Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 230 Muntah (1)
Hingga kerumunan orang menerobos masuk.
Aku datang lagi ketempat Tuan kelima ditahan, wajahnya semakin kurus dan pucat, janggut didagunya sudah begitu lama tidak dicukur, rambutnya juga menjadi lebih panjang, matanya yang indah terlihat layu, seluruh perawakannya sama sekali tidak seperti dulu, sama sekali berbeda sampai 180 derajat.
“Untuk apa datang lagi?” dia tetap menyalakan sebatang rokok, tatapannya begitu sayu dan tidak peduli.
“Aku ingin tahu detail kejadian malam itu.” Aku duduk diseberang jendela tralis besi, hatiku sudah tidak sesakit dan sesedih hari itu, kali ini aku lebih logis.
Tuan kelima menyemburkan asap rokok dari mulutnya, suaranya terdengar santai dan penuh dengan kenakalan, tatapannya penuh dengan kesengajaan, “Kamu mau tahu bagaimana cara aku menidurinya?”
Tiba-tiba dia tertawa lagi, matanya seolah kembali bersinar seperti sebelumnya, hanya saja sinar mata itu tidak mengandung niat baik, “Jika kamu ingin tahu, aku bisa menceritakannya padamu.”
Ketika dia berbicara, tangan kirinya tetap menjepit rokok, luka dijarinya terlihat begitu jelas.
Tadinya aku sudah hampir dibuat menangis oleh ucapannya yang begitu menyakitkan, namun ketika aku melihat luka itu, hatiku sakit sekali lagi.
Tuan muda, yang manakah dirimu yang asli.
“Kamu ceritakanlah, aku mendengarkan.” Aku berusaha menenangkan perasaanku, berkata pada diriku sendiri, jangan sampai dibuat kesal sampai pingsan oleh ucapannya, aku datang untuk mengetahui kenyataan, aku tidak boleh marah.
Semakin dia seperti itu, semakin terlihat sengaja, semakin terlihat menutupi sesuatu.
Aku menenangkan diri dengan cara seperti itu.
Reaksiku membuat Tuan kelima terkejut, namun aku tetap menggigit bibirku tanpa sadar, ketika tatapannya yang begitu dalam melayang kearahku, aku berkata dengan perlahan : “Jangan merokok lagi bisa tidak? Aku tidak enak badan, tidak sanggup mencium bau rokok.”
Tuan kelima tertawa lalu mematikan rokoknya, ia berkata dengan nada mengejek : “Baiklah, bagaimanapun kita bernah bermesraan, kamu juga termasuk wanitaku, mematikan rokok untukmu wajar saja.”
Ucapannya membuat hatiku merasa begitu perih, aku berusaha menahan air mataku yang hampir mengalir : “Sekarang kamu ceritakanlah.”
Tidak peduli sesulit apapun, aku tetap akan mendengarkannya, aku tidak percaya dia benar-benar melakukan hal semacam itu, cerita yang dikarang pasti akan berbeda dengan cerita yang dialami langsung.
Namun kenyataannya, aku terlalu meninggikan kemampuan menahan diriku, terlalu memandang rendah kemampuan Tuan kelima mengekspresikan.
Ketika dia bercerita sampai bagaimana dia mempreteli pakaian aktris itu satu per satu ketika ia pingsan, bagaimana menikmati pemandangan indah yang begitu segar didepannya, bagaimana menyentuh lubang yang masih begitu putih dan bersih namun asing, ketika ia menceritakan bagaimana ia mendapatkan tubuh indah itu, tiba-tiba mual menyerang, aku berbalik dan berlari keluar, seluruh sarapan yang kumakan kumuntahkan semua.
Aku sudah tidak tahu ini reaksi karena hamil, atau rasa jijik karena mendengar deskripsinya.
Ketika aku berlai keluar, aku mendengar Lan Ke berteriak sambil memaki, “Dasar binatang! Bajingan………”
Aku tidak punya keberanian untuk kembali, mendengar kelanjutan deskripsinya, setiap kata yang ia lontarkan seperti sebilah pisau yang memotong dagingku sepotong demi sepotong, kepercayaan diri yang kubangun untuk mendengar semua ceritanya hingga akhir, diwaktu bersamaan runtuh luluh lantak. Kelogisanku seketika lenyap, aku melangkah keluar.
Lan Ke menyusul keluar.
“Xiaoxiao, kamu kenapa?” perhatian dari seorang kakak terasa begitu nyata, meskipun kamu lahir dari ibu yang berbeda.
Tangan Lan Ke menggenggam tanganku, genggamannya ini, menyalurkan kehangatan saudara satu darah hingga ke hatiku, aku menggeleng sambil menahan air mata, “Aku tidak apa-apa, aku hanya tidak menyangka aku begitu tidak berguna, aku belum selesai mendengar semuanya.”
Lan Ke berkata dengan kesal : “Orang itu hanya binatang berpakaian manusia, apa yang ia katakan semuanya nyata, kamu jangan pernah berpikir untuk membantunya lagi, dia sudah melakukan hal sekeji itu, meskipun sekarang dewa kahyangan yang datang pun tidak akan bisa menolongnya. Besok kita kembali, biarkan tuan muda itu menjalankan nasibnya sendiri disini!”
Aku menggeleng, “Biarkan aku tenang dulu, kita kembali ke hotel dulu.”
Aku dan Lan Ke kembali ke hotel, Chen Hui menelepon menggunakan nomor dalam negeri, karena ada urusan pekerjaan, ia kembali pagi ini.
Aku mengatakan padanya kalau aku akan menemui Tuan kelima hari ini, namun karena ada beberapa alasan, aku tidak bisa mendengarkan apa yang ia ceritakan sampai habis, namun aku tetap akan pergi lagi.
Chen Hui menjawab singkat, dia bilang setelah pekerjaannya selesai diatur, dia akan kembali menyusul kemari.
Aku mengatakan padanya untuk jangan terlalu memikirkan urusan disini, utamakan Jiayu dan putri kecilnya adalah yang terpenting.
Mungkin karena mendengar kata ‘Putri kecil’ ia menjawab sambil tersenyum, “Baik.”
Besokkannya aku kembali menemui Tuan kelima, tentu saja, aku bisa beberapa kali bertamu dengannya dengan begitu lancar karena meminta bantuan teman Lan Ke yang merupakan orang dalam.
“Kenapa? Datang untuk mendengar aku bercerita tentang apa yang ada ditubuh wanita itu lagi?” Tuan kelima menghisap rokok dalam-dalam.
Aku terbatuk, lalu berkata dengan ringan, “Berhentilah merokok bisa tidak? Kamu tahu kalau aku tidak kuat mencium aroma rokok.”
Tuan kelima terlihat senang, mematikan rokok lalu berkata dengan santai : “Jika ingin dengar, maka harus punya kekuatan untuk mendengarnya sampai akhir.”
Aku diam-diam menggigit bibir, namun aku tetap tidak bersuara.
Tuan kelima melirikku sesaat, lirikkan itu terasa tidak jelas maksudnya, namun ia berkata : “Aku belum pernah mencicipi rasa seperti itu, seorang wanita yang dibuat pingsan. Uhm, semua yang bisa kamu bayangkan, bahkan yang tidak bisa kamu bayangkan, semua sudah kulakukan, rasa seperti itu sungguh nikmat dan puas, oh iya, aku juga sempat memotret beberapa lembar foto, semua ada didalam ponsel, berbagai macam pose, dari berbagai angle, jika kamu ingin lihat, kamu bisa membuka ponselku.”
“Uekk.” Suara muntah kembali terdengar, aku menutupi mulut dan berlari keluar, meskipun sebelum datang aku sudah mempersiapkan diriku, mengatakan pada diriku sendiri untuk tetap tenang, harus menahannya, harus bisa mengatasinya, namun aku tetap tidak bisa menahan reaksi tubuhku, sekali lagi aku muntah dengan begitu hebatnya
Lan Ke terlihat panik, setelah menungguku selesai muntah, ia langsung menarikku keluar, ia berkata kalau perbuatan Tuan kelima pasti akan mendapatkan ganjaran, untuk apa datang untuk merasakan kejijikan.
Dia menarikku sambil berjalan, namun aku sudah menyiapkan mental untuk mendengarkannya sampai akhir, aku harus mendengarnya sampai habis, aku harus tahu, bagaimana dia membunuh wanita itu.
“Biarkanlah aku masuk, tidak peduli bagaimanapun, mendengar semua kronologis ceritanya merupakan tujuan kedatangan kali ini.”
Aku menarik kembali tanganku yang ditarik Lan Ke tanpa suara.
Lan Ke berusaha menahan, tatapannya begitu tidak berdaya dan iba padaku, dia menghela nafas panjang, lalu melepaskan tanganku, “Pergilah, aku menunggu disini, jika masuk lagi, aku tidak akan sanggup menahan diri untuk membunuhnya.”
Lan Ke berbalik, bangunan dibelakangnya sudha menjadi tempat yang paling ia benci dan paling menjijikkan baginya, seolah begitu ia melangkah masuk sekujur tubuhnya akan meledak.
Aku berbalik diam-diam, kembali masuk kedalam ruangan itu.
Didalam jendela tralis besi, tatapan Tuan kelima bagaikan panah api yang tertuju tepat kearahku.
Dia tertawa sekali lagi. Senyumannya yang nakal terasa sangat menggoda.
“Kamu ceritakanlah.” Aku tidak menggubris tatapannya yang begitu nakal, aku sengaja tidak ingin menatap matanya karena aku merasa dia hanya sengaja membuatku marah.
“Sebenarnya untuk hal berikutnya tidak ada yang perlu diceritakan, ketika aku sedang enak-enaknya, wanita itu tiba-tiba terbangun, aku takut teriakannya mendatangkan tetangga dikamar sebelah juga orang yang lewat, lalu menutup mulutnya. Dia terus memberontak, semakin memberontak tenaganya semakin besar, hampir saja membuatku terjatuh, amarahku seketika memuncak, sekalian saja mencekik lehernya, namun karena tenaga yang kupakai terlalu kuat, ketika aku melepaskan tanganku dia sudah mati tercekik. Kejadian berikutnya kamu sudah tahu, aku dibawa oleh polisi kekantor polisi.”
Ketika Tuan kelima bercerita, ekpresinya begitu tenang, sama sekali tidak ada perilaku menyesal atau ketakutan karena habis membunuh orang. Ia begitu tenang sampai tidak terlihat seperti manusia normal.
Novel Terkait
Ten Years
VivianMata Superman
BrickIstri Yang Sombong
JessicaMore Than Words
HannyMr Huo’s Sweetpie
EllyaAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)