Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 177 Hantu Di Pemakaman

Aku juga malas memberinya penjelasan, siapa yang ikut dengan tuan muda itu, seumur hidup ini takutnya tidak bisa hidup dengan damai.

Akhir pekan, aku menelpon ke Lan Ke, memintanya menemaniku pergi ke pemakaman di pinggiran kota, aku mau melihat makam kekasih Yang Zilan, siapa tahu bisa menemukan suatu petunjuk.

Lan Ke mendengar aku mau pergi ke makam orang itu, sangat lah terkejut, “Kamu mau ke sana? Tempat itu sunyi menyeramkan, apa yang bagus untuk dilihat.”

Aku: “Ya cuma ingin pergi saja ke sana, mau tidak ambil balik pena emasmu, kalau mau ayo bawa aku pergi.”

Lan Ke: “Baik lah. Tapi setelah jam 3 sore aku baru ada waktu kosong.”

Jam 3 sore, Lan Ke mengendarai mobil menjemputku, kita bersama-sama pergi ke pinggiran kota. Pemakaman itu adalah pemakaman terbesar di luar kota, belasan tahun sejarah, satu per satu batu nisan rapat-rapat berdempetan tidak kelihatan pangkalnya, warna langit juga semakin menggelap, dalam hatiku tidak merinding itu tidak lah mungkin.

Lan Ke: “Justru tidak ketemu kalau sembarangan berkeliling. Kamu buru-buru untuk apa.”

Saat sedang mengatakan ini, tiba-tiba ada angin berhembus, meniup ke samping sebuah batu nisan dan bersuara “Hsiung..”, aku ketakutan langsung saja menjambak baju Lan Ke.

Lan Ke menolehkan kepala, melihat mukaku memucat, paras muka yang terkejut ketakutan, tidak sadar tertawa berkata: “Begini saja sudah takut, aku masih mengira sudah berani datang ke tempat ini, kamu juga ada nyalinya.”

“Jangan omong kosong, cepat!”

Aku tidak ingin terperangkap di sini lagi, meski aku juga tidak percaya hal mistis, tapi tempat ini, bagaimanapun juga membuat hati orang merinding.

Lan Ke tertawa sampai menyemprot keluar, “Kalau kamu benar-benar takut, ya tarik tanganku. Aku bisa melindungimu.”

Saat ini, aku masih menggenggam lengan bajunya, mendengar pria itu berkata seperti ini, malah menahan dan ragu, tidak menyentuh tangannya, juga tidak ingin dia terlalu merasa puas diri.

Lan Ke membawa aku berkeliling di pemakaman setegah jam lebih lagi, terakhir sampai ke depan batu nisan yang sudah berumur, “Nah, sepertinya ini.”

Aku melihat ke arah yang ditunjuknya, melihat selembar foto yang menguning di atas batu nisan, itu adalah seorang pria berumur 20an tahun, berpenampilan lumayan tampan, tapi dari wajah orang ini, tidak kelihatan ada bentuk yang mirip denganku.

Atau mungkin, aku benar-benar bukan putri Yang Zilan, tapi ayahku adalah orang lainnya lagi.

Dalam hatiku menyembur perasaan kecewa yang amat kental, perjalanan ke pemakaman ini, tidak menemukan petunjuk sedikit pun.

Tiba-tiba sekejap, ada lagi angin yang menghembus ke sini, saat ini matahari sudah terbenam, di pemakaman ini semakin terasa jelas sunyi seram yang menakutkan, aku terkejut berteriak sebentar, menolehkan kepala ke badan orang yang berada di sampingku.

Sama sekali gerakan tanpa sadar, tidak ada cara lainnya.

Suara tawa Lan Ke pun tersebar di atas kepalaku, sangat lucu sekali, “Lihat kamu ketakutan sampai seperti ini, kalau orang tidak tahu masih mengira kamu benar-benar sudah kelihatan hantu.”

“Ayo jalan, aku bawa kamu keluar.”

Lan Ke langsung menarik tanganku, dan aku masih ketakutan memejamkan mata, Lan Ke berjalan dua langkah, menolehkan kepala berkata: “Ayo buka mata, jangan nanti ketabrak batu nisan lagi.”

Baru lah ini aku membuka mata, dan saat ini, warna langit pada dasarnya sudah gelap sepenuhnya.

Lan Ke membawaku berkeliling jalan-jalan, dan aku sepanjang jalan hanya diam tak bersuara dengan serius mendengarkan saja, denyut jantung pun hampir berhenti, selain dua kaki berusaha mengikuti langkah Lan Ke, sekujur badan terikat erat, otak juga kosong sama sekali, dengan seperti ini dibawa keluar oleh Lan Ke dari pemakaman.

Setelah keluar dari pemakaman, aku menghelakan nafas panjang, dan saat ini, malah sudah hampir ketakutan ingin buang air kecil.

“Aku…. aku mau ke toilet.”

Aku sudah hampir tidak bisa menahan, sekarang baru lah mengerti, mengapa ada beberapa orang yang bisa ngompol pada saat sangat ketakutan, untungnya, aku tidak ngompol di depan muka Lan Ke.

Lan Ke melihatku berwajah penuh derita menutupi perutku, ujung mulut bergoyang, sangat tidak bisa dibayangkan, “Nyali yang begini kecil masih mau datang ke pemakaman, sana jalan, di sana itu ada toilet umum.”

Lan Ke menunjuk ke arah kanan depan.

Aku sudah kabur melihat WC itu di bawah sinar lampu yang remang itu, namun tidak bisa bergerak melangkahkan kaki.

“Kamu… kamu ikut denganku.”

Di tempat seperti ini buang air kecil, bias membuatku jadi ketakutan sekali.

Lan Ke tertawa lepas, langsung menarik tanganku, “Ayo pergi.”

Sesampai di depan toilet umum, Lan Ke di depan menungguku, aku satu orang masuk ke toilet, meski di luar ada orang yang menunggu, tapi masih saja hatiku ketakutan sampai gemetaran, setelah buang air, aku dengan cepat berlari keluar.

Aku seperti ini membuat Lan Ke pun tertawa-tawa lagi.

“Menemani ke toilet. 10 juta rupiah.” Ketika berjalan ke arah parkiran, Lan Ke sambil berjalan sambil berkata dengan gembira.

“Jahat!” Aku memarahinya.

Lan Ke tidak hanya setuju, dengan gaya lunglai berbalik badan, membuatku tanpa persiapan hampir saja bertabrakan ke depan dada pria itu, “Kita berdua sama, aku bukannya berkali-kali dijelek-jelekan olehmu?”

Dia tertawa.

Aku menggunakan mata bak pisau memandang dia sejenak, dia tertawa, membalikkan badan dan berjalan pergi.

Akhirnya masuk ke daerah kota, di depan mata sudah sampai di kemacetan, sinar lampu yang terang gemerlang, jiwaku yang tegang barulah akhirnya melega.

Lan Ke: “Aku masih kelaparan, berencana mau traktir aku makan apa?”

Aku: “Tidak ada uang!”

Sekejap mata terpikir wajah pria itu menagih sebuah pena emas ditambah 10 juta, aku sudah rugi banyak dengan dia, meski pena emas dan uang belum aku berikan ke dia.

Lan Ke: “Kalau tidak aku yang traktir kamu, tapi anggap kamu berhutang padaku.”

Aku bersuara “Huh..”, orang ini juga benar-benar jahat sampai habis.

Lan Ke menghentikan mobil di depan sebuah rumah makan dumpling, “Di sini asal pilih tempat makan, pergi ke tempat yang bagus sedikit, aku takut kamu tidak bisa mengembalikan uang makannya.”

Jelas-jelas dia yang pelit, masih membebani ke aku, selain Lan Ke juga tidak ada yang seperti ini.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu