Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 80 Merendahkan

Setelah Qiang-Qiang tertidur, aku pergi untuk menarik gorden, dan ada bayangan di depan jendela yang berlawanan. Aku tahu bahwa itu adalah Mo Ziqian.

Dia selalu menatap ke arah sini, tidak tahu sudah berapa lama dia menatap, gorden ditarik olehku, menutupi sosok itu.

Keesokan harinya, setelah aku mengantar Qiang-Qiang ke taman kanak-kanak, aku bergegas untuk bekerja. Ketika aku pulang kerja, aku menemukan bahwa ada dua panggilan tidak terjawab di ponsel, yang semuanya ditelepon oleh guru TK Qiang-Qiang. Dan waktunya sekitar jam satu siang.

Pada hari ini aku sibuk seharian. aku hampir saja tidak berhenti bekerja. Aku tidak memegang ponsel sepanjang hari. Dan sekarang melihat panggilan tidak terjawab ini, hatiku tiba-tiba kaget. Apakah Qiang-Qiang mengalami kecelakaan?

Kegelisahan yang kuat membuatku segera menelepon kembali ke nomor tersebut.

Guru Qiang-Qiang mengangkat telepon, aku bertanya dengan cemas: “Guru Li, ada apa dengan Qiang-Qiang? Terjadi sesuatu padanya?”

Guru itu tersenyum dan berkata, “Tidak, itu anak mengompol di celana, aku ingin meminta kamu mengantarkan celana, tetapi ponselmu tidak ada yang angkat, tetapi untungnya, ia telah mengganti celananya.”

“Ohh baik kalau begitu, Terima kasih.”

Aku belum memiliki banyak pengalaman membawa anak-anak, dan aku tidak pernah berpikir bahwa anak-anak mungkin akan mengompol di celana, aku tidak menyiapkan celana cadangan di taman kanak-kanak, jadi aku membeli satu dari toko di tengah jalan. Lalu pergi ke taman kanak-kanak.

Tetapi ketika aku tiba di taman kanak-kanak, aku melihat Qiang-Qiang sedang bermain bola dengan anak-anak lain di taman, dan sedang mengenakan celana katun yang baru.

“Qiang-Qiang.”

“Tante.”

Aku memanggil, Qiang-Qiang langsung bergegas ke arahku.

“Qiang-Qiang, dari siapakah celanamu?”

Qiang-Qiang mengedip matanya, “dari paman itu.”

Paman?

Aku tertegun.

Pada saat ini, ada sosok hitam berjalan ke arah sini, dia mengenakan jas, tubuhnya yang ramping dan tampan bagai salju.

Dia adalah Mo Ziqian.

Qiang-Qiang memutarkan kepala melihat Mo Ziqian, dan melihatku, mengangkat kepalanya, berkata dengan sangat serius: “Celana diganti oleh paman, dan dia sering mengajakku bermain.”

Aku terkejut.

Menatap Mo Ziqian dan berkata: “Kapan kamu membawa Qiang-Qiang keluar!”

Mo Ziqian mengangkat alisnya, “Ketika kamu pergi bekerja. Sekarang anak itu tidak lagi menolakku. Aku percaya tidak perlu butuh waktu lama baginya untuk mulai memanggilku Ayah.”

Aku sangat terkejut, lalu aku bergegas masuk ke kantor kepala sekolah, aku mendorong pintu kantor kepala sekolah, dengan marah berteriak pada pria paruh baya itu: “bagaimana pihak taman kanak-kanak melindungi anak-anak, Bagaimana kamu bisa membiarkan sembarang orang membawa anak-anak keluar? Bagaimana jika anak itu mengalami kecelakaan? Aku mau komplain!”

Kepala sekolah tertegun, “Tuan Mo telah memberi bukti untuk membuktikan bahwa Qiang-Qiang adalah putranya. Bagaimana mungkin kita tidak membiarkannya melihat Qiang-Qiang? Meskipun kalian bercerai, ayah dari anak tersebut juga berhak untuk mengunjungi. Selain itu, kami tidak dapat menghubungi kamu jadi kami memanggilnya.”

Aku terdiam, Mo Ziqian datang membawa persiapan.

“Aku tidak mengizinkan kalian membiarkannya melihat Qiang-Qiang, kalau terjadi lagi hal seperti ini, aku akan membawa Qiang-Qiang pindah sekolah!”

Aku mengatakannya dengan kesal, dan pergi dengan penuh kemarahan.

Mo Ziqian masih berdiri di halaman taman kanak-kanak, dan di sebelahnya Qiang-Qiang sedang bermain dengan anak-anak lainnya.

Melihat aku keluar dengan marah, Mo Ziqian mengerutkan keningnya, “Fakta bahwa aku adalah ayah kandung dari anak ini tidak dapat diubah. Bagaimanapun kamu harus menerimanya. Aku adalah ayah dari anak dan tidak akan pernah menyakitinya.”

“Kamu tidak, tetapi Hu Yeming bisa! Chen Liyan bisa! Ibumu juga!”

Aku sangat marah, apakah dia sama sekali tidak peduli pada keselamatan Qiang-Qiang?

Mo Ziqian terdiam sejenak, “Baik, ini kesalahanku, aku tidak akan datang lagi.”

Sikapnya sangat tulus, tetapi ketika dia menatap lagi pada Qiang-Qiang, tatapannya penuh rasa kecewa.

Dia tidak mengatakan apa-apa kepada Qiang-Qiang, dia mengambil langkah dan berjalan ke luar taman kanak-kanak. Sosok itu mengeluarkan kesepian yang jelas.

“Tante, mengapa paman pergi?”

Qiang-Qiang melihat Mo Ziqian telah pergi, mengangkat kepalanya bertanya padaku.

“Dia memiliki urusan dan pergi dulu, ayo kita pulang.” Aku menggandeng tangan kecil Qiang-Qiang.

Aku membawa Qiang-Qiang kembali ke apartemen Tuan kelima, meskipun rumah ini milik dia, tetapi dia sudah berhari-hari tidak pulang, aku ingat perkataanya, karena dia takut membersihkan pistol keluar api, dan anak-anak datang merusak suasana hatinya.

Setelah Qiang-Qiang tertidur, aku mengambil waktu untuk belajar. Masih ada lebih dari sepuluh hari dari hari ujian hukum. aku harus berpacu dengan waktu.

Aku tidak tahu berapa lama waktu berlalu, Ada bau mint tercium dari belakangku, tangan seorang pria memegang daguku dan mencubitnya dengan lembut.

“Semoga malam ini tidak diganggu oleh bocah kecil.”

Tuan kelima hanya mengenakan jubah mandi, aku tidak tahu kapan dia pulang, aku terlalu konsen membaca buku, tidak memperhatikannya.

Pada saat ini, dia meletakkan wajah tampannya di dekat wajahku, aku mencium aroma hormon pria yang telah lama hilang, dan secara otomatis aku menutup mata.

Disaat ketika bibir Tuan kelima menempel ke bibirku, sangat kebetulan, Qiang-Qiang terbangun, dia membuka matanya yang masih ngantuk, bertanya: “tante, ayah angkat, apa yang sedang kalian lakukan?”

Kata-kata Qiang-Qiang tiba-tiba membuat Tuan kelima tertegun menjadi batu, Dia seperti disambar petir, dan seluruh tubuhnya kaku. Aku melihat wajahnya yang merah dengan cepat, dan menunjuk ke belakang, “Bocah kecil itu terbangun.”

Wajahku juga terasa hangat, meskipun Qiang-Qiang bangun tanpa kusadari dan Tuan kelima melakukan hal yang tidak pantas dilihat anak-anak, tetapi hampir saja terlihat, aku sangat malu, aku mendekatinya dengan wajahku yang memerah, menepuk tubuh Qiang-Qiang yang kecil, “Ayo, tidur.”

Untungnya, Qiang-Qiang sangat ngantuk, tidak bertanya apa-apa, memejamkan mata dan tidur, jantungku baru kembali ke tempat semula.

Tuan kelima memegang dagunya yang bersih dengan satu tangan, “Tampaknya membiarkanmu membawa bocah kecil ini pulang adalah suatu kesalahan, tidak boleh, harus ada cara agar bocah ini pergi.”

Tuan kelima sambil berkata sambil pergi. Aku duduk di samping Qiang-Qiang, sambil pelan-pelan menepuknya, sambil mulai khawatir, aku takut Tuan kelima akan memisahkan aku dan Qiang-Qiang.

Untungnya, di pagi hari Tuan kelima terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.

Qiang-Qiang bangun, dia masih membiarkan Qiang-Qiang duduk di bahunya, memegang tangan kecilnya, berputar berkeliling di ruang tamu, Qiang-Qiang tidak berhenti tertawa, aku terdengar Tuan kelima lari sambil berkata: “Kamu bocah kecil sangat beruntung, aku belum pernah membiarkan orang naik duduk di leherku dalam hidup ini.”

Aku menyiapkan sarapan di dapur, akhir-akhir ini, Qiang-Qiang selalu makan makanan yang ku masak, tetapi Tuan kelima adalah pertama kali makan sarapan yang aku siapkan.

Tiga set pancake telur, tiga mangkuk bubur beras hitam, dan sepiring lauk yang aku masak sendiri. Qiang-Qiang makan dengan senang, sambil makan sambil berkata tante juga makan.

Tuan kelima seperti tidak menolak sarapan ini, dia mengerutkan keningnya, menggunakan sumpit menjepit pancake melihat dari kanan ke kiri, atas ke bawah, lalu memasukkannya ke dalam mulut dan menggigitnya.

“Bagaimana?”

Aku sangat peduli perasaan Tuan muda ini.

Tuan kelima menggerutkan alisnya berkata: “Biasa saja, dibandingkan dengan cara ibuku membuatnya, kalah jauh sekali.”

Aku memiringkan mulutku, Tuan muda ini selalu membandingkan makanan yang kubuat dengan ibunya.

Seperti kata pepatah, bahwa merendahkan adalah sifat alami pembeli, meskipun mulut Tuan kelima berkata biasa saja, tetapi dia menghabiskan satu set pancake, masih meminta tambah lagi.

Aku menggelengkan kepala padanya.

Tuan kelima kaget, “Apa? Sudah habis?”

Aku mengangguk, wajah Tuan kelima berubah hitam, “Hanya itu makanan yang kamu berikan pada pria berbadan besar sepertiku? Kamu ingin membuat aku mati kelaparan!”

“Bukannya bilang tidak enak, kamu nanti makan di restoran yang lebih enak saja di luar.”

Aku sengaja membuatnya marah.

Tuan kelima mengambil piring makan yang ada di depanku, dalam piring masih ada pancake yang hanya aku makan beberapa suap, langsung di rampok begitu saja oleh Tuan kelima.

“Kamu seorang wanita, untuk apa makan begitu banyak, sini untukku saja!”

Disaat aku tertegun, Tuan kelima makan seperti harimu dan serigala merampok dan menghabiskan pancakeku yang masih tersisa separuh.

Selesai makan, keningnya masih berkerut, sepertinya belum kenyang, sekali lagi mengambil bubur beras hitam dan mulai meminumnya.

Setelah menghabiskan bubur beras hitam, barulah berdiri dengan sebal, “ini adalah makanan babi.”

Sudut mulutku bergerak, memelototi sosok belakang Tuan kelima, Tuan ini mengatakan makanan yang aku buat adalah makanan babi, jadi apakah dia adalah babi?

Makan lebih banyak dari pada siapapun, masih saja berani merendahkan orang.

“Qiang-Qiang, Ayo, ayah angkat membawamu pergi ke taman kanak-kanak.”

Tuan kelima menggandeng tangan Qiang-Qiang, satu bertubuh besar dan satu kecil pergi bersama.

Aku mencuci piring, dan terburu-buru berangkat kerja. Di tengah jalan, aku mendapat telepon dari Chen Hui, “Apakah kamu memiliki waktu luang di siang hari? Ayo keluar dan nongkrong bersama.”

“Ehmm..... aku sepertinya harus belajar.”

Chen Hui berkata: “Tidak akan terlalu lama menunda waktumu, hanya di kedai kopi di sebelah kantor hukum.”

“Baik.”

Aku tidak tahu untuk apa Chen Hui mengajakku, mengapa tiba-tiba ingin minum kopi denganku? Apakah itu terkait dengan Tuan kelima atau kepala komandan?

Pada siang hari, aku bergegas ke kedai kopi di sebelah. Chen Hui benar-benar ada di sana. Dia mengenakan seragam biro pajak. Dia memiliki alis yang tebal dan satu tangannya menyiku memegang di dagu, Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.

Aku memanggilnya, dia baru mengangkat kepala dan tersenyum denganku, sangat lembut, “ayo duduk.”

Ketika aku duduk, Chen Hui selalu melihat padaku, tatapannya yang mendalam, dan sepertinya dia ingin menemukan sesuatu dari wajahku.

“Mau minum apa?”

Dia tersenyum bertanya.

“Bubble Naicha.” ***** (Teh Susu dengan bubble ketan)****

Aku berkata dengan santai.

Chen Hui meminta pelayan membawakan teh susu.

Ketika aku sedang minum teh susu, aku melakukan analisis hukum tentang suatu kasus dalam pikiranku, dan aku mendengar Chen Hui berkata: “Gelang itu, siapa yang memberikannya kepada kamu?”

“Bukan, itu milikku.”

Pikiranku masih dalam kondisi menganalisis kasus dalam kecepatan tinggi.

Chen Hui melihat bahwa aku tidak konsen, dan alis tebalnya berkerut, dan aku tanpa merasa segan mengeluarkan buku latihan ujian hukum dari tas tangan dan memandang pertanyaan itu dengan serius.

Chen Hui berkata: “Kamu sedang belajar apa?”

Aku: “Ujian hukum segera tiba, aku harus belajar.”

Chen Hui tersenyum, “Tidak heran. Sepertinya aku mengganggumu.”

“Tidak apa-apa, ada apa silakan katakan saja.”

Aku pernah berkencan dengan Chen Hui. Pada saat itu, aku memiliki ikatan alami dengannya. Meskipun hubungan kami menjadi jauh karena Tuan kelima, kesan aku tentang orang ini tidak buruk.

Tetapi dia adalah anak angkat dari Ayah Tuan kelima, status ini membuatku tidak begitu ingin bertemu dengannya.

Karena Kepala komandan itu benar-benar tidak membuat kesan yang baik di hatiku.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu