Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 80 Merendahkan
Setelah Qiang-Qiang tertidur, aku pergi untuk menarik gorden, dan ada bayangan di depan jendela yang berlawanan. Aku tahu bahwa itu adalah Mo Ziqian.
Dia selalu menatap ke arah sini, tidak tahu sudah berapa lama dia menatap, gorden ditarik olehku, menutupi sosok itu.
Keesokan harinya, setelah aku mengantar Qiang-Qiang ke taman kanak-kanak, aku bergegas untuk bekerja. Ketika aku pulang kerja, aku menemukan bahwa ada dua panggilan tidak terjawab di ponsel, yang semuanya ditelepon oleh guru TK Qiang-Qiang. Dan waktunya sekitar jam satu siang.
Pada hari ini aku sibuk seharian. aku hampir saja tidak berhenti bekerja. Aku tidak memegang ponsel sepanjang hari. Dan sekarang melihat panggilan tidak terjawab ini, hatiku tiba-tiba kaget. Apakah Qiang-Qiang mengalami kecelakaan?
Kegelisahan yang kuat membuatku segera menelepon kembali ke nomor tersebut.
Guru Qiang-Qiang mengangkat telepon, aku bertanya dengan cemas: “Guru Li, ada apa dengan Qiang-Qiang? Terjadi sesuatu padanya?”
Guru itu tersenyum dan berkata, “Tidak, itu anak mengompol di celana, aku ingin meminta kamu mengantarkan celana, tetapi ponselmu tidak ada yang angkat, tetapi untungnya, ia telah mengganti celananya.”
“Ohh baik kalau begitu, Terima kasih.”
Aku belum memiliki banyak pengalaman membawa anak-anak, dan aku tidak pernah berpikir bahwa anak-anak mungkin akan mengompol di celana, aku tidak menyiapkan celana cadangan di taman kanak-kanak, jadi aku membeli satu dari toko di tengah jalan. Lalu pergi ke taman kanak-kanak.
Tetapi ketika aku tiba di taman kanak-kanak, aku melihat Qiang-Qiang sedang bermain bola dengan anak-anak lain di taman, dan sedang mengenakan celana katun yang baru.
“Qiang-Qiang.”
“Tante.”
Aku memanggil, Qiang-Qiang langsung bergegas ke arahku.
“Qiang-Qiang, dari siapakah celanamu?”
Qiang-Qiang mengedip matanya, “dari paman itu.”
Paman?
Aku tertegun.
Pada saat ini, ada sosok hitam berjalan ke arah sini, dia mengenakan jas, tubuhnya yang ramping dan tampan bagai salju.
Dia adalah Mo Ziqian.
Qiang-Qiang memutarkan kepala melihat Mo Ziqian, dan melihatku, mengangkat kepalanya, berkata dengan sangat serius: “Celana diganti oleh paman, dan dia sering mengajakku bermain.”
Aku terkejut.
Menatap Mo Ziqian dan berkata: “Kapan kamu membawa Qiang-Qiang keluar!”
Mo Ziqian mengangkat alisnya, “Ketika kamu pergi bekerja. Sekarang anak itu tidak lagi menolakku. Aku percaya tidak perlu butuh waktu lama baginya untuk mulai memanggilku Ayah.”
Aku sangat terkejut, lalu aku bergegas masuk ke kantor kepala sekolah, aku mendorong pintu kantor kepala sekolah, dengan marah berteriak pada pria paruh baya itu: “bagaimana pihak taman kanak-kanak melindungi anak-anak, Bagaimana kamu bisa membiarkan sembarang orang membawa anak-anak keluar? Bagaimana jika anak itu mengalami kecelakaan? Aku mau komplain!”
Kepala sekolah tertegun, “Tuan Mo telah memberi bukti untuk membuktikan bahwa Qiang-Qiang adalah putranya. Bagaimana mungkin kita tidak membiarkannya melihat Qiang-Qiang? Meskipun kalian bercerai, ayah dari anak tersebut juga berhak untuk mengunjungi. Selain itu, kami tidak dapat menghubungi kamu jadi kami memanggilnya.”
Aku terdiam, Mo Ziqian datang membawa persiapan.
“Aku tidak mengizinkan kalian membiarkannya melihat Qiang-Qiang, kalau terjadi lagi hal seperti ini, aku akan membawa Qiang-Qiang pindah sekolah!”
Aku mengatakannya dengan kesal, dan pergi dengan penuh kemarahan.
Mo Ziqian masih berdiri di halaman taman kanak-kanak, dan di sebelahnya Qiang-Qiang sedang bermain dengan anak-anak lainnya.
Melihat aku keluar dengan marah, Mo Ziqian mengerutkan keningnya, “Fakta bahwa aku adalah ayah kandung dari anak ini tidak dapat diubah. Bagaimanapun kamu harus menerimanya. Aku adalah ayah dari anak dan tidak akan pernah menyakitinya.”
“Kamu tidak, tetapi Hu Yeming bisa! Chen Liyan bisa! Ibumu juga!”
Aku sangat marah, apakah dia sama sekali tidak peduli pada keselamatan Qiang-Qiang?
Mo Ziqian terdiam sejenak, “Baik, ini kesalahanku, aku tidak akan datang lagi.”
Sikapnya sangat tulus, tetapi ketika dia menatap lagi pada Qiang-Qiang, tatapannya penuh rasa kecewa.
Dia tidak mengatakan apa-apa kepada Qiang-Qiang, dia mengambil langkah dan berjalan ke luar taman kanak-kanak. Sosok itu mengeluarkan kesepian yang jelas.
“Tante, mengapa paman pergi?”
Qiang-Qiang melihat Mo Ziqian telah pergi, mengangkat kepalanya bertanya padaku.
“Dia memiliki urusan dan pergi dulu, ayo kita pulang.” Aku menggandeng tangan kecil Qiang-Qiang.
Aku membawa Qiang-Qiang kembali ke apartemen Tuan kelima, meskipun rumah ini milik dia, tetapi dia sudah berhari-hari tidak pulang, aku ingat perkataanya, karena dia takut membersihkan pistol keluar api, dan anak-anak datang merusak suasana hatinya.
Setelah Qiang-Qiang tertidur, aku mengambil waktu untuk belajar. Masih ada lebih dari sepuluh hari dari hari ujian hukum. aku harus berpacu dengan waktu.
Aku tidak tahu berapa lama waktu berlalu, Ada bau mint tercium dari belakangku, tangan seorang pria memegang daguku dan mencubitnya dengan lembut.
“Semoga malam ini tidak diganggu oleh bocah kecil.”
Tuan kelima hanya mengenakan jubah mandi, aku tidak tahu kapan dia pulang, aku terlalu konsen membaca buku, tidak memperhatikannya.
Pada saat ini, dia meletakkan wajah tampannya di dekat wajahku, aku mencium aroma hormon pria yang telah lama hilang, dan secara otomatis aku menutup mata.
Disaat ketika bibir Tuan kelima menempel ke bibirku, sangat kebetulan, Qiang-Qiang terbangun, dia membuka matanya yang masih ngantuk, bertanya: “tante, ayah angkat, apa yang sedang kalian lakukan?”
Kata-kata Qiang-Qiang tiba-tiba membuat Tuan kelima tertegun menjadi batu, Dia seperti disambar petir, dan seluruh tubuhnya kaku. Aku melihat wajahnya yang merah dengan cepat, dan menunjuk ke belakang, “Bocah kecil itu terbangun.”
Wajahku juga terasa hangat, meskipun Qiang-Qiang bangun tanpa kusadari dan Tuan kelima melakukan hal yang tidak pantas dilihat anak-anak, tetapi hampir saja terlihat, aku sangat malu, aku mendekatinya dengan wajahku yang memerah, menepuk tubuh Qiang-Qiang yang kecil, “Ayo, tidur.”
Untungnya, Qiang-Qiang sangat ngantuk, tidak bertanya apa-apa, memejamkan mata dan tidur, jantungku baru kembali ke tempat semula.
Tuan kelima memegang dagunya yang bersih dengan satu tangan, “Tampaknya membiarkanmu membawa bocah kecil ini pulang adalah suatu kesalahan, tidak boleh, harus ada cara agar bocah ini pergi.”
Tuan kelima sambil berkata sambil pergi. Aku duduk di samping Qiang-Qiang, sambil pelan-pelan menepuknya, sambil mulai khawatir, aku takut Tuan kelima akan memisahkan aku dan Qiang-Qiang.
Untungnya, di pagi hari Tuan kelima terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.
Qiang-Qiang bangun, dia masih membiarkan Qiang-Qiang duduk di bahunya, memegang tangan kecilnya, berputar berkeliling di ruang tamu, Qiang-Qiang tidak berhenti tertawa, aku terdengar Tuan kelima lari sambil berkata: “Kamu bocah kecil sangat beruntung, aku belum pernah membiarkan orang naik duduk di leherku dalam hidup ini.”
Aku menyiapkan sarapan di dapur, akhir-akhir ini, Qiang-Qiang selalu makan makanan yang ku masak, tetapi Tuan kelima adalah pertama kali makan sarapan yang aku siapkan.
Tiga set pancake telur, tiga mangkuk bubur beras hitam, dan sepiring lauk yang aku masak sendiri. Qiang-Qiang makan dengan senang, sambil makan sambil berkata tante juga makan.
Tuan kelima seperti tidak menolak sarapan ini, dia mengerutkan keningnya, menggunakan sumpit menjepit pancake melihat dari kanan ke kiri, atas ke bawah, lalu memasukkannya ke dalam mulut dan menggigitnya.
“Bagaimana?”
Aku sangat peduli perasaan Tuan muda ini.
Tuan kelima menggerutkan alisnya berkata: “Biasa saja, dibandingkan dengan cara ibuku membuatnya, kalah jauh sekali.”
Aku memiringkan mulutku, Tuan muda ini selalu membandingkan makanan yang kubuat dengan ibunya.
Seperti kata pepatah, bahwa merendahkan adalah sifat alami pembeli, meskipun mulut Tuan kelima berkata biasa saja, tetapi dia menghabiskan satu set pancake, masih meminta tambah lagi.
Aku menggelengkan kepala padanya.
Tuan kelima kaget, “Apa? Sudah habis?”
Aku mengangguk, wajah Tuan kelima berubah hitam, “Hanya itu makanan yang kamu berikan pada pria berbadan besar sepertiku? Kamu ingin membuat aku mati kelaparan!”
“Bukannya bilang tidak enak, kamu nanti makan di restoran yang lebih enak saja di luar.”
Aku sengaja membuatnya marah.
Tuan kelima mengambil piring makan yang ada di depanku, dalam piring masih ada pancake yang hanya aku makan beberapa suap, langsung di rampok begitu saja oleh Tuan kelima.
“Kamu seorang wanita, untuk apa makan begitu banyak, sini untukku saja!”
Disaat aku tertegun, Tuan kelima makan seperti harimu dan serigala merampok dan menghabiskan pancakeku yang masih tersisa separuh.
Selesai makan, keningnya masih berkerut, sepertinya belum kenyang, sekali lagi mengambil bubur beras hitam dan mulai meminumnya.
Setelah menghabiskan bubur beras hitam, barulah berdiri dengan sebal, “ini adalah makanan babi.”
Sudut mulutku bergerak, memelototi sosok belakang Tuan kelima, Tuan ini mengatakan makanan yang aku buat adalah makanan babi, jadi apakah dia adalah babi?
Makan lebih banyak dari pada siapapun, masih saja berani merendahkan orang.
“Qiang-Qiang, Ayo, ayah angkat membawamu pergi ke taman kanak-kanak.”
Tuan kelima menggandeng tangan Qiang-Qiang, satu bertubuh besar dan satu kecil pergi bersama.
Aku mencuci piring, dan terburu-buru berangkat kerja. Di tengah jalan, aku mendapat telepon dari Chen Hui, “Apakah kamu memiliki waktu luang di siang hari? Ayo keluar dan nongkrong bersama.”
“Ehmm..... aku sepertinya harus belajar.”
Chen Hui berkata: “Tidak akan terlalu lama menunda waktumu, hanya di kedai kopi di sebelah kantor hukum.”
“Baik.”
Aku tidak tahu untuk apa Chen Hui mengajakku, mengapa tiba-tiba ingin minum kopi denganku? Apakah itu terkait dengan Tuan kelima atau kepala komandan?
Pada siang hari, aku bergegas ke kedai kopi di sebelah. Chen Hui benar-benar ada di sana. Dia mengenakan seragam biro pajak. Dia memiliki alis yang tebal dan satu tangannya menyiku memegang di dagu, Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan.
Aku memanggilnya, dia baru mengangkat kepala dan tersenyum denganku, sangat lembut, “ayo duduk.”
Ketika aku duduk, Chen Hui selalu melihat padaku, tatapannya yang mendalam, dan sepertinya dia ingin menemukan sesuatu dari wajahku.
“Mau minum apa?”
Dia tersenyum bertanya.
“Bubble Naicha.” ***** (Teh Susu dengan bubble ketan)****
Aku berkata dengan santai.
Chen Hui meminta pelayan membawakan teh susu.
Ketika aku sedang minum teh susu, aku melakukan analisis hukum tentang suatu kasus dalam pikiranku, dan aku mendengar Chen Hui berkata: “Gelang itu, siapa yang memberikannya kepada kamu?”
“Bukan, itu milikku.”
Pikiranku masih dalam kondisi menganalisis kasus dalam kecepatan tinggi.
Chen Hui melihat bahwa aku tidak konsen, dan alis tebalnya berkerut, dan aku tanpa merasa segan mengeluarkan buku latihan ujian hukum dari tas tangan dan memandang pertanyaan itu dengan serius.
Chen Hui berkata: “Kamu sedang belajar apa?”
Aku: “Ujian hukum segera tiba, aku harus belajar.”
Chen Hui tersenyum, “Tidak heran. Sepertinya aku mengganggumu.”
“Tidak apa-apa, ada apa silakan katakan saja.”
Aku pernah berkencan dengan Chen Hui. Pada saat itu, aku memiliki ikatan alami dengannya. Meskipun hubungan kami menjadi jauh karena Tuan kelima, kesan aku tentang orang ini tidak buruk.
Tetapi dia adalah anak angkat dari Ayah Tuan kelima, status ini membuatku tidak begitu ingin bertemu dengannya.
Karena Kepala komandan itu benar-benar tidak membuat kesan yang baik di hatiku.
Novel Terkait
The Richest man
AfradenMy Cute Wife
DessyMy Charming Wife
Diana AndrikaHidden Son-in-Law
Andy LeeIstri kontrakku
RasudinCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)