besok tidak bisa! Di sekolah Sabrina mengadakan kegiatan orang tua dengan anak, jadi orang tua dan anak harus hadir, kegiatannya juga akan memakan waktu seharian. Maaf ya!”

“Kegiatan orang tua dengan anak? Apakah memerlukan ayah dan ibu? Bagaimana jika aku menjadi ayah Sabrina?” Ramon terlihat sedang bercanda.

Winda langsung menggelengkan kepalanya “Sudahlah, kamu bukannya tidak mengetahui temperamen Sabrina. Apabila melihat kehadiranmu, aku rasa dia akan mengabaikanku selama tiga hari.”

Hubungan Winda dengan Ramon sangat baik atau dapat dikatakan mereka memiliki perasaan yang baik satu sama lain.

Karena saat ingatannya pulih kembali, Ramon sering muncul di hadapannya, menemaninya ngobrol dan membawanya pergi bermain.

Keluarga Mones dan keluarga Yang sangat mendukung pernikahan mereka berdua, beberapa hari yang lalu masih mengungkit masalah pertunangan.

Akan tetapi Isko kelihatannya tidak begitu setuju, oleh karena itu sementara ditunda terlebih dahulu.

“Hah, temperamen Sabrina itu sungguh sedikitpun tidak mirip denganmu!” Ramon mengeluh.

Winda tersenyum, ia bersandar pada tiang paviliun dan menatap bulan yang terang.

Sabrina memanggilnya mama dan mereka memiliki hubungan ibu dan anak.

Akan tetapi Sabrina tidak mungkin keluar dari batu, kalau begitu siapa ayah dari Sabrina?

Mengenai status ayah Sabrina, orang di keluarga Yang menganggapnya sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan.

Dan dirinya sudah sama sekali tidak ingat lagi.

Saat ini ponsel Ramon berdering, ia melihat sekilas ponselnya lalu berkata “Aku akan mengangkat telepon, apabila kamu merasa bosan maka kembalilah terlebih dahulu ke ruang perjamuan.”

Winda mengangguk-anggukkan kepala dan mempersilahkan Ramon untuk mengurus urusannya.

Dia suka tempat tenang dan tidak ingin kembali ke ruang perjamuan, di dalam sana penuh dengan suasana yang berbaur uang yang tidak menyenangkan.

Ramon berjalan ke satu sudut dan dari dalam ponselnya terdengar suara “Gandi hari ini juga datang menghadiri perjamuan, kamu berhati-hatilah, jangan sampai ketahuan olehnya.”

Ramon tertawa dingin dan berkata “Dia? Sekarang aku menjaganya di sisiku, tidak akan memberikannya kesempatan untuk melukainya lagi!”

Setelah duduk sejenak, makanan manis yang dimakannya tadi terasa agak manis sehingga membuat Winda ingin meminum air.

Saat ia baru bangkit dan berjalan ke koridor, ponselnya berdering karena ada panggilan video dari Wechat.

Dia melihat sekilas foto profil yang lucu dan mengangkat panggilan tersebut.

Di layar ponselnya, terlihat Sabrina sedang menatapnya dengan mata besar dan bersinar “Mama, kamu kapan pulang?”

Winda melihat pergelangan tangannya, acara perjamuan baru berlalu satu jam lebih, sepertinya ia akan kembali tengah malam.

“Mama akan pulang larut malam, kamu tidurlah lebih awal! Dan juga perhatikan jarak pandangmu saat bermain ponsel, apabila matamu rabun maka harus memakai kacamata yang tebal yang akan menekan batang hidungmu sehingga menjadi hidung pesek….”

Dia belum selesai berkata namun Sabrina telah menunjukkan wajah jelek “Iya, sudah tahu, mama yang cerewet!”

Winda berkata dengan tidak berdaya “Berikan ponselnya kepada Bibi Riana.”

Sesaat kemudian ponsel tersebut di ambil dan Winda berkata “Kakak ipar, aku malam ini akan pulang larut. Sabrina takut tidur sendiri, kamu temani dia tidur ya!”

Riana menjawabnya “Tenang saja, hari ini dia sangat bersemangat. Tunggu dia sudah mengantuk maka aku akan menemaninya istirahat. Kamu perhatikan abang pertamamu, jangan sampai dia mabuk.”

“Tenang saja, tadi dia ingin meminum anggur dan aku sudah menghentikannya. Hari ini saat pulang apabila kamu mencium sedikit bau anggur saja, maka jangan biarkan dia tidur di sofa lagi, lantai rumah kita lumayan bersih, cocok untuk tempatnya tidur.”

“Aku juga merasa tidak buruk, begitu saja!” Riana berkata sambil tertawa.

Dia memberikan beberapa pesan lagi dan Winda menjawabnya satu persatu.

Setelah mengobrol beberapa lama dan mereka menyudahi panggilan video tersebut.

Di koridor tidak terdapat banyak orang, karena kebanyakan sedang berada di aula depan.

Winda berjalan beberapa langkah, saat mendekati toilet pria tiba-tiba seseorang berjalan keluar.

Dia tidak sempat menghindar dan akhirnya menabrak orang tersebut.

Ponselnya terjatuh ke atas lantai dan terdapat goresan retak di layarnya.

Hidung Winda tepat mengenai lengan orang tersebut, ujung hidungnya terasa sedikit tidak nyaman dan air matanya seperti akan mengalir keluar.

“Maaf…”

Saat ini dia juga tidak lupa untuk bersikap sopan.

Dia mengendus-endus untuk menghilangkan rasa tidak nyaman tersebut, kemudian ia membungkukkan badan untuk mengambil ponselnya dengan hati yang sedih.

Ponsel model ini diberikan oleh abang pertamanya saat hari ulang tahunnya.

Merupakan edisi terbatas di seluruh dunia dan memiliki harga yang fantastis.

Sekarang layarnya menjadi retak yang artinya harus mengeluarkan uang yang banyak lagi.

Dia belum sempat mengambilnya dan ponselnya malah telah di ambil oleh sosok yang membungkukkan badannya.

“Edisi Golden Red Diamond, hanya terdapat sepuluh di dunia, kebetulan di rumahku ada dua. Maaf, sudah merusaknya, aku akan menyuruh orang untuk segera mengirimnya dari dalam negeri!”

Sambil berkata orang tersebut ingin menelepon.

Winda dengan buru-buru mengulurkan tangan menghentikannya “Jangan, tidak perlu, hanya perlu mengganti layarnya saja.”

Masalah tadi hanyalah sebuah kecelakaan, bagaimanapun juga dirinya juga tidak memperhatikan jalan dengan seksama, saat orang tersebut keluar kebetulan ia menabraknya.

Winda tercengang saat mengangkat kepala melihat pria tampan di depannya.

Pria ini bukankah pria yang bermarga Tirta tadi?

Sepertinya dia memiliki status dan jabatan yang tinggi? Melihat setelan khusus BGN ini, harganya pasti tidak kurang dari delapan digit.

Mereka saling bertatapan, sorotan mata pria tersebut yang tampak agresif membuat Winda merasa sedikit gugup.

Mengapa dia menatap dirinya seperti itu, bukankah begini sedikit tidak sopan!

Tepat saat ini, Gandi berjalan maju selangkah dan langsung mendekap Winda dalam pelukannya.

“Neva, akhirnya aku menemukanmu!”

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu