Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
"Aku ingin berjumpa dengannya lagi" Karena sudah dilihat Lan Ke, aku pun tidak ingin bersembunyi lagi.
Lan Ke merasa sangat frustrasi, "Apakah tuan itu benar pantas untuk kamu meresikokan nyawamu dan nyawa di dalam kandunganmu ?!"
Aku menghela sebuah nafas lega dan berkata dengan suara kecil : "Aku tidak memiliki solusi lain lagi, aku tidak bisa melihat dia mati begitu saja"
Lan Ke marah sampai berjalan turun dari tangga dengan cepat, tetapi akhirnya dia tidak bisa menang denganku, "Baik, aku temani kamu untuk terakhir kali ini, kalau dia tetap bersikap seperti itu, kamu tidak boleh berjumpa dengannya lagi, kamu harus ikut aku kembali ke negara kita, dengar?"
Meskipun aku tidak ingin pergi begitu saja, aku tetap mengangguk dan setuju dengan perjanjian ini, hatiku memiliki sedikit harapan untuk terakhir kali, aku berharap kali ini bisa ada perubahan.
Ditemani Lan Ke, aku pun datang lagi ke tempat Tuan Kelima ditahan, penampilan dia masih sama seperti dulu, tatapannya membawa sedikit rasa tidak berguna, rambutnya sudah agak panjang, kumisnya juga sudah tumpuh, kemeja dia sudah keriput dan kotor, tuan yang dulunya mulia dan tampan saat ini sudah tidak memiliki sedikit kesan baik. Meskipun begitu, ketika dia mengangkat kepalanya, tatapannya yang ringan tetap membawa sebuah godaan yang terpesona.
Aku berjalan secara perlahan dan duduk di tempat duduk yang berada di depan Tuan Kelima, di antara tempat duduk kami dihalangi jendela besi.
Tuan Kelima mulai merokok lagi, setelah menghisap rokoknya, dia baru bertanya aku dengan tenang : "Kamu datang berbuat apa lagi? Masih mau terus dengar tingkah laku aku terhadap wanita itu?"
Aku menarik nafas dengan dalam dan tangan kananku mengelus perutku yang masih tidak memiliki gerakan, "Aku datang untuk mendengar satu kata jujur darimu, dalam waktu kurang dari setengah bulan, kasusmu akan masuk ke proses pengadilan, kalau hasil pengadilan positif, kamu akan menghadapi hukuman mati, aku bisa tidak memiliki suami, tetapi anak di dalam perutku tidak bisa tidak memiliki ayah. Jadi, aku datang melakukan perjuangan terakhir untuk anak yang berada di perutku, aku mau berjuang untuk menarik ayahnya kembali dari tangan dewa kematian"
Aku melihat ke jendela kaca yang berada di bawah jendela besi, dari awal sampai akhir, tidak bertatapan dengan mata Tuan Kelima.
Yang bisa aku lakukan untuk dia dan anak di dalam perutku hanya begini saja. Aku mengira, ketika dia mendengar berita aku mengandung anaknya, dia akan merasa kaget dan terkejut, tetapi tidak menyangka......
Di dalam jendela besi itu, orang itu tidak bersuara, rokok masih berada di antara kedua jarinya, tetapi dia terlihat seperti lupa bernafas dan hanya menatap aku dengan diam.
Setelah sangat lama, dia mulai tertawa dengan suara besar, "Apakah kamu sedang bercanda? Tubuhmu memiliki ciri khas sulit hamil, waktu itu juga sedang berada di masa aman, kalau begini saja bisa hamil, berarti semua anak di jalanan adalah anakku?"
Aku melihat dia dengan kaget, dia mengatakan kata-kata ini dengan tenang, seolah-olah sedang berkata apa yang dia makan pagi ini. Nada suaranya sangat biasa dan alisnya membawa sedikit ejekan, seolah-olah dia sedang melihat seorang wanita yang mengandung anak pria lain tetapi sengaja memaksa dia untuk tanggung jawab.
Aku tidak bisa menjelaskan rasa sakit hatiku sekarang, orang yang paling dekat dengamu menyakitimu, rasa sakit itu menusuk ke jantungku, seolah-olah mau merobek aku menjadi dua, di bawah tatapan dia yang mengejek, tubuhku mulai berkeringat dingin dan bergetar, rasa sakit hati yang tidak bisa aku jelaskan dan rasa terhina yang aku rasakan membuat aku tidak bisa berada di sini lagi.
Aku berdiri dan berjalan ke luar tanpa berkata apa pun, tetapi sebelum aku bisa jalan keluar dari pintu dan tatapannya, penglihatanku terasa gelap, pada detik aku tumbang, sepasang tangan yang kuat memegangku dengan tepat aku, aku mendengar suara marah Lan Ke, "Apakah kamu masih manusia, kamu sampah!"
Selanjutnya aku pun tidak tahu lagi apa yang terjadi.
Pada saat aku sadar diri kembali, aku sudah berada di rumah sakit dengan Lan Ke berada di sisiku, bersama Chen Hui yang tidak tahu kapan datang, tatapan Lan Ke dipenuhi oleh kerisauan, dia terus menatap aku dengan diam dan Chen Hui hanya duduk di atas sofa dengan ekspresi serius.
Aku menyentuh perutku secara refleks dan Lan Ke pun berkata dengan lembut : "Anakmu tidak apa-apa, jangan risau"
Kemudian aku menghela sebuah nafas, tetapi ketika aku teringat dengan tuan yang kejam itu, mata dan hatiku terasa kosong lagi.
Lan Ke menatap aku dengan tatapan lembut : "Tunggu kesehatanmu sudah pulih, kamu harus kembali denganku, kamu sudah bejanji denganku, tidak boleh mengingkari janji"
Aku hanya diam, pergi? Aku tidak tega.
Chen Hui : "Pulang saja, Jiayu menyuruh aku harus membawa kamu pulang walaupun harus mengikat kamu. Tuan Kelima tidak pantas kamu perjuangkan, meskipun dia benar-benar tidak bersalah, dia juga tidak boleh berkata kata-kata kejam seperti itu. Jangan peduli dengan dia lagi, mati atau hidup, semuanya harus lihat karmanya sendiri, kalau akhirnya dia mati pun itu hasil tingkah laku dia sendiri"
Aku tetap diam dan tidak berkata apa pun, dibanding berada di depan Tuan kelima tadi, sekarang aku sudah jauh lebih tenang, seolah-olah kata-kata kejam yang dikatakan Tuan Kelima sudah pergi dihembus angin, atau seolah-olah kata-kata itu dikatakan beberapa puluh tahun lalu dan sudah tidak bisa melukai aku lagi.
Lan Ke mengerutkan alisnya, "Kamu masih tidak mau menyerah? Apakah kamu mau membuang harga dirimu ke lantai dan di injak oleh kaki dia baru kamu bahagia?"
Aku merasakan kemarahan berat dari seorang kakak, aku menatap ke wajah tampan itu yang sedang menunjukkan ekspresi marah dan akhirnya aku mengangguk, "Aku ikut kamu pulang"
Sepertinya aku sudah menyerah dan pasrah, hatiku sekarang sangat tenang, tenang sampai tidak ada hal yang bisa membuat hatiku terasa tersentuh lagi.
Wajah Lan Ke yang marah pun menjadi agak lega, "Aku segera pesan tiket pesawat"
Kemudian dia pun mengeluarkan ponselnya dan mulai menekan layar.
Setelah dua hari, aku dan Lan Ke menginjak ke dalam pesawat yang akan terbang kembali ke China. Chen Hui tidak kembali bersama kita, Tuan Kelima masih merupakan adiknya di kartu keluarga, jadi dia harus berada di sana terus perhatikan proses selanjutnya dan menunggu hasil pengadilan atau menunggu untuk mengurus mayat Tuan Kelima.
Kembali ke apartemen area militer, Jiayu dengan cepat membawa anaknya datang menjenguk aku, dia juga membawa Qiang Qiang kemari.
Jiayu tidak memarahi Tuan Kelima di depan Qiang Qiang, dia juga tidak membahas tentang Tuan Kelima bersamaku, Jiayu hanya menggendong anaknya dan duduk di atas tempat tidurku dengan ekspresi sakit hati.
Anak Jiayu sudah mulai bisa mengomel, mulut kecilnya bersuara kata seperti "Ibu Ayah", kadang-kadang juga bersuara "Tante" Setiap saat itu, aku akan mengelus anak Jiayu dengan senyum, anaknya gendut seperti sebuah bakpao putih kecil dan tangan kecilnya jernih seperti telur bening.
Anak Jiayu melihat aku dengan mata cantiknya dan terus berbicara satu per satu kata.
Pada malam hari, hatiku dan pikiranku terasa kosong total, tetapi aku tetap teringat dengan Tuan Kelima, hanya saja aku sudah tidak berharap lagi.
"Mama!" Qiang Qiang membuka pintu kamarku dengan perlahan, dia berdiri di luar pintu dan terlihat seperti ingin masuk.
"Qiang Qiang?" Aku duduk tegak dan melambaikan tanganku kepada anak kecil itu yang aku biarkan di sini selama hampir 10 hari, Qiang Qiang masuk ke dalam kamarku dan naik ke atas tempat tidurku sambil mengendong bantal kecilnya, kemudian dia masuk ke dalam selimutku dan melingkari leherku dengan tangan kecilnya, akhirnya dia membaringkan kepala kecilnya di bahuku, "Mama, Qiang Qiang tidak bisa tidur"
"Ibu juga tidak bisa tidur" Aku memeluk Qiang Qiang di bawah musim salju yang dingin itu.
"Mama, apakah ayah angkat benar-benar membunuh orang?" Qiang Qiang bertanya dengan suara tertekan di dalam pelukanku.
Aku mengelus rambut Qiang Qiang dengan lembut dan berkata : "Mungkin iya, ibu juga tidak tahu" Di dalam hatiku, aku tetap berharap kata-kata Tuan Kelima itu hanya kebohongan.
Qiang Qiang akhirnya pun tertidur di pelukanku, aku juga tertidur selanjutnya, kemudian aku bangun dengan terkejut karena mulut pistol berwarna hitam yang berada di mimpiku.
Novel Terkait
Gue Jadi Kaya
Faya SaitamaHalf a Heart
Romansa UniverseDiamond Lover
LenaPergilah Suamiku
DanisAdore You
ElinaHis Soft Side
RiseUnplanned Marriage
MargeryLove at First Sight
Laura VanessaCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)