Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 94 Chen Liyan Ditampar
“Pergi, potong buka perutnya!”
Hu Yeming memerintah pada pria berpakaian hitam itu.
Aku melihat Chen Liyan memegang erat jarinya, disaat itu sangat jelas terlihat tegang. Jadi aku semakin pasti dengan tebakan dalam hatiku.
“Monyet ini dinamakan Tuan keempat, jadi pasti benda yang sangat dicintai Tuan Hu, ada pepatah: Tuhan memiliki kepedulian terhadap semua makhluk hidup, kita tidak boleh sembarang mengambil nyawa si monyet, Lebih baik mengeluarkan rekaman CCTV dan melihat, rumah Tuan Hu pasti ada CCTV kan?”
Hu Yeming segera berkata: “Ya benar, cek CCTV!”
Pada saat ini, Hu Yeming, dia tidak ingin menyinggung Tuan Kelima, jadi dia ingin mengetahui alasannya dan mencari tahu pelaku di balik layar untuk membuktikan dirinya tidak bersalah.
Aku selalu memperhatikan ekspresi Chen Liyan. Dia adalah orang yang sangat pintar untuk menyembunyikan tampilan dirinya, tetapi pada saat ini, dia pergi ke depan pembantu yang telah berlutut di lantai. Dan memberinya dua tamparan keras, “Apakah kamu telah memberi makan Tuan keempat sesuatu yang tidak boleh di makan?”
Pembantu menjadi bingung, segera menggelengkan kepala, “Bukan, Nona, aku tidak memberi makan untuk Tuan keempat, benar-benar tidak ada!”
Kedua pipi pembantu itu segera bengkak, terlihat jelas bahwa tamparan itu sangat berat, dan pembantu yang telah dipukuli menangis, tetapi dia masih berlutut dan menggelengkan kepala dalam kebingungan.
"Siapa lagi kalau bukan kamu! Aku melihat dengan mataku sendiri kamu telah memberi makan obat untuk Tuan keempat!”
Chen Liyan ketika berbohong, wajahnya tidak merah dan jantungnya tidak berdebar kencang. Dan wajahnya penuh kekejaman dan terlihat sangat marah.
Hu Yeming mengerutkan kening, wajahnya galak dan cemberut, “Ternyata itu kamu wanita murahan? Ayo, buang dia keluar dan berikan untuk makanan Tuan ketiga.”
Tuan Ketiga, aku baru sadar, itu adalah Goa Sanye, dimana aku pernah diumpankan pada ular-ular piton itu.
“Tidak, Tuan, aku tidak memberinya makan, Nona yang memberinya makan, itu....”
Pembantu itu ketakutan, dan dia merangkak mendekati, kedua tangan mati-matian menarik ujung baju Hu Yeming. Aku diam-diam mencubit jariku. Binatang buas seperti Hu Yeming, tidak akan ada yang membawanya ke pengadilan.
“Kamu omong kosong!” Hu Yeming menendang di wajah pembantu itu, tendangan ini sangat kejam, hidung pembantu segera berdarah dan jatuh terbaring di lantai.
Jantungku berdegup kencang, Tuhan membiarkan orang-orang seperti Hu Yeming tetap tinggal di dunia, benar-benar hal yang tidak masuk akal.
Di sebelah, Chen Liyan mengangkat dagunya dengan bangga, dan dia menyangka dirinya cerdik juga menendang di tubuh pembantu, “Beraninya kamu menyalahkanku, untuk apa kamu diam disana? Apakah kamu tidak mendengar perintah dari Tuan Hu?”
Pria berpakaian hitam akan mengangkat pembantu.
Aku tidak tahan lagi, pembantu ini jelas tidak bersalah, aku tidak bisa membiarkannya menjadi kambing hitam.
“Apakah itu pembantu, atau orang lain, akan tahu kalau kamu melihat CCTV ? Atau Tuan Hu, tidak berani menghadapi fakta, karena takut yang memberi makan untuk monyet adalah orang yang lain?”
Hu Yeming kaget dengan perkataanku. Pada saat itu, wajahnya langsung menjadi tegang. Dia menunjuk pria berpakaian hitam. “Cepat dan segera, ambil rekaman CCTV dan lihatlah aku akan memotong tangan orang yang memberi makan obat!”
Pria berpakaian hitam itu segera pergi untuk menjalankan perintah.
Aku melihat wajah Chen Liyan menjadi pucat.
“Ziqian, kepalaku sakit.”
Chen Liyan berpura-pura sakit. Mo Ziqian yang selalu diam berada di dalam kumpulan orang banyak berjalan medekati, memegang Chen Liyan, “Aku mengantarmu ke atas untuk beristirahat sebentar.”
Melihat kedua orang ini akan pergi, Tuan kelima langsung berkata. “Apakah Nona Chen merasa takut?” Tuan kelima membalikkan kepalanya berkata pada Hu Yeming: “Semua orang di sini memiliki kecurigaan, aku yakin kakak Hu tidak akan melepaskan siapa pun yang mencurigakan.”
Hu Yeming segera berkata: “Liyan juga tidak boleh pergi!”
Chen Liyan segera menarik nafas dingin, aku melihat ada panik dan tidak nyaman di dalam matanya.
Pria berpakaian hitam datang dengan tergesa-gesa. Dia memperlihatkan video dari ponsel yang merekam CCTV ke Hu Yeming. Urat hijau di wajah Hu Yeming tiba-tiba timbul.
“Kakak Hu, sudahkah menemukan pelaku yang sebenarnya?”
Tuan kelima bertanya dengan penuh makna.
Dari samping, ada beberapa tamu berbisik tentang siapa membiarkan si monyet mencakar melukai orang.
Hu Yeming melihat Chen Liyan memberi makan untuk monyet, wajahnya benar-benar jelek. Tuan kelima sangat marah dan berkata: “Sepertinya aku dan Xiaoxiao tidak seharusnya datang. Seseorang di sini selalu mencoba untuk menyakiti Xiaoxiao, kita tidak akan membiarkan Kakak Hu repot. Xiaoxiao, ayo kita pergi.”
Tuan kelima memegang tanganku dan membalikkan badan akan pergi.
Hu Yeming tidak akan membiarkan Tuan kelima pergi, kalau Tuan kelima pergi seperti itu, maka mutiara berharga yang baru tadi dia berikan menjadi tidak berguna.
“Tuan kelima, tunggu sebentar!”
Hu Yeming memanggilnya, tiba-tiba melangkah besar ke depan Chen Liyan, “Kamu yang tak berguna!”
Telapak tangan bagaikan kipas terangkat dan jatuh ke kepala Chen Liyan.
Benar-benar langsung ke kepala, karena tamparan itu sama sekali tidak di wajahnya, tetapi dibanting dari atas kepala, melewati telinga, tubuh Chen Liyan yang lemah itu mana mungkin sanggup menahan kekuatan kasar seperti itu. Pada saat itu dia menjerit dan langsung jatuh ke lantai.
Kekuatan dari tamparan ini, kalau mengatakannya bisa membuat orang menjadi gegar otak, itu bukan tidak mungkin.
Hu Yeming membalikkan badannya, dan berkata pada Tuan kelima: “Tuan kelima, aku meminta maaf padamu, tidak mengajari dengan baik pada adikku ini, hari ini aku menyerahkannya padamu, Tuan kelima silakan memberi hukuman kepadanya!”
Tuan kelima tersenyum, “Dia adalah adik kakak Hu, bagaimana aku menghukumnya. Biarkan sajalah, mumpung dia sudah mendapat ganjaran, masalah hari ini biarkan saja.”
Tuan kelima merangkul pinggangku, dan berjalan keluar.
Di depan mataku terbayang Chen Liyan menjerit dan jatuh ke lantai. Hatiku benar-benar terasa kegembiraan yang tidak dapat diungkapkan. Wanita ini hidup hingga usia ini, aku merasa dia belum pernah menerima tamparan yang begitu kuat.
Teriakan itu bukan pura-pura, tamparan dari Hu Yeming itu, kalau menampar di kepala pria, aku takut itu akan membuat orang terasa pusing, terhuyung-huyung, apalagi jatuhnya di wanita lembut seperti Chen Liyan.
Tuan kelima mengantarku ke rumah sakit terdekat, menangani luka, dan vaksin rabies. Ketika aku kembali, Tuan kelima menghela nafas padaku. “Huh, kalau aku tahu akan begini, aku tidak akan membawamu pergi. Sekarang baguslah, bukan hanya tidak memiliki kaki, bahkan wajah pun cacat.”
Aku memelototi Tuan muda ini, meskipun wajahku tergores, tetapi aku sangat senang ketika melihat adegan Chen Liyan ditampar.
Tuan kelima mengantarku ke luar apartemen, dia satu tangan memegang di kursiku, sambil dengan mesra mengatakan: “Awalnya ingin membuatmu membayar dengan tubuhmu, tetapi melihat kamu menjadi begini, heh.....”
Tuan kelima berwajah seakan sulit melakukannya.
“Lain hari saja.” Tuan kelima berkata dengan nada kecewa, mengendarai mobil melaju pergi.
Aku tidak memiliki tongkat untuk membantu berjalan, dan wajahku tergores, dengan pincang, aku melompat ke atas dengan satu kaki. Orang-orang yang aku temui di jalan semuanya mengasihaniku, dan ada seorang anak laki-laki yang berusia sekitar tujuh atau delapan tahun, ingin membantuku menaiki tangga.
Dengan begitu aku bisa memasuki rumah.
“Dingding”, notif dari wechat.
Aku sambil berbaring beristirahat di sofa, sambil mengeluarkan ponsel, aku melihat pesan teks yang dikirim dari ‘‘jika waktu bisa kembali’’: “Toko kue mu tidak buka lagi?”
Aku: “Sementara tidak memiliki waktu, tapi suatu hari nanti akan buka lagi.”
‘jika waktu bisa kembali’: “Oh.”
Terdiam sesaat.
“Dapatkah kamu membuatkan satu lagi?”
Aku: “Boleh saja, tidak masalah.”
‘jika waktu bisa kembali’ mengirimkan sebuah emoticon jempol.
Pada hari berikutnya, aku yang tidak memiliki tongkat, hampir melompat ke pintu komplek dengan satu kaki. Petugas keamanan di pintu datang dengan dua tongkat, “Nona, apakah ini barangmu?”
Ketika aku melihatnya, itu benar-benar mengejutkan dan membahagiakan, "kaki" ku kembali lagi.
“Iya benar, terima kasih.”
Aku menerima tongkat, dan berterimakasih pada sekuriti, hatiku benar-benar kaget dan senang, tidak terpikir barang ini akan kembali lagi setelah hilang.
Sampai di perusahaan, rekan-rekan kerjaku berteriak melihat wajahku, “Xiaoxiao, apakah wajahmu dicakar kucing?”
“Iya, sedang sial.”
Aku tidak berani mengatakan bahwa monyet Hu Yeming yang mencakarku, dengan begitu hanya akan mengejutkan mereka.
Setelah bekerja selama satu hari, setelah pulang bekerja, aku pergi ke toko, sudah beberapa lama tidak membuat kue, tanganku benar-benar sedikit asing, motif porselen biru selalu gagal, terus mengulanginya beberapa kali, akhirnya selesai dan terlihat memuaskan.
‘jika waktu bisa kembali’ berkata, dia akan datang mengambilnya agak malam.
Jadi aku menunggunya di toko, hingga pukul sembilan, aku terasa lelah dan ngantuk, jadi tertidur membungkuk di meja.
Tidak tahu berapa lama terlewati, dalam mimpi, sepertinya ada seseorang yang menyentuh mengelus rambutku, tangan itu benar-benar sangat lembut, penuh dengan perasaan, seperti kekasih.
Dan samar-samar aku juga terdengar desahan.
Aku tertidur dalam sentuhan lembut dan desahan itu.
‘jika waktu bisa kembali’yang membangunkan aku.
Aku terdengar ada suara ketukan pada meja, jadi mengangkat kepala dengan bingung. Aku melihat seorang pria yang kurus dan mengenakan kacamata berdiri di depanku.
Itu adalah ‘jika waktu bisa kembali’.
Aku segera menggosok mataku, membuang kebingunganku, tersenyum dan berdiri, “Kamu sudah datang, aku baru saja ingin meneleponmu.”
Aku pergi mengambil kue yang sudah dibungkus, ‘jika waktu bisa kembali’ berkata: “Mendadak terjadi sesuatu, aku minta maaf telah membuatmu menunggu begitu lama.”
Aku: “Tidak apa-apa.”
‘jika waktu bisa kembali’: “Bagaimana kamu pulang?”
Aku: “Bus.”
‘jika waktu bisa kembali’ membayarku uang kue, aku ingin mengembalikan kembaliannya, dia tegas tidak mau mengambilnya.
‘jika waktu bisa kembali’: “Aku mengantarmu.”
Aku: “Tidak perlu, aku sendiri bisa naik bus.”
Aku tidak ingin merepotkannya, lagipula kami tidak terlalu kenal.
‘jika waktu bisa kembali’ melihat pada kedua tongkatku, “Tubuhmu sepertinya tidak terlalu nyaman, naik saja mobilku. Untuk membalas budi kamu telah lama menungguku.”
‘jika waktu bisa kembali’ sangat tulus, aku tersenyum dan mengangguk.
Dengan begitu, aku naik mobil ‘jika waktu bisa kembali’, dia mengantarku ke luar pintu rumah, pria pendiam ini, membantuku membawa dua tongkat dari bagasi, dan melihatku naik keatas, lalu pergi mengendarai mobilnya.
Satu malam yang sunyi.
Segera sampai diakhir pekan, aku pergi ke apartemen Wen Yiru untuk pertama kalinya.
Tata letak empat kamar dan dua aula, dekorasi Cina sederhana, elegan dan terlihat megah.
Ibu pengasuh yang membuka pintu, aku terdengar suara piano dari dalam. Ada juga suara lembut seorang wanita yang mengajar piano.
Ibu pengasuh itu mengangkat jarinya di mulut dan berbisik padaku, “Sedang berlatih piano.”
Aku mengangguk, pelan-pelan mengganti sandal, meletakkan tas tangan, dan dengan lembut aku berjalan menuju kearah piano.
Novel Terkait
Marriage Journey
Hyon SongGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangMy Charming Lady Boss
AndikaThe Winner Of Your Heart
ShintaMy Cold Wedding
MevitaPergilah Suamiku
DanisCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)