Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 107 Dia Menyukaimu
Sekujur tubuhku menjadi tegang, seluruh bulu kudukku berdiri. Mo Ziqian si brengsek ini, apa yang ingin ia lakukan?
Sekarang aku tidak bertenaga sama sekali, bahkan jarinku pun tidak bisa digerakkan, jika ia ingin melakukan sesuatu padaku, aku sama sekali tidak bisa melawan.
Aku panik juga takut melihatnya maju mendekat, Mo Ziqian mengalihkan pandangannya, bibirnya yang tipis melengkung, tangannya mengulur hingga depan dadaku, membuka kancing bajuku satu per satu.
“Tidak…” aku berseru dengan penuh kemarahan, bahkan ada ancaman dalam suaraku yang lemah.
Kelopak mata Mo Ziqian berkedut, melihatku dengan lirikan santai, lalu melanjutkan gerakan tangannya.
Seluruh kancing mantelku sudah terbuka. Hanya tersisa kaus dalam yang menempel di tubuhku.
Mo Ziqian mengangkat matanya sekali lagi melihatku, tatapannya mengunci dadaku yang naik turun dengan cepat, lalu perlahan turun ke perutku, jarinya menyentuh pinggulku.
“Tidak….”
Aku tidak sanggup melihatnya lagi, sejak kami bercerai 3 tahun lalu, aku menolaknya dan aku berseru dengan kuat, namun tenagaku seolah habis, dadaku naik turun semakin kencang.
Mo Ziqian perlahan mendekat, bibirnya yang tipis dan dingin mendarat di bibirku, matanya perlahan memejam, bibirnya yang dingin berputar di atas bibirku, sekujur tubuhku seolah dialiri listrik, otakku seketika kosong.
Tepat pada saat itu, bagian bawah tubuhku tersentak, tangannya sudah masuk kedalam celana dalamku.
Jantungku seolah berhenti berdetak, aku juga bisa merasakan bagian tubuhnya yang mengeras seketika, lalu ia memelukku dengan sangat erat.
Hingga akhirnya, tidak ada yang kami lakukan, kami dapat mencium aroma nafas kami, aku tetap tidak bisa bergerak, otakku perlahan jelas, dan dia perlahan melepaskanku.
Kedua matanya yang dalam menatapku erat, seolah ada banyak kata namun tidak ada satupun yang sanggup ia katakan, dia meninggalkanku, lalu ia berdiri dan pergi.
Kaki tanganku perlahan bisa bergerak, aku duduk, menggerakkan kedua tanganku, lalu turun dari ranjang dan berjalan keluar.
Rumah besar ini kosong tidak berpenghuni, Jiangyi sudah diusir keluar oleh Mo Ziqian, dan Mo Ziqian sendiri juga pergi entah kemana, sekarang hanya tinggal aku sendiri yang tinggal di rumah ini.
Waktu sudah menunjuk angka 3, jika aku pergi sekarang maka bisa dipastikan bahkan satu taksipun tidak akan bisa aku dapatkan, aku hanya bisa duduk bersila diatas ranjang menunggu pagi.
Aku terus beripikir, kapan aku jatuh kedalam jebakan Mo Ziqian, disana aku hanya minum segelas orange jus, mungkinkah jus itu?
Aku menggelengkan kepala, Mo Ziqian tahu aku suka minum jus, lalu memasukkan obatnya didalamnya, ini adalah keahliannya.
Bukankah dia memasukkan obat untuk Chen Liyan?
Aku menopang dahi dengan tangan, mengingat ucapan “Kamu hamil” yang diucapkan Gao Le, pasti penyebab Mo Ziqian memberiku obat karena ini.
Dasar bajingan, sampah, lebih brengsek dari sampah masyarakat.
Bisa-bisanya dia menculikku kemari, meminta Jiangyi mengetes kehamilanku, masih ingin menggugurkan kandunganku, orang ini sungguh brengsek.
Jangankan tidak hamil, meskipun hamil juga tidak ada hubungannya dengannya.
Semakin memikirkannya, aku semakin kesal, namun tidak bisa melampiaskannya, aku menghancurkan seisi kamar Jiangyi. Jiangyi tidak termasuk tidak bersalah, dia membantu Mo Ziqian melakukan pekerjaan sampah.
Aku menghancurkan semua barang di kamar Jiangyi yang bisa kuhancurkan, tidak peduli yang murah atau mahal sekalipun, semua hancur, setelah menghancurkannya, melihat semua barang yang hancur di lantai, hatiku menjadi jauh lebih lega.
Begitu langit terang, aku meninggalkan kamar Jiangyi, ketika kembali ke apartemen, Jiayu sudah berangkat kerja, aku mandi dan mengganti pakaianku, perasaanku menjadi jauh lebih tenang.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, terdengar suara tangisan perawat, “Kak Xiaoxiao, kapan kamu datang? Tuan muda setiap hari mengamuk, aku sudah hampir tidak sanggup menahannya. Setelah kamu pulang kerja datang bisa? Tuan muda hanya tidak mengamuk jika berada didepanmu, kak Xiaoxiao, tolonglah.”
Malam itu, perawat meminta nomor ponselku untuk jaga-jaga jika dibutuhkan seperti kejadian hari ini.
“Malam aku kesana.”
Aku mematikan telepon.
Setelah pulang kerja, aku segera pergi ke rumah sakit.
Ketika di koridor, aku sudah bisa mendengar suara Tuan Kelima mengamuk disertai dengan suara barang yang dilempar, “Dasar bodoh, apa lagi yang bisa kamu lakukan? Pergi!”
Disusul dengan suara tangis perawat yang membuka pintu dan keluar.
Aku mendengar pasien kamar lain melihat kearah sana dengan wajah penasaran, ada yang berkata, “Pasien dikamar itu menggila lagi.”
Perawat melihatku, berkata sambil menangis, “Aku tidak ingin melayaninya lagi, anda katakanlah pada tuan Chen untuk mencari orang lain, huhuhu, berapapun yang diberikan padaku aku tetap tidak mau mengurusnya.”
Aku : ”…….”
“Kamu jangan menangis dulu, aku coba masuk lihat kedalam.”
Meskipun tidak tahu apa penyebab ia mengamuk, namun mengingat sifatnya, beberapa hari ini, perawatnya pasti sangat menderita.
Aku masak kamar pasien, Tuan Kelima langsung menatapku dengan tatapan dingin sambil memakiku, “Manusia tidak berperasaan!”
Aku : “……………”
Baru masuk sudah dimarahi, kepalaku langsung sakit, “Tuan muda, kenapa mengamuk lagi, baik-baiklah, tidak ada yang berhutang budi padamu.”
Tuan kelima membuang muka dengan gaya sangat tidak senang, namun tidak melawan perkataanku.
Aku membungkuk dan memungut barang yang berserakan di lantai, barang yang pecah, aku sapu.
“Sekarang perawat ingin berhenti, kalau kamu terus seperti ini, aku juga tidak mau datang lagi, kamu aturlah sendiri!”
Meskipun ucapanku tidak terlalu mempan untuk Tuan Kelima yang egois, namun aku tetap tidak kuasa menahannya.
Orang ini terlalu menyebalkan.
Tuan kelima melihatku dengan wajah ngambek, “Bukankah kamu memang tidak mau datang? Aku seperti ini kebetulan sesuai dengan kemauanmu?”
Aku melempar tatapan yang tajam bagai belati, “Kamu juga perlu memberi orang lain istirahat beberapa hari? Tuan muda, aku sangat sibuk, tidak seperti anda yang tidur diatas ranjang uang tetap jatuh turun dari langit.”
Dia hanya mencibir namun tidak mengatakan apa-apa.
Aku membersihkan kamar pasien, membujuk perawatnya, melihat jam di tangan, sudah jam 8 malam.
Perutku sudah lapar sampai bergemuruh, aku bertanya pada Tuan Kelima, “Kamu sudah makan malam? Mau aku bawakan makanan kesini?.”
Tuan kelima membuang muka, tetap tidak mempedulikanku.
Aku keluar bertanya pada perawat yang berdiri didepan pintu tidak mau masuk, “Tuan muda sudah makan?”
Perawat menggeleng, “Makan malam yang dibelikan semuanya dibuang.”
“Baiklah.”
Aku juga tidak tahu harus bicara apa. Aku membeli beberapa bungkus nasi dan sayur dari restoran, untuk perawat satu, dua porsi nasi dan lauk kubawa masuk kamar.
Tuan kelima melihat bubur dan sayur yang kubeli, mengkerutkan alis, “Kamu hanya memberiku makanan seperti ini?”
“Kamu masih ingin makan apa?” wajahku menjadi serius.
Tatapan mata Tuan Kelima muram, entah kenapa, ia tetap tidak mengatakan apa-apa, asal makan beberapa suap lalu meminta melipat meja makannya.
Aku melipat meja makannya, membuang sisa bubur dan sayurnya. Tuan kelima menatapku dengan tatapan aneh, mungkin ia sedang berpikir, bagaimana aku tega membuang makanan, asal tahu saja, ketika aku makan bersamanya, tidak pernah menyisakan makanan, ini adalah kebiasaan yang ditanamkan selama aku di penjara.
Aku tidak memperdulikan Tuan Kelima, aku duduk seorang diri diatas kursi, bermain ponsel. Tentu saja Tuan Kelima juga bosan sehingga ikut mengeluarkan ponsel untuk melihat-lihat.
Ketika aku ke toilet, perawat menarik lengan bajuku, “Kak, lihat, Tuan Kelima sangat menurut padamu, dia pasti menyukaimu, begitu kamu datang, dia langsung berhenti mengamuk, kamu membuang makanan ia juga tidak mengatakan apapun, aku sudah menebaknya, dia ada perasaan berbeda padamu.”
Aku tercengang lalu tertawa, mengangkat tangan menepuk bahu perawat, “Kamu berpikir terlalu jauh.”
Tuan kelima menyukaiku, bagaimana mungkin, lebih tepatnya ia suka menyiksaku.
Malam ini Tuan Kelima sangat tenang, terus memainkan ponselnya, dan ketika itu aku mengantuk hingga tidak sanggup membuka mataku lagi, aku meringkuk disofa bersama perawat, ketika tertidur, aku seperti mendengar Tuan Kelima sedang menelepon, seperti meminta orang membawakan apa, membeli apa.
Aku tidak mengerti juga tidak berniat untuk memikirkannya.
Pagi, ketika aku akan berangkat kerja, Chen Hui datang, dia berjalan masuk sendiri, melihat kaki Tuan Kelima, “Dokter bilang beberapa hari ini kakimu pulih cukup baik, namun semua orang disini mengeluh, dikamar ini ada pasien yang bersifat sangat buruk, setiap hari mengamuk dan membanting barang, mereka sudah tidak tahan lagi, jadi mengijinkanmu untuk pindah dari rumah sakit ini.”
Tuan kelima menatapnya dengan wajah dingin, “Jadi kamu sekarang ingin memindahkanku ke rumah sakit lain?”
Chen Hui : “Belum sampai ketahap itu, jika kamu terus berperilaku seperti itu, semua akan menjadi mungkin.”
Tuan kelima tersenyum sinis, “Lebih baik kamu pulangkan aku, kakiku cacat juga bukan masalah besar, disisi tuan besar masih ada kamu.”
Ucapan Tuan Kelima penuh dengan sindiran, membuat orang yang mendengar merasa Chen Hui orang yang makan dari hasil menjilat.
Chen Hui berkata dengan tegas : “Aku tahu kamu salah paham padaku, aku jelaskan juga tidak ada gunanya, tapi aku beritahu, kalau kakimu sampai benar-benar cacat, tuan besar juga akan memanjakanmu.”
Ia berpaling melihat kearahku, “Mau berangkat kerja? Aku antar.”
Aku baru akan menjawab iya, Tuan Kelima sudah berkata dengan wajah kesal, “Kamu pulang urus urusan kamu, untuk apa mengajaknya? Masalahnya bukan urusanmu!”
Sifat jelek Tuan Kelima kambuh lagi.
Chen Hui berbalik badan, dengan tatapan penuh kesabaran berkata pada Tuan Kelima, “Aku bisa tidak peduli dengannya, namun kamu harus cepat sembuh. Pada saat itu kamu boleh mengaturku.
Setelah Chen Hui mengatakannya, ia langsung pergi.
Aku juga mau pergi, Tuan Kelima melempar ponselnya kearahku.
“Coba saja kalau kamu berani pergi bersamanya!”
Aku kehabisan kata menghadapinya, “Tuan muda, aku pergi kerja, apakah bekerja saja sudah tidak boleh?”
Tuan kelima berkata dengan tegas, “Kerja boleh, tapi tidak boleh berangkat bersama dengannya!”
Aku menggeleng lalu menghela nafas, tuan muda ini, benar-benar utusan dari Tuhan untuk menyiksaku.
Ketika aku pergi dari kamar pasien, perawat mengejar keluar, menarik tanganku dengan sekuat tenaga dan memohon, ”Kak, kamu jangan pergi ya, tuan muda sedang meledak-ledak, jika kamu pergi, dia pasti melampiaskannya padaku, beberapa hari lalu kamu tidak datang, tempramennya begitu buruk, sembarang melempar barang, bahkan setiap hari memarahiku.”
Aku tidak mengerti, aku datang atau tidak, apa hubungannya dengan tuan muda mengamuk atau tidak, aku hanya menjawab,”Aku mengerti, malam aku akan datang.”
Novel Terkait
Love And War
JaneAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanSee You Next Time
Cherry BlossomDemanding Husband
MarshallSi Menantu Buta
DeddyHanya Kamu Hidupku
RenataCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)