Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 82 Seperti Seorang Kakak

Aku menelpon Jiayu, suasana hati yang kesepian, setelah setengah jam kita sudah berada di sebuah restoran kecil.

Aku meminum bir, kepenatan di hati juga tidak kunjung lega, aku berkata: “Jiayu, mungkin aku sudah salah, aku tidak seharusnya bergantung terhadap Tuan Kelima, tapi kalau tidak seperti ini, aku bisa apa lagi?”

Benar, setiap pilihan semua juga berlari menuju akhir cerita yang terbaik, hanya hasilnya tidak lah sebaik yang diharapkan. Tapi kita sudah berusaha.

Aku sudah melewati tiga hari tanpa Qiang Qiang, setelah beberapa hari aku dan Qiang Qiang sehidup semati, ini adalah untuk pertama kalinya berpisah dengan anak itu, aku tidak tahu apakah Qiang Qiang merindukanku, Di tengah malam aku selalu menangis terbangun, yang pasti aku tidak sanggup menerima.

Setiap malam aku sepertinya selalu mendengar suara tangisan Qiang Qiang, sewaktu kerja, juga terus tidak tenang hati ini, terus bisa memikirkan apa yang sedang Qiang Qiang lakukkan?

Aku pergi ke TK mewah itu, guru memberitaku bahwa Qiang Qiang sudah beberapa hari tidak datang. Aku menelpon Mo Ziqian, di sana mengangkat telepon pun tidak. Aku pergi ke kantornya, resepsionis memberitahuku bahwa Mo Ziqian dinas keluar kota, semua kerjaan diselesaikan melalui telepon.

Aku cepat-cepat pergi ke kantor Gao Le, Gao Le kebetulan mau keluar, diberhentikan olehku di depan ruang kerja, aku berkata: “Gao Le, beritahu aku Mo Ziqian dan Qiang Qiang dimana, andai kamu tidak memberitahuku, kamu tidak boleh pergi ke mana-mana, jika kamu pergi, kamu boleh melangkah diatas mayatku.”

Aku mengeluarkan sebuah pisau buah berpura-pura membuat gerakan isyarat di pergelangan tangan sendiri.

Tapi Gao Le terkejut bukan kepalang, mukanya pun terkejut pucat, “Helo, helo, apa yang sedang kamu lakukan, kamu jangan melakukan hal bodoh, aku bawa kamu pergi.”

Dengan seperti ini, Gao Le membawaku pergi ke satu villa resort di daerah pinggiran. Di sekeliling villa, bisa terlihat jelas pergerakan orang berjalan sana sini, tidak seperti tempat tinggal itu, begitu penuh kewaspadaan, jelas-jelas penjaga tersebar di sekelilingnya.

Di keempat sisi tembok yang kokoh bisa terlihat ada banyak kamera di banyak tempat, Mo Ziqian pria itu melakukan penjagaan keamanan dengan sangat baik.

Gao Le turun dari mobil menekan bel pintu, seorang wanita paruh baya sepertinya adalah pengasuh ke sana membukakan pintu, menyapa sepatah tuan Gao, kemudian sangat waspada melihatku, “Nona ini siapa yah?”

Gao Le berkata: “Ini adalah ibu Qiang Qiang.”

Raut wajah pengasuh terkejut, seperti melihat monster.

Gao Le membawaku masuk ke dalam vila daerah pinggiran Mo Ziqian, aku mendengar suara tawa anak kecil menyebar dari bagian belakang rumah, kami berjalan ke sana, aku dari jauh melihat bayangan tubuh satu besar satu kecil, mereka sedang menendang bola di lapangan berumput itu.

Muka kecil Qiang Qiang dipenuhi air keringat, di tubuhnya mengenakan T-shirt berlengan pendek, di bawah adalah celana pendek berwarna biru, sepatu kasual berwarna putih, seperti seorang atlet sepak bola, bersiul sejenak, menyepak bola, Mo Ziqian sangat santai, bentuk badan yang langsung tinggi besar, mengangkat kaki menendang bola itu, dan berpura-pura tidak menendang masuk, membuat bola berlari keluar, Qiang Qiang seketika langsung dengan gembiranya menepuk-nepuk tangan kecilnya dan berteriak dan juga melompat.

“Qiang Qiang!”

Melihat anak laki-lakiku, rindu di hatiku yang tidak henti-hentinya beberapa hari ini akhirnya menemukan tempat berlabuh.

Qiang Qiang mendengar suaraku, menoleh melihat-lihat, kelihatan diriku, mulut kecil melengkung, langsung kemudian tertawa membuka lebar kaki kecilnya berlari ke arahku.

Aku memperhatikan bahwa beberapa hari tidak ketemu anak ini, tubuhnya sepertinya bertambah kuat, kulitnyapun menjadi hitam, terlihat jelas beberapa waktu ini, Mo Ziqian tidak jarang membawa anak ini berolahraga di depan.

“Tante.”

Saat Qiang Qiang berlari menghampiri ke sana, aku memeluk anak kecil itu. Melihat muka kecil yang putih kemerahan, bergantungan butiran-butiran keringat, menciumnya kanan kiri.

“Tante, kamu kenapa baru sekarang melihat Qiang Qiang, Qiang Qiang sangat rindu kamu.”

Lengan kecil Qiang Qiang merangkul leherku, wajah kecilnya menempel di wajahku, sangat dekat.

“Tante tidak tahu kamu dimana, hari ini baru mencarimu.”

Aku dengan erat memeluk Qiang Qiang, tubuh kecil itu menghibur hatiku yang kesepian, aku saat ini, ingin waktu berhenti di sini, biarkan aku dan anak ini tidak berpisah selama-lamanya.

Mo Ziqian berjalan menghampiri.

Kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantong, badan tinggi dan tampan berdiri di depanku, dahi di bawah rambut hitam, merembes selapis tipis butiran-butiran keringat.

“Qiang Qiang bersamaku hidup sangat baik, kami saling mengenal dan memahami satu sama lain, dia sekarang sudah tidak bisa dipisahkan dari diriku lagi.”

Mo Ziqian membuka mulut.

Aku: “Tapi apakah kamu bisa seperti ini mengurung anak ini di sini seumur hidup? Dia perlu sekolah, perlu teman, perlu kehidupan yang sama seperti anak perempuanmu, hidup dengan normal di bawah sinar matahari.”

Perkataanku membuat ekspresi mata Mo Ziqian menggelap beberapa saat, tapi seketika menjadi sangat pasti, “Aku sedang berusaha, Sisi adalah anak perempuanku, Qiang Qiang adalah anak laki-lakiku, mereka sama, aku tidak akan memperlakukan dengan tidak adil.”

“Tapi hatiku masih tidak tenang, kamu tidak mungkin selamanya tinggal di sini menemani Qiang Qiang.”

“Setidaknya aku ada kemampuan untuk melindunginya, dan kamu selain bergantung dengan orang lain, kamu tidak ada kemampuan apapun!”

Aku: ……..

“Sudah sudah, kenapa sekali bertemu langsung bertengkar.”

Mo Ziqian menjulurkan lengan kemudian menggendong Qiang Qiang, terlihat Qiang Qiang sudah sangat terbiasa bersama dengan pria itu, saat pria itu menggendong Qiang Qiang, Qiang Qiang pun menggerakkan tangan kecilnya, “Tante, kamu juga sini.”

Mo Ziqian memeluk Qiang Qiang masuk ke dalam rumah. Aku juga ikut masuk.

Saat ini angin musim semi mulai berhembus, kegelapan malam pun tiba, lampu di ruang depan menyala bersinar, Qiang Qiang turun dari pelukan Mo Ziqian, dan naik ke atas ke kuda kayu kecil, mengayun-ngayunkannya.

Aku dan Mo Ziqian, kami tak bicara walau berhadapan muka.

Handphone Mo Ziqian berdering, pria itu sambil berjalan pergi sambil menerima telepon, aku mendengar pria itu berkata: “Iya, papa dinas keluar kota, beberapa hari lagi pulang, baik-baik tinggal dengan nenek, nurut ya.”

“Beberapa hari lagi, dinasmu berakhir lalu apa? Siapa yang merawat Qiang Qiang?”

Telepon Mo Ziqian berakhir, aku mengerutkan dahi bertanya.

Mo Ziqian berkata: “Aku bisa mengaturnya dengan baik.”

“Kamu merasa seperti ini apa adil terhadap Qiang Qiang? Kamu tidak mungkin terus menerus dinas luar kota kan? Seperti beberapa tahun yang lalu, sebulan sering sekali pergi ke kota sebelah, sekarang kamu juga berencana sama seperti itu terhadap Qiang Qiang kah?”

Sindiranku membuat Mo Ziqian mengerutkan alis.

Dan kemudian, pertengkaran seperti ini membuatku merasa hambar, aku berjalan ke samping Qiang Qiang, menjongkokkan badan bertanya kepadanya, “Qiang Qiang, tante sudah mau pergi, kamu bisa pergi sama tante kah?”

Qiang Qiang langsung melangkahkan kaki turun dari kuda kayu kecilnya, “Qiang Qiang pergi dengan tante.” Di bawah sadar anak ini, masih paling dekat denganku.

Aku menarik tangan kecil Qiang Qiang, bersiap-siap membawanya anak itu pergi.

Mo Ziqian marah besar membuka mulut berkata, “Kamu berencana membawanya pergi kemana? Kamu yakin bisa menjamin keamanan dia? masih mau lanjut kembali ke sisi tuan muda yang playboy itu, membiarkan anak kecil melihat hal yang tidak seharusnya dilihat?”

Sesaat tubuhku kaku.

Benar, aku membawa Qiang Qiang ke sana?

Aku hanya bisa menjamin keamananku sendiri saja. Membungkukkan setengah badan, aku kemudian berjongkok, dua tangan menggenggam naik muka kecil Qiang Qiang, “Qiang Qiang, Tante memutuskan untuk tidak membawamu pergi, Tante tidak ada kemampuan melindungi keamanan kamu, kamu tinggal saja di tempat Paman disini, Tante beberapa hari lagi melihatmu oke?”

“tidak, tidak mau.”

Aku langsung menarik Qiang Qiang ke dalam pelukan, aku mengatakan mau membawanya pergi, tindakan yang tiba-tiba tidak membawa anak ini pun malah menyakitinya.

Aku sangat merasa bersalah dalam hati, juga sangat menyakiti hatinya. Dengan tangan mengusap air mata sambil berkata: “Tante tiba-tiba terpikir, Tante beberapa hari lagi mau ujian, mau mempergunakan waktu dengan baik untuk belajar, tunggu habis ujian, Tante langsung menjemputmu. Kamu tinggal di sini dulu bersama dengan Paman, mau ya?”

“Tante janji ya?”

Qiang Qiang menghirup sebentar hidungnya, dalam matanya masih ada air mata.

“Iya, benar.”

Qiang Qiang berkata: “Tante tidak boleh bohong, Qiang Qiang beberapa hari ini selalu merindukanmu, mengira tante tidak mau Qiang Qiang lagi.”

“Tidak akan.”

Aku kembali lagi menarik anak kecil masuk ke dalam pelukan, dalam hati seketika merasa sangat tidak nyaman.

Mo Ziqian berjalan ke sana, pria itu menjulurkan tangan menarik kembali Qiang Qiang, menggendongnya. Dengan mata yang dipenuhi kemarahan besar itu melihatku, “Kamu sudah membuat anak kecil menangis.”

“Qiang Qiang nurut, Tante beberapa hari kemudian masih bisa melihatmu, saat itu aku baru menjemputmu pulang kembali.”

Mo Ziqian mencium-cium dahi Qiang Qiang, bagaimanapun ayah dan anak, apapun tidak bisa menghalangi kasih sayang.

Qiang Qiang mengangguk-anggukkan kepala kecilnya, dalam matanya masih berisi butiran air mata kekecewaan.

Aku tidak berani lagi melihat sejenak anak itu, membelokkan badan buru-buru pergi.

Beberapa hari terus menerus belajar dengan gelisah, akhirnya menyambut ujian hukum, dan kemudian aku yang telah beberapa hari sudah tidak beristirahat dengan baik, duduk di tempat ujian, malahan kepalaku perlahan-lahan pusing, akhirnya memaksakan diri menyelesaikan semua soal, terakhir aku tidak bisa tahan, dengan lemasnya terbaring di atas meja.

Ketika aku terbangun, di depan mataku sepotongan putih bening, cairan di dalam infusan itu sedang menetes satu demi satu tetes masuk ke dalam pembuluh darah venaku. Aku membuka mata, melihat orang yang duduk di hadapan mata.

Chen Hui.

“Kamu?”

Aku ingin bangun untuk duduk, tapi kepala masih saja sangat pusing. Chen Hui bergegas memapahku, “Kamu anemia, ditambah gula darah rendah, jangan sembarangan bergerak.”

Aku juga dipapah perlahan berbaring.

Aku bertanya: “Kok bisa kamu? kamu kenapa bisa tahu aku pingsan, siapa yang mengantarkanku ke rumah sakit?”

Pandangan mata Chen Hui lembut, seperti sinar matahari yang hangat, alis mata yang tebal agak melipat, “Kamu saat ujian hukum, aku di luar, guru bilang ada orang pingsan di dalam, menyuruhku untuk menelpon 120, sekali lihat ternyata kamu.”

“Ow”

Aku menggunakan kepalan tangan menonjok kepalaku, “Terima kasih, kalau tidak betapa memalukannya, ujian saja masih bisa pingsan di tempat ujian, orang lain mau bagaimana melihatku.”

Keberadaan Chen Hui membuatku merasakan kehangatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya, seakan diri sendiri diperhatikan oleh seorang kakak, namun tidak terpikir mengapa pria itu bisa berada di luar tempat ujian.

Chen Hui pergi menuang segelas air, seperti nada seorang teman yang sangat akrab, “Kamu terlalu tidak peduli kesehatan sendiri, sudah anemia, gula darah rendah lagi, usia muda badan sudah dibuat seperti ini, nanti sudah tua bagaimana.”

Pria itu memberikan segelas air ke diriku, di dalamnya sudah ditambahi gula merah, dari jauh pun sudah tercium sangat manis.

Aku menerimanya meminum seteguk dan tersenyum kepada pria itu, dengan perasaan yang sangat kecewa terhadap kehidupan: “Terkadang hidup manusia ini seperti beban.”

Alis Chen Hui saat itu pun mengunci dengan erat, membentak dengan serius berkata: “Kamu kenapa bisa ada pemikiran seperti ini! kamu baru umur berapa, cuma pernah mengalami sedikit kekecawaan saja kan? Aku umur 10 tahun, ayah dan ibu sudah meninggal, kemudian orang terakhir terdekatku yaitu nenekku juga setengah tahun setelahnya juga wafat, dalam satu tahun, aku kehilangan tiga orang keluarga, tumbuh besar sendiri seperti rumput liar. Aku merasa aku lebih menderita banyak dari kamu, tapi aku bukannya masih hidup baik-baik saja sampai sekarang?”

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu