Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 137 Konflik (1)

Aku melemparkan gelas alkohol padanya lagi, “Pergi matilah kamu!”

Sudah mengenal begitu lama, ini adalah pertama kalinya aku kehilangan mengendalikan emosiku, seperti kucing terinjak ekornya oleh seseorang.

Tuan kelima mengerutkan kening dan berjalan menghampiriku, kedua tangannya meletakkan di atas meja, sosok tinggi yang sedikit mencondongkan tubuh ke depan, wajahnya yang tampan itu perlahan-lahan menempel mendekatiku, “Apakah karena aku mengatakan titik lemahmu, jadi kamu begitu marah?”

Aku tertegun, dan Tuan kelima tertawa keras dan pergi.

Aku membenamkan diri dalam mabuk, meninggalkan bar ketika masih memiliki sedikit kesadaran, dan menemukan hotel untuk diriku sendiri.

Meninggalkan lingkungan bar yang kacau, aku baru mendengar suara telepon berdering, aku tahu bahwa itu adalah panggilan dari Mo Ziqian, dan aku malas untuk mengangkatnya.

Malam ini, aku tidur di hotel, aku tidak tahu berapa lama terlewati, aku terbangun oleh suara ponsel berdering. Mengambil ponselku, aku melihat diatas, ada lima puluh lebih panggilan tidak terjawab, serta beberapa pesan teks dan WeChat.

Ada yang dari Mo Ziqian, dan ada juga Jiayu dan Chen Hui.

Aku membuka sebuah pesan dan melihat Mo Ziqian berkata: “Wanwan, aku tahu kamu sedang marah padaku, tetapi jangan meremehkan keselamatanmu sendiri, katakan padaku dimana dirimu berada, aku akan pergi menjemputmu.”

Ini adalah pesan yang dikirim pada malam jam dua belas ketika dia meneleponku sebanyak belasan panggilan dan belum kuangkat.

Aku melemparkan ponsel dan malas untuk melayaninya.

Dalam kejadian semalam, membuatku menyadari bahwa posisi Chen Liyan di hati Mo Ziqian bukan hanya karena dia adalah ibunya Sisi.

Karena masih harus masuk kerja, aku bangun dan mandi.

Ketika aku tiba di perusahaan, mobil Mo Ziqian juga tiba.

Ketika dia melihatku, dia langsung turun dari mobil dan berjalan ke arahku. Dia menarik tanganku, “Wanwan, ke mana kamu pergi sepanjang malam? Kamu membuatku khawatir, tahukah kamu? Kalau pagi ini, aku masih belum melihatmu, aku hampir pergi lapor polisi!”

Aku tertegun melihatnya, sepasang mata yang jernih memerah, sangat jelas belum tidur semalaman. Kecemasan dan kekhawatiran itu bukan kepura-puraan, tetapi tidak menyentuh hatiku, hanya terasa pedih di hati.

Aku berdiri diam dan tidak berkata, membiarkan Mo Ziqian memelukku ke dalam pelukannya. Dia memelukku dengan erat, seolah-olah takut aku akan pergi lagi. “Wanwan, aku telah mengabaikan perasaanmu, maafkan aku, oke?”

Aku mendorongnya dengan lembut, “Aku harus pergi kerja, nanti saja kita bicarakan lagi.”

Aku membalikkan badan dan masuk ke pintu gerbang Kaiwelz.

Mo Ziqian berdiri di luar, dengan alisnya berkerut, melihat sosok kepergianku menghilang, dan aku, siapa yang tahu kalau aku juga menyakiti hatiku sendiri?

Pada siang hari, aku duduk sendirian di Kafe yang dekat dengan perusahaan. Aku sendirian duduk diam minum secangkir kopi. Hatiku masih bingung dan berantakan, sangat banyak yang telah aku pikirkan, aku menikah lagi dengan Mo Ziqian, apakah ini adalah suatu kesalahan?

Tepat ketika pikiranku dalam kondisi bingung tak berdaya, ada sosok seseorang yang langsing datang, dia mengenakan rok Chanel yang ketat, tas tangan yang berharga, dan terlihat begitu mempesona, datang duduk pada kursi di hadapanku tanpa diundang.

Ternyata itu Chen Liyan.

Aku mengangkat kelopak mataku melihat padanya, matanya yang menarik tidak lagi memiliki kebingungan ketika kembali sadar dari efek obat semalam. Sudut mulutnya terangkat dan sedikit bangga, sama sekali tidak terlihat sedikitpun kesedihan dan malu.

“Meskipun semalam terjadi sesuatu yang tak terduga, tetapi itu juga membuatku mengetahui pikiran Ziqian dengan jelas, siapa yang dia cintai, apakah kamu juga sudah mengetahuinya?”

Chen Liyan menyalakan sebatang rokok wanita, mengisap dengan lembut, mengangkat kakinya yang panjang, bersandar di sandaran kursi, seluruh tubuhnya terlihat santai dan menatap padaku.

Aku juga melengkungkan mataku, tersenyum penuh makna, “Penampilan Nona Chen semalam benar-benar membuatku menyadari apa yang dimaksud dengan nafsu keinginan yang kuat.”

Selesai berkata, aku tersenyum ironis, mengambil tas tanganku dan pergi.

Wajah Chen Liyan berubah biru hijau, dan menendang kursi dengan kuat.

Meskipun aku menang dalam perkataan, membuat Chen Liyan merasa malu, tetapi aku tidak memiliki kesenangan sedikit pun. Siapa yang dicintai Mo Ziqian, haruskah dibicarakan lagi?

Pada sore hari, Mo Ziqian datang untuk menjemputku pulang kerja. Mobil hitamnya berhenti di tangga perusahaan, aku sama sekali tidak ingin naik. Kejadian semalam menjadi sebuah ikatan dalam hatiku, aku tidak ingin berhubungan berlebihan dengannya sebelum melepaskan ikatan ini.

Ketika aku hendak pergi, pintu belakang mobil Mo Ziqian mendorong terbuka dan Qiang-Qiang berteriak, “Mama.”

Barulah aku terlihat Qiang-Qiang, si kecil duduk di barisan belakang mobil Mo Ziqian. Ketika dia melihatku, dia melepaskan sabuk pengaman dan meluncur turun dari kursi. Dia berlari ke arahku, “Mama, kamu tidak pulang semalaman, Qiang-Qiang dan Papa sangat khawatir.”

Mo Ziqian takut aku tidak akan pulang bersamanya, dia membawa Qiang-Qiang ke sini.

Di detik aku melihat Qiang-Qiang, hatiku langsung menyerah, “Mama tidak baik, membuat Qiang-Qiang khawatir.”

Qiang-Qiang mengangkat kepalanya berkata: “Mama, orang yang paling mengkhawatirkanmu adalah Papa, Papa tidak tidur sepanjang malam, dan tidak berhenti meneleponmu, tetapi kamu tidak mengangkatnya.”

Pada saat ini, Mo Ziqian berjalan mendekati, sosok tubuhnya yang tinggi berdiri di depanku, wajah tampannya membawa senyuman yang indah, “Qiang-Qiang telah mengatakan semua yang ingin aku katakan, Wanwan, ayo pulanglah bersama kami. Aku dan Qiang-Qiang tidak bisa hidup tanpamu.”

“Mama, ayo!”

Qiang-Qiang menarik tanganku. Apa lagi yang bisa aku katakan? Hatiku telah menjadi lembut ketika melihat Qiang-Qiang.

Aku masuk ke dalam mobil Mo Ziqian dan mengikutinya kembali ke rumah.

Makan malam, Mo Ziqian yang memasaknya sendiri, aku tidak tahu, kapan dia terlatih menjadi begitu pandai memasak, enam lauk dan satu sup, semuanya sangat lezat.

Melihatnya seperti pelayan di restoran, meletakkan hidangan dari sebuah nampan, aku menahan diri untuk tidak tertawa, Qiang-Qiang berkata: “Mama, sepertinya semua ini adalah makanan yang disukai mama.”

Aku juga tahu itu, dan memang begitu, tetapi aku tetap tidak mengatakan apapun.

Setelah makan, aku menulis laporan di dalam kamar, dan pasangan ayah dan anak itu tiba-tiba masuk.

“Mama.”

Suara Qiang-Qiang membuatku melihat ke belakang, aku melihat tubuh bagian atas Mo Ziqian telanjang, dan membawa rotan di tubuhnya yang tidak tahu dapat dari mana, tangannya terikat di belakang, ditarik masuk oleh Qiang-Qiang dengan kepala menunduk dan wajah kesal.

Sudut mulutku terangkat, apa yang dilakukan orang ini?

“Mama, Papa datang meminta maaf denganmu.” Qiang-Qiang menyipitkan matanya yang bersinar seperti bulan sabit.

Mo Ziqian berpura-pura membuat ekspresi yang sangat bersalah, membungkukkan tubuh dan menundukkan kepalanya berkata: “Maafkan aku istriku sayang, aku tahu diriku bersalah, kalau melakukan kesalahan lagi nanti, silakan istriku memukuli dengan menggunakan rotan ini.”

Kata-kata Mo Ziqian membuatku tertawa.

Apa lagi yang bisa aku katakan? Dia sudah melakukan sampai seperti ini, kalau aku menyalahkannya lagi, itu sama sekali tidak ada artinya.

Aku sengaja mendengus, “Hey bocah, sedang meniru Lian Po, pergi mengaca dulu untuk melihat siapa dirimu.”

Mo Ziqian berkata: “Yayaya, aku telah menghina Lian Po.”

Aku tidak tahan lagi, aku tertawa terbahak-bahak.

Sambil meminta Qiang-Qiang melepaskan rotan di tubuh Mo Ziqian, aku sambil tak berhenti tertawa.

*******(Lian Po adalah jenderal perang yang berkuasa tahun 327-243 sebelum Masehi)******

Pada malam hari, Mo Ziqian selalu mendekatiku, seperti kucing yang rakus, tetapi aku sengaja tidak memberinya. Setelah beberapa kali, dia berhenti meminta. Dia hanya memelukku dan berkata, “Wanwan, aku senang kamu sudah kembali, kalau kamu benar-benar menghilang, aku tidak tahu harus bagaimana untuk hidup, aku pasti akan mencari sebuah mobil dan membiarkannya menabrak mati diriku.”

Pada saat ini, Mo Ziqian, seperti anak kecil, sangat menginginkan suhu tubuhku, memelukku, kepalanya bersandar di leherku, penuh kepuasan dan menyayangi.

Aku berpikir bagus juga kalau waktu bisa terlewati seperti ini.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu