Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 171 Rahasia Identitas (1)

Kata-kata Mo Ziqian benar dalam beberapa hal, Tuan kelima benar-benar bukan orang yang cocok dijadikan suami, semuanya mengatakan bahwa macan sulit untuk mengubah sifatnya. Di masa bujangan, dia memiliki begitu banyak wanita. Setelah menikah, itu juga tidak akan bisa dihindari. Dan emosinya yang begitu buruk, suka-suka dia untuk memintaku pergi, kalau aku benar-benar menjadi orang di dalam keluarganya, aku khawatir tetap akan mengakhirinya dengan perceraian.

Hidup seperti itu, hanya dengan memikirkannya aku sudah terasa menggigil.

Tiba-tiba aku terasa mengerikan, apa yang sedang aku pikirkan?

“Hei, Lan, adakah waktu siang hari, traktir kamu makan.” Di pagi hari, aku menelepon Lan Ke, dan terdengar nada suara memainkan dari sana: “Hantu pelit apakah kamu terbentur tembok hari ini?”

Aku: “Kamu boleh memesan makanan sesuai dengan harga pena emas.”

Lan Ke seharusnya marah hingga menaikkan bola matanya, “Aku kalah denganmu!”

Telepon ditutup, aku mengantar Qiang-Qiang ke taman kanak-kanak, aku mengendarai mobil sport kecil Tuan kelima yang mempesona ke kantor hukum, mobil ini benar-benar bukan mobil yang bisa kubandingkan dengan mobil bekasku di Kanada, ini benar-benar sangat nyaman, kalau terus mengendarainya, aku yakin akan enggan mengembalikannya pada Tuan kelima.

Tetapi baru saja tiba di perusahaan, ada kejutan besar yang hampir membuatku pingsan.

Pemimpin cabang membawa Aisha ke depan semua orang, “Semua orang, ini adalah Aisha, baru saja datang dari Kanada. Untuk yang akan datang, dia adalah rekan baru kalian, aku berharap kalian bisa bekerjasama.”

Dan ini bukan intinya, intinya adalah Aisha tidak mengerti apa-apa, tetapi ditugaskan menjadi bawahanku, dan mengatur dia untuk mengikutiku, ini sama seperti mengganti cara lain mempergunakanku untuk mendekati Tuan kelima!

Pada siang hari, aku keluar dari kantor hukum, Aisha ikut keluar, dia melihat aku mengendarai mobil Tuan kelima, seolah-olah aku telah menyentuh barang-barang pribadinya, dan segera berseru: “Kamu.... kamu mengendarai mobil kakak kelima! Bagaimana kamu bisa melakukan ini!”

Aku tidak melayaninya, mobil siapa yang aku kendarai, bukan dia yang bisa atur, aku masuk ke dalam dan menyalakan mobil, tetapi Aisha masuk ke dalam mobil ketika aku menyalakan mobil, berekspresi begitu kamu mengendarai, maka aku akan duduk.

“Apa yang kamu lakukan?” Aku bertanya dengan dingin.

Aisha: “Duduk di mobil Tuan kelima! Mengapa kamu bisa mengendarainya, aku tidak boleh duduk, Huh!”

Gadis kecil ini berpenampilan manja dan beralasan.

Aku sudah pernah merasakan kemanjaannya, aku juga malas untuk memperhatikannya, langsung pergi mengendarai mobil, tetapi aku tidak pergi ke restoran yang sudah disepakati dengan Lan Ke. Sebaliknya, aku menelepon Tuan kelima di tengah jalan: “Di mana kamu, aku ingin memberimu hadiah.”

“Perusahaan.” Suara Tuan kelima yang ceria. “Hadiah apa?” Ada sedikit keterkejutan di sana, dia menyangka aku benar-benar akan memberinya hadiah.

“Kamu akan tahu ketika aku tiba.” Aku menutup telepon dan mengendarai mobil menuju ke perusahaan Tuan kelima.

Tuan kelima tidak tahu ke mana aku akan pergi, hanya duduk di kursi, memegang cermin kecil di tanganya, dan merias wajahnya dengan indah.

Dalam sekejap mata, aku sudah tiba di luar perusahaan Tuan kelima, aku meneleponnya: “Kamu sudah boleh turun.”

Aku menutup telepon, langsung melepaskan sabuk pengaman dan bersiap-siap untuk turun, Aisha baru terasa situasinya salah: “Kenapa kamu pergi? Di mana ini?” Memutar kepala dan terlihat nama perusahaan di gedung, saat itu wajahnya langsung berubah, “Kamu.... Kenapa kamu membawaku ke sini?”

Gadis ini sangat takut pada Tuan kelima, karena Tuan kelima sama sekali tidak memberinya wajah, sangat ganas.

Aku tidak memperhatikan Aisha, membuka pintu dan pergi, Aisha duduk di dalam mobil dengan panik, sampai sosok Tuan kelima yang besar dan kekar muncul di samping mobil....

Aku naik taksi dan pergi ke restoran yang sudah disepakati dengan Lan Ke. Bocah itu, berpenampilan bagai model, mengenakan kemeja dan dasi yang rapi, sedang duduk di kursi dan menungguku.

“Hantu pelit, ada urusan apa kamu mencariku?” Ketika aku datang, Lan Ke memegang segelas alkohol yang tak dikenal namanya di tangannya, dan berekspresi bahwa sudah mengetahui aku tidak akan datang ke kuil tanpa urusan. (kuil = tempat ibadah)

Aku menarik kursi dan duduk, meletakkan tas tanganku dan berkata, “Hanya ingin bertanya denganmu tentang masalah wanita itu, bibimu itu, kamu pasti mengerti.”

Lan Ke mengangkat alisnya, “Kamu tertarik padanya?”

“Ya.” Aku mengakui sejujurnya, “Aku curiga dia berhubungan dengan identitasku. Aku ingin tahu lebih banyak tentang dia.”

Lan Ke mengulurkan jari-jarinya dan menggaruk wajahnya, seolah-olah sedang berpikir, tetapi tiba-tiba dia mengulurkan tangan besarnya yang putih padaku: “Berita yang begitu penting, mana boleh diberikan tanpa membayar, seratus juta rupiah, aku akan memberitahumu semua yang kutahu.”

Aku sangat marah dan memelototinya, “Kamu masuk saja ke dalam tumpukan uang, aku benar-benar tidak tahu apakah ibumu telah membuangmu ke dalam tumpukan uang ketika melahirkanmu!”

Aku berkata dengan begitu jahat, tetapi Lan Ke tidak marah. Wajahnya yang penuh semangat, tersenyum berkata: “Pria menyukai uang, dan mendapatkannya dengan cara yang pantas. Bisakah kamu mengatakan aku tidak bermoral?”

Ok, aku tidak bisa berkata apapun.

Aku membuka tas tanganku, dan mengeluarkan pena emas punya Lan Ke dari dalam, dan meletakkannya di atas meja, “Nah, kamu yang bilang, harganya seratus juta rupiah.”

Sudut mulut Lan Ke bergerak, dengan tatapan yang sangat meremehkan mengambil pena emas dan melihatnya, “Pada prinsipnya, barang-barangku yang telah disentuh oleh orang lain, aku tidak akan mengambil kembali lagi, tetapi kamu adalah kasus yang spesial.”

Dia berkata sambil menyimpan kembali pena itu, “Ayo katakan, apa yang ingin kamu ketahui.”

“Identitas, nama, pengalaman cinta, masih adakah saudara di dunia ini.” Aku berkata.

Lan Ke mengerutkan alisnya dan berpikir: “Dia sepertinya anak yatim piatu, ohh salah, apakah itu yatim piatu, aku tidak ingat.”

“Hei!” Aku agak kesal, “Bukankah dia adalah bibimu?” Bagaimana kamu bahkan tidak mengetahui tentang bibimu sendiri?”

Aku tidak ingin pena emas senilai seratus juta rupiah hanya ditukar sebuah kata “Tidak ingat.” Meskipun pena itu memang miliknya, tetapi masih juga merasa merugikan.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu