Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
Suara pengasuh yang panik dan ketakutan terdengar dari dalam telepon : "Nona Lin, nona kami sudah hampir tidak mampu bertahan lagi....."
Saat itu juga, jantungku tiba-tiba mulai melompat liar, deg deg deg, seolah-olah mau melompat keluar dari dadaku, pikiranku tiba-tiba kosong, aku memegang ponsel, namun bagaikan sudah tidak bernyawa.
"Xiao Xiao?"
Tuan muda memanggilku.
Aku kembali dari keterkejutanku, meskipun demikian aku merasa linglung, air mataku mengalir keluar, "Wen Yiru sudah hampir tidak mampu bertahan lagi."
Tuan Kelima : "Kamu harus tenang, jangan panik, dengar tidak?"
Dia mengingatkanku sambil membantuku mengambil pakaian dan memakaikannya untukku.
Hatiku terasa kacau balau, air mataku tidak berhenti mengalir, kenapa bisa begitu cepat? Dia masih belum berumur 60 tahun. Kenapa bisa pergi secepat itu?
Tuan Kelima membantuku mengenakan pakaianku lalu kami memanggil Qiang Qiang, setelah itu kami segera berangkat ke rumah sakit.
Jalan-jalan di Vancouver pada tengah malam sangat sepi, mobil Tuan Kelima melesat sangat cepat, meskipun demikian saat kami tiba di rumah sakit, kami sudah terlambat. Di koridor, pengasuh sedang menunduk dan menghapus air matanya, aku segera menghampirinya dan mau mendorong pintu kamar pasien, pengasuh memanggilku, "Nona Lin, tidak usah, nona sudah pergi."
Di saat itu, jantungku bagaikan sudah berhenti berdetak.
Aku memegang dadaku, raut wajahku tiba-tiba berubah pucat, Tuan Kelima memapahku, "Tenang, Xiao Xiao."
Aku menutup mataku dan menghembuskan nafas dengan pelan, "Sudah berapa lama?"
Pengasuh : "Baru saja."
"Aku mau bertemu dengan bibi Wen."
Mataku menutup dengan pelan dan air mataku langsung mengalir turun. Aku mengulurkan tangan mendorong pintu kamar pasien, pengasuh malah berkata :
"Sudah dikirim ke kamar mayat." pengasuh berkata sambil menangis, "Begitu nona meninggal, tuan Mo langsung menyuruh orang untuk mengirim nona ke kamar mayat."
Aku tertegun, bagaimana bisa dia berbuat seperti itu? Lalu saat ini terdengar suara Mo Ziqian dari dalam kamar pasien, dia sedang menelepon, "Benar, besok dimakamkan, besok pagi-pagi siapkan semua barang yang dibutuhkan."
Pintu kamar yang setengah terbuka memperlihatkan sosok Mo Ziqian dari samping, dia tetap begitu tampan tiada duanya, namun kenapa perkataannya membuat hatiku terasa sangat dingin, sampai menusuk ke dalam tulang.
"Kenapa! Bibi Wen baru saja meninggal, kenapa besok mau langsung dimakamkan, apakah kamu tidak mau menaruhnya di peti mati untuk beberapa hari?"
Aku bertanya.
Mo Ziqian menoleh, wajahnya bagaikan laut yang membeku, "Orangnya sudah mati, untuk apa masih melakukan upacara-upacara itu? Jangan bilang kalau hal-hal itu dilakukan maka orangnya bisa hidup kembali."
Seketika itu juga aku dibuat tidak bisa mengatakan apapun olehnya, hanya bisa memelototi pria di hadapanku dengan emosi yang bergejolak, dia benar-benar terasa sangat asing, begitu asingnya sampai-sampai aku merasa kalau aku tidak pernah mengenalnya sama sekali.
Tuan Kelima menghampiriku, dia meraih bahuku dan berbisik di telingaku : "Tidak usah mengurusi apapun, kita kembali dulu saja."
Aku dipapah oleh Tuan Kelima dan pergi meninggalkan rumah sakit.
Meskipun demikian, di dalam perjalanan pulang aku tidak mampu lagi menahan rasa sakit di hatiku, aku tiba-tiba menangis keras.
"Biar bagaimanapun dia adalah ibunya, bagaimana bisa dia berbuat seperti itu, memakamkannya dengan sembarangan seperti itu."
Tuan Kelima mengerutkan keningnya dan tidak mengatakan apapun, dia hanya mendengarkan keluhanku. Sampai kami sudah kembali ke apartemen, barulah Tuan Kelima berkata dengan lembut : "Jangan menangis lagi yah? Jangan menyakiti bayi kita karena kesalahan orang lain."
Perkataan Tuan Kelima membuatku sadar kembali, jika aku terus berkubang di dalam kesedihanku, hal ini sedikitpun tidak membawa kebaikan untuk anak yang ada di perutku.
Aku segera menghapus air mataku, "Maaf, aku salah."
Tuan Kelima : "Baguslah jika pikiranmu dapat sedikit lebih terbuka."
Dia membantuku turun dari mobil, aku tidak berani bersedih lagi dan mengambil nafas yang dalam, sambil di dalam hati berkata maaf sayang, mama sudah hampir menyakitimu lagi.
Keesokan harinya, Tuan Kelima mengantarku dan Qiang Qiang pergi ke pemakaman Wen Yiru, tidak ada upacara apapun, hanya langsung dimakamkan begitu saja.
Aku menyuruh Qiang Qiang memberikan penghormatannya yang terakhir kepada Wen Yiru, Mo Ziqian dan Lin Xueman membungkukkan tubuh mereka beberapa kali dengan hormat, lalu pemakaman ini sudah berakhir.
Mo Ziqian dan Lin Xueman pergi bersama dengan orang dari perusahaan pemakaman, aku berdiri di depan makam dan terus menatap wajah tenang yang ada di atas batu nisan itu, dia menatap keluarganya dengan tatapan yang hangat, melihat bagaimana dinginnya mereka mengurus pemakamannya.
"Kakak."
Dua hari kemudian, Aisha mencariku, tangannya menarik sebuah koper yang sangat besar, "Aku mau ikut kembali bersama kalian."
Setelah pemakaman Wen Yiru selesai, kami yang sudah mengistirahatkan tubuh kami sedang bersiap-siap untuk meninggalkan Vancouver, tiba-tiba Aisha datang.
"Kamu tidak menemani ayahmu?"
Aku menyemangati diriku lalu tersenyum dan bertanya kepada Aisha.
Aisha mengangkat alisnya dengan kekanak-kanakan, "Aku sudah berkata kepadanya kalau aku akan pergi ke China untuk beberapa hari, nanti saat aku kembali, aku akan menemaninya lagi."
Aku tersenyum sayang kepadanya, "Sudah membeli tiket pesawat belum, apa perlu bantuan dari kakak iparmu?"
Aisha : "Aku sudah membelinya dari kemarin-kemarin."
Sore hari kami bergegas ke bandara, pada dini hari belasan jam kemudian, kami sudah sampai di apartemen kami yang di China.
Kepergian Wen Yiru yang tiba-tiba membuatku tidak bersemangat untuk waktu yang lama, untung saja ada Aisha gadis pembuat onar ini, setiap hari dia memikirkan cara untuk dapat membuatku gembira. hari ini, begitu Aisha kembali ke rumah dia langsung berkata kepadaku secara misterius : "Kak, aku beritahu kamu satu hal."
"Hal apa?"
Wajah Aisha yang terlihat misterius membuatku merasa ingin tertawa.
Aisha : "Hari ini aku melihat kakak laki-lakimu."
Aku : "Emm, kenapa memangnya?"
Aisha : "Dia sedang makan dengan seorang teman, temannya itu sepertinya adalah seorang dokter, dokter itu bertanya kepada kakakmu, sudah berapa lama seperti ini."
"Apanya yang sudah berapa lama?"
Aku bertanya dengan penasaran.
Wajah Aisha yang cantik terlihat memerah, "Aku malu mengatakannya."
"Kenapa malu? Apakah mereka mengatakan sesuatu yang tidak pantas untuk anak-anak?" Aku bertanya dengan heran dan juga merasa lucu.
Aisha : "Bukan seperti itu. namun aku juga bisa dibilang tidak sengaja mendengar rahasia kakakmu, apakah kamu tahu alasan kenapa dia sudah setua itu tetapi masih belum menemukan pasangan hidupnya? Dia.....tidak bisa berdiri."
Aku memuncratkan jus jeruk yang ada di dalam mulutku.
"Kamu jangan menyumpahinya seperti itu."
Aku berkata sambil terbatuk-batuk karena tersedak.
Aisha berkata dengan serius, "Aku tidak menyumpahinya, dia sendiri yang bilang begitu, dia bilang....aaaa, yang jelas artinya sama dengan yang aku bilang barusan."
Wajah Aisha memerah, melihatku tidak mengerti, dia menjadi sedikit panik, aku lihat dia tidak seperti sedang bercanda, perkataannya membuatku sangat terkejut.
Apakah Lan Ke mempunyai penyakit?
Kelihatannya tidak mungkin!
Seseorang yang begitu tampan dan sehat.
Aisha : "Ok, tidak usah mempedulikannya lagi, biarkan aku mengelus keponakanku, dia sedang bergerak tidak."
Aisha mengulurkan tangannya yang halus lalu memegang perutku diatas piyamaku.
"Bayi kecil, keponakan kecilku, kamu tendang bibi sebentar yah."
Aisha berkata dengan lembut.
Bayi yang ada di perutku tentu saja tidak akan mempedulikannya, bayiku masih terlalu kecil, meskipun kadang-kadang ada gerakan janin, namun itu tidak teratur, selain itu harus dirasakan dengan sungguh-sungguh barulah dapat merasakannya.
Apakah Lan Ke benar-benar tidak bisa berdiri? (impoten)
Kenapa aku sulit mempercayainya, dia kelihatannya sangat sehat, sedangkan saat ini, aku masih belum menghubungkan keadaan tubuhnya yang seperti itu dengan perjalanan terakhir kami pada saat ke Malaysia dulu.
Di malam hari, Tuan Kelima berbaring di sampingku, dia menutup piyama yang dipakainya dengan sangat rapat. Dulu tuan muda tidak tidur dengan memakai baju, dia hanya memakai celana dalam saja, namun semenjak mereka menikah, sepertinya dia setiap hari membungkus dirinya dengan sangat erat.
Novel Terkait
The Great Guy
Vivi HuangCantik Terlihat Jelek
SherinDiamond Lover
LenaUnplanned Marriage
MargeryBretta’s Diary
DanielleDewa Perang Greget
Budi MaLove at First Sight
Laura VanessaSang Pendosa
DoniCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)