Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
Chen Hui berkata : "Ayah angkat akan datang menjenguk kamu nanti. Nanti jangan melawan dia"
Tuan Kelima melirik Cheng Hui, "Suruh dia jangan datang. Dia tidak mau mengakui aku sebagai anaknya dan aku juga tidak memiliki ayah seperti itu"
Chen Hui:........
"Baik"
Chen Hui memasukkan tangannya ke dalam saku dan merasa sedikit tidak berdaya dengan emosi anak kecil Tuan Kelima, "Aku sudah mau pulang sekarang. Ingat beri tahu aku kalau kamu memerlukan bantuanku"
Tuan Kelima, "Kamu jangan sering datang adalah bantuan terbesarku"
Chen Hui :...........
"Baik"
Cheng Hui merasa sangat tidak berdaya. Dia berputar badannya dan melihat ke aku, "Apakah kamu mau pulang bersamaku?"
“Aku......."
Aku baru saja mau berbicara tetapi Tuan Kelima sudah bersuara, "Kamu mau pulang, pulang sendiri. Buat apa bawa dia!"
Emosi Tuan Kelima naik lagi. Chen Hui menggelengan kepalanya dan tidak berkata apa pun. Akhirnya Chen Hui pulang.
Tuan Kelima melirik aku dengan wajah tidak senang, "Jangan dekat-dekat dengan dia. Orang tua itu tidak akan menyetujui dia menikahi kamu!"
Aku : ...........
"Aku tidak pernah berkata mau menikahinya"
Aku melirik Tuan Kelima.
Pada saat itu terdengar suara dari luar, "Ini adalah ruangannya"
Pintu dibuka dan petugas keamanan dan ayah Tuan Kelima masuk ke dalam. Xu Jingya, ibu tirinya, mengikuti di belakangnya.
Komandan tentara itu memakai seragam tentara. Ekspresinya sangat serius dan dingin. Setelah masuk, dia tidak berkata apa pun.
Komandan tentara itu melirik aku dengan tatapan tajam dan akhirnya dia melihat ke Tuan Kelima. Dia melihat botol infus Tuan Kelima yang masih sisa setengah botol dan tatapannya akhir jatuh pada kaki Tuan Kelima yang cedera.
Dia bertanya kepada petugas keamanan yang berada di belakangya, "Apa yang dikatakan dokter?"
Petugas keamanan itu menjawab, "Katanya tidak terlalu parah. Tetapi tetap membutuhkan waktu beberapa bulan untuk sembuh" Petugas keamanan itu ragu untuk melanjutkan kata katanya.
"Kenapa?'
Tatapan Komandan tentara itu tenggelam
"Katanya pasien tidak mau kerja sama. Kalau begitu terus, kakinya akan sangat susah jika mau sembuh"
Ketika mereka sedang berbicara, Tuan Kelima terus melihat ke arah lain dengan ekspresi yang sama sekali tidak peduli.
Komandan tentara itu melihat ke Tuan Kelima dengan dingin, "Kamu sudah mendengar semua ini kan. Kalau kamu begitu terus, kakimu akan menjadi cacat. Kalau kamu ingin jadi orang cacat, kamu terus melakukan hal-hal bodoh itu saja!"
Setelah itu, Komandan tentara itu pun pergi bersama istri dan petugas keamanannya. Tuan Kelima tertawa dengan ejekan, "Dia paling bahagia kalau aku mati. Benar-benar pandai pura-pura"
Alisku mengerut, aku tidak tahu harus berkata apa tentang emosi Tuan Kelima ini. Bisa dilihat ayahnya masih peduli terhadap Tuan Kelima, tetapi emosi anaknya ini sangatlah keras kepala. Kalau kamu semakin tegas kepada Tuan Kelima, dia akan semakin melawan.
Mungkin semua ini merupakan salah Komandan tentara itu yang melepaskan istri dan anaknya. Hal itu mengakibatkan masa kecil Tuan Kelima menjadi sangat sedih dan kasihan. Anak putra satu-satunya selalu membenci dia, makanya hubungan mereka begitu tegang.
"Kamu boleh tidak bertemu ayahmu. Tetapi jangan bercanda dengan kakimu sendiri. Kalau tulangmu tidak bisa sembuh, yang susah itu kamu nanti"
Aku menasehatinya.
Tuan Kelima, "Kakiku belum sampai harus diurus olehmu"
Aku : .......
"Lupakan saja, anggap aku tidak bicara"
Aku mengambil tasku, "Aku mau pulang. Sekarang sudah lumayan malam, kamu istirahat saja"
Tuan Kelima berteriak, "Siapa yang menyuruh kamu pulang? Manusia yang tidak memiliki hati nurani!"
Kalimat 'Manusia yang tidak memiliki hati nurani' ini membuat alisku mengerut. Aku ingin bertanya kepada tuan ini, apakah benar aku yang tidak memiliki hati nurani atau dia yang emosian. Tetapi akhirnya aku memilih untuk diam ketika aku teringat dia adalah seorang pasien sekarang dan dia pernah menolong aku.
"Tuan, kalau kamu ingin aku di sini, silahkan simpan emosimu. Aku bisa jaga kamu disini, aku juga bisa masak mie untuk kamu. Tetapi kalau kamu sendiri saja tidak mau peduli dengan dirimu, jangan bilang aku tidak memiliki hati nurani lagi"
Tuan Kelima melirik aku.
Aku tahu dia sudah menuruti permintaanku.
Aku meletakkan tasku ke meja lagi. Penjaga kecil itu menghelakan sebuah nafas yang lega.
Aku duduk di sisi tempat tidur dan mengupas kulit apel, setelah itu aku memberikan apel itu kepada Tuan Kelima.
Tuan Kelima mengambil apel itu dan mulai makan dengan lahap.
Ketika Tuan Kelima sedang makan apel, aku mencium bunga yang Chen Hui bawa tadi. Tuan Kelima mengangkat kepalanya dan bertanya, "Apakah kamu menyukai bunga?"
Aku : "Suka. Tetapi sayangnya aku tidak memiliki kebun sendiri yang bisa menanam banyak bunga"
Tuan Kelima hanya melihat aku dan tidak berkata apa pun. Yang aku tidak menyangka adalah Tuan Kelima menyimpan kata-kataku ke dalam hati. Setelah dia keluar dari rumah sakit, dia akan memberikan sebuah rumah yang memiliki kebun kepadaku sebagai hadiah.
"Bantu aku pergi kamar mandi"
Aku : "Kakimu susah mau jalan, pakai pispot urin saja"
Tuan Kelima, "Aku tidak bisa membuangnya di atas tempat tidur"
Aku dan penjaga itu menggunakan semua tenaga kami dan membantu Tuan Kelima pergi ke kamar mandi. Sampai orang itu berkata, "Sudah" Kita baru membantu dia kembali ke tempat tidur lagi.
Tuan Kelima tengah malam baru tidur, aku dan penjaga kecil itu juga sangat capek dan tertidur di atas sofa. Aku berkata, "Tuan ini buang air kecil di malam hari saja menyusahkan"
Penjaga kecil itu berbisik, "Waktu pagi hari, tuan buang air kecilnya di pispot urin"
Aku merasa kaget.
Bukankah dia bilang dia tidak bisa kalau di atas tempat tidur? Mengapa dia bisa di pagi hari dan tidak bisa di malam hari? Apakah dia sengaja mau menyiksa aku?
Aku membuka ponselku dan mulai mencari tahu tentang proses pembuatan daging kecap. Aku sudah pernah masak daging kecap dua kali, tetapi rasanya sedikit aneh. Aku harus belajar membuat daging kecap yang enak agar bisa memberikan Qiang Qiang sebuah kejutan pada tahun baru.
Pada saat aku sedang sibuk dengan ponselku, terdengar suara Tuan Kelima, "Sayang, kamu kangen aku lagi? Baik, kamu mandi dan tunggu aku. Tunggu aku pulang dari UK aku langsung pergi cari kamu"
Di dalam hatiku, aku berkata, tulang saja sudah patah masih memikirkan tentang itu.
Aku meninggalkan rumah sakit pada saat pagi. Setelah kerja seharian, aku pulang masak mie untuk Tuan Kelima.
Yang membuat aku kaget adalah Jiayu sudah pulang, Chen Hui juga berada di sana. Aku tiba tiba merasa bersalah seolah-olah aku menganggu mereka.
"Itu, aku tidak menganggu kalian. kalian lanjut saja"
Aku mengambil bahan makanan dan masuk ke dapur.
Chen Hui berdiri dan ikut aku masuk ke dalam dapur, "Nanti pergi makan sama kita saja, jangan masak lagi"
Aku sambil menyediakan bahan-bahan dan menjawab, "Iya. Kalian pergi makan saja, aku harus masak mie untuk Tuan Kelima"
"Kamu?"
Setelah siap masak mie, aku memasukkan mie itu bersama beberapa lauk ke dalam panci. Chen Hui berkata, "Aku antar kamu saja"
Chen Hui sambil berkata dan sambil memakai jaketnya.
Aku takut Jiayu salah paham dan menolaknya.
Tetapi Jiayu berkata, "Biarkan dia antar kamu saja. Kalau kamu naik taksi pergi, mienya kelamaan malah mengembang nanti"
dan akhirnya aku naik ke dalam mobil Chen Hui. Alis Chen Hui mengerut, sepertinya dia sedang memiliki masalah.
Setelah sampai di depan gerbang rumah sakit, Chen Hui berkata, "Xiao Xiao, dengarkan kata-kata kakak, kamu dan adik Kelima tidak cocok. Dia adalah pria yang suka bermain dan emosian. Kamu adalah wanita yang baik. Kamu sudah mengalami sekali pernikahan yang gagal, jangan mencintai orang yang tidak pantas lagi"
Aku tidak tahu harus berkata apa.
Melihat ekspresiku, Chen Hui menghembus suatu nafas yang panjang, "Dia adalah adikku. Meskipun kami tidak ada hubungan darah, aku sudah bersama dia sejak kecil. Aku juga berharap dia bisa kembali ke hidup yang normal. menikah dan melahirkan anak. Tetapi itu jelas sangat susah. Aku tidak berharap kamu menikah dengan orang seperti dia"
Tatapan Chen Hui seperti seorang kakak yang merisaukan adiknya.
Seharusnya aku berterima kasih ada orang yang begitu peduli terhadapku. Tetapi Tuan Kelima adalah adik Chen Hui, meskipun bukan adik kandung, Chen Hui dibesarkan oleh ayah Tuan Kelima. Kalau dia merasa terima kasih dengan Komandan tentara, bukankah dia seharusnya melihat Tuan Kelima sebagai adik kandungnya? Tetapi sekarang dia malah berpihak kepadaku dan itu membuat aku merasa sangat tidak pantas.
"Terima kasih. Aku tahu harus bagaimana"
Aku turun dari mobil dan pergi dari Chen Hui.
Aku pergi ke ruangan Tuan Kelima dengan suasana hati yang kacau. Aku melihat seseorang berdiri di dalam. Orang itu menundukkan kepalanya dan kedua tangannya berada di dalam saku celananya.
Ketika aku masuk, orang itu memberikan aku senyuman yang ringan. Dia kemudian melihat ke rantang yang berada di tanganku sebelum melihat kembali ke Tuan Kelima, "Kamu istirahat saja, aku akan video call kamu tentang rapat besok"
Mo Ziqian berputar membalik badannya, berjalan melewati aku dan meninggalkan ruangan.
Tuan Kelima, "Sekarang baru datang, apakah kamu mau aku lapar sampai mati?"
Aku meminta penjaga kecil itu menyediakan meja dan aku meletakkan semua lauk di atasnya. Mangkok terakhir adalah mie.
Meskipun aku datang ke sini dengan cepat, mie nya tetap sudah sedikit mengembang. Tuan Kelima mengerutkan alisnya dan makan dengan diam.
Setelah makan setengah, dia baru bersuara "Kamu ikut mobil Chen Hui datang tadi?"
"Iya"
"Aku akan kasih kamu biaya transportasi. Jangan ikut mobil dia lagi"
Aku tidak berkata apa apa dan Tuan Kelima juga diam saja. Jarang jarang Tuan Kelima tidak menjelekkan hasil masakan aku hari ini.
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeBlooming at that time
White RoseWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiHusband Deeply Love
NaomiMenunggumu Kembali
NovanSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)