Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
Pada saat ini, ponselku berdering, Chen Hui yang meneleponku, aku berjalan ke teras dan mengangkatnya, Chen Hui memberitahuku, koki yang bisa membuat daging kecap akan libur tiga hari kemudian, aku bisa menghubungi dia, Chen Hui mengirimiku nomor ponsel orang itu.
Setelah menutup telepon, aku pergi ke dapur memasukkan bahan-bahan yang tersisa ke dalam kulkas, aku bertanya pada perawat kecil apakah dia bisa memasak mie, kalau bisa, besok meminta dia memasak mie untuk Tuan kelima, dia suka makan mie.
Perawat kecil mengerutkan alisnya, dengan penuh khawatir berkata: “Kakak Xiaoxiao, bukankah Tuan kelima suka makan mie yang kamu buat?”
Aku tersenyum. “Mana mungkin, kamu tidak mendengar dia merendahkan mie yang aku buat hingga tak berharga.”
Perawat kecil menaikkan bibirnya, “Tetapi apakah kamu tidak pernah mendengar, memukul karena suka dan marah karena cinta? Tuan kelima semakin meremehkan berarti dia semakin suka!”
Aku tiba-tiba terdiam, ternyata menghina juga dapat memiliki penjelasan yang begitu penuh cinta kasih.
Perawat kecil sedang mencuci piring, aku datang ke luar pintu kamar Tuan kelima, pas mau masuk, tetapi terlihat Tuan kelima sedang berdiri di depan bunga yang aku beli, hidungnya yang mancung mendekati bunga, dia menyipitkan matanya sedang mencium bunga.
Tuan kelima di saat ini sangat ramah, sepertinya mabuk dalam aroma bunga.
Aku tidak berani memecahkan suasana harmoni yang langka ini, dan diam-diam aku membalikkan badan. Duduk di sofa dan menonton pasar saham, pada hari itu Tuan kelima mengatakan bahwa logam non-ferrous akan meningkat, aku sengaja memperhatikannya, benar-benar seperti yang dia katakan, seluruh halaman berwarna merah. (merah artinya harganya naik)
Aku ingin menanyakan padanya nanti, saham mana yang bisa aku beli besok, dan ketika kembali bisa minta Jiayu untuk beli.
Tuan kelima keluar dari kamar, dan wajahnya yang tampan kehilangan kedamaian, terlihat sangat ganas, Dia datang dengan kruk, dan kemudian duduk di sofa sebelah, “Aku haus, tuangkan air untukku!”
Perawat kecil ingin pergi, Tuan kelima berkata dengan nada rendah, “Siapa yang minta kamu ambil!”
Perawat kecil tiba-tiba terkejut dan bergetar.
Aku tahu bahwa Tuan kelima menginginkan aku yang pergi. Untuk mendapatkan informasi tentang saham nanti, aku bangkit dan menuangkan air untuk Tuan kelima, membawa ke depannya, dia menerima gelas dan minum, lalu dengan nada tidak senang berkata: “Kamu ingin membuatku kepanasan!”
Kepalaku penuh dengan garis hitam, air ini sama sekali tidak panas.
Dan pada saat ini juga, aku melihat ada benda kuning muda di ujung hidungnya yang mancung, itu adalah serbuk sari.
Aku tertawa.
Tuan kelima melirikku, “Tertawa apa?”
Aku mengangkat jariku mengelus di hidungnya, terus menunjukkan ujung jari yang terkena sebuk sari ke dia, Tuan kelima mengerutkan hidungnya, seluruh tubuhnya terlihat kaku, “Apa-apaan ini, Xiao Mei pergi buang bunga sampah itu!”
Xiao Mei adalah nama perawat kecil itu, Perawat kecil mendekati, dengan takut dia berkata: “Apakah benar-benar mau membuangnya? Itu dibelikan oleh Kakak Xiaoxiao.”
Tuan kelima memelototi perawat kecil dengan tatapan tajam, “Apakah dia membayar gajimu?”
Perawat kecil kaget dan langsung menggelengkan kepala.
Aku tidak rela melihat dia mempersulit perawat kecil, jadi berkata: “Kalau kamu tidak suka, aku bisa membuangnya sendiri.”
Aku tahu bahwa dia sebenarnya sangat menyukainya, tetapi karena aku menemukan kejadian ini, jadi dia malu mengakuinya, aku masuk ke dalam kamar, mengambil keluar bunga itu, berpura-pura berjalan menuju kearah luar, Tuan kelima langsung berteriak, “Siapa yang minta kamu membuangnya!”
Aku: .........
“Bukankah itu dirimu?”
Aku berkata dengan tidak senang, dalam hati berpikir, emosi Tuan muda ini benar-benar sangat aneh.
“Apakah kamu tuli? Letakan kembali!”
Tuan kelima seperti seorang anak kecil di dalam tubuh dewasa.
Aku menggelengkan kepala, dan mengomel dengan tak berdaya: “Haiks, seseorang meskipun memiliki tubuh orang dewasa, tetapi emosinya seperti anak kecil.”
Aku meletakkan kembali bunga itu, dan berkata pada Tuan kelima: “Kamu istirahat di rumah, aku akan datang lagi beberapa hari.”
Tuan kelima: “Hari apa!”
“Beberapa hari lagi.”
“Berapa hari?”
“Erh........”
Aku berpikir, “Akhir pekan.”
Tuan kelima tidak berkata lagi, tetapi dengan jelas terlihat, dia tidak terlalu senang.
Ketika keluar dari apartemen Tuan kelima, aku telah melupakan masalah tentang saham, aku berjalan ke depan, dan di depan ada sebuah mobil yang berbelok ke sini, aku kebetulan menghalangi jalan mobil itu, jadi pengemudi mobil itu menekan klakson.
Bunyi klakson yang tajam menusuk telinga, aku melihat pada nomor plat mobil yang kukenal, aku mengerutkan alisku, tertegun berdiri di sana tidak bergerak.
Jendela mobil mewah perlahan-lahan diturunkan, Mo Ziqian mengeluarkan wajahnya yang tampan, tidak ada kemarahan di matanya, tetapi membawa sedikit rasa memainkan, “Kenapa, apakah masih ingin melanjutkan hal di ruang pria tempat pemandian?”
Terpikir hari itu, hal yang dia lakukan padaku, akar telingaku terasa panas, aku mengangkat kakiku menendang dengan kejam pada bagian mesin mobil mewah Mo Ziqian, aku mengenakan boots santai, alas sepatunya tebal dan keras, menendang di mobil, mengeluarkan suara yang keras. Orang di samping yang lewat, semuanya mengerutkan alisnya, dengan tidak berani percaya menatapku. Tetapi aku tidak peduli dan menendang beberapa kali di mobil itu.
Hingga emosi hampir selesai dilampiaskan barulah aku mengambil kembali kakiku.
Kaca film di mobil mewah itu sangat tebal, tetapi aku masih juga dapat melihat dalam mobil, sudut mobil Mo Ziqian sedang bergetar, aku mendengus dan barulah melangkah pergi.
Tiga hari kemudian, Chen Hui membawaku pergi mencari koki besar itu di rumahnya, Chen Hui berdiri diluar dapur dan melihat dengan penuh semangat, koki besar selangkah demi selangkah memberitahuku, aku mengikuti perintahnya, melakukannya dengan serius.
Aku dengan serius mengingat setiap perkataan yang dikatakan koki itu, dan di poin-poin penting, aku menggunakan pena dan kertas untuk mencatat.
Koki berkata: “Hidangan ini hanya cara pembuatan dari keluargaku yang paling autentik, tidak pernah menyampaikannya ke orang luar, tetapi aku mengajar ke dua orang, kamu adalah orang kedua.”
“Oh Ya?”
Ternyata ada orang lain yang meminta koki mengajarinya cara pembuatan hidangan ini. Tetapi saat itu semua pikiranku hanya memikirkan tentang cara pembuatan hidangan itu, sama sekali tidak mengingat untuk bertanya siapa orang itu.
Ketika mau pulang, koki itu dengan sopan mengantar kami sampai luar pintu.
Di perjalanan pulang, aku bertanya pada Chen Hui, “Minta koki ini membantuku, apakah kamu menghabiskan banyak uang?”
Chen Hui tersenyum, senyumannya lembut, “Bosnya berhutang budi padaku, kebetulan membayar dengan kesempatan kali ini.”
Aku mengangguk, pasti bos itu memberi keuntungan besar pada koki, mengganti dengan kesempatan koki mengajarku, dan bos juga membalas budi pada Chen Hui dengan kesempatan ini.
“Terima kasih, kakak Chen.”
Aku sangat terharu melihat ke arah Chen Hui, kalau bukan karena aku ingin belajar hidangan ini, Chen Hui bisa saja menyimpan kesempatan balas budi ini untuk dirinya sendiri.
Chen Hui menggelengkn kepalanya, “Gadis bodoh, aku sudah berkata mengganggamu sebagai adikku, kakak berbuat sesuatu untuk adik, bukankah itu memang sudah seharusnya? Masih saja bersikap segan padaku.”
Aku tersenyum segan.
Chen Hui mengantarku ke bawah apartemen, tidak naik ke atas melihat Jiayu, hanya memintaku untuk menyerahkan sebuket bunga yang sudah disiapkan dari tadi untuk Jiayu, dan melaju pergi.
Aku membawa buket bunga mawar putih itu, aromanya memenuhi hidungku, aku sambil naik tangga sambil menciumnya.
Jiayu melihat bunga itu, tersenyum lebih manis dari bunga mawar itu, dia membawa bunga mawar itu dan menciumnya, sambil mencium sambil berkata: “Apakah kamu tahu, Wu Zhihai tidak pernah memberiku bunga, dia bahkan tidak pernah memberiku kado apapun, selain sebatang es krim. Dia mengatakan bahwa itu semuanya tidak berguna, memboroskan uang. Daripada memberikan uang untuk orang lain mendingan menyimpan uang di dalam bank, sekarang aku baru tahu bukan barang-barang itu yang tidak berguna, tetapi dalam hatinya, aku selamanya tidak akan lebih penting dari uang.”
Jiayu tiba-tiba berperasaan, bukan bunga dari Chen Hui yang membuatnya terharu, tetapi karena dia dan Chen Hui hidup bersama akhir-akhir ini, jadinya secara alami terjadi perbandingan antara Chen Hui dan Wu Zhihai.
Sikap Chen Hui pada orang-orang adalah jenis perendaman, perawatan yang perlahan-lahan dalam segala hal, dan Wu Zhihai, dia tertarik oleh Jiayu, hanya karena uang Jiayu dan kemampuan menghasilkan uang.
Dalam dua hari berikutnya, setelah pulang kerja, aku akan langsung masuk ke dapur untuk mencoba membuat daging Kecap. Jiayu mengatakan bahwa itu memang sudah lebih enak daripada sebelumnya.
Pada hari Sabtu, aku datang lagi ke apartemen Tuan kelima. Ketika aku masuk, Aku menghirup aroma bunga di udara. Perawat kecil itu menunjuk ke arah balkon, dan aku melihat ada beberapa pot bunga teratai putih.
Bunganya sangat indah dan aroma bunganya sangat wangi.
Aku sangat kaget, kapan Tuan kelima mulai suka menanam bunga.
Perawat kecil diam-diam berbisik di telingku berkata: “Bunga-bunga diantarkan oleh orang-orang tadi malam. Kurasa, itu khusus disiapkan Tuan kelima untukmu.”
Apa benar karena aku?
Aku tersenyum, tidak peduli siapa yang membeli bunga ini, ini semuanya menandakan bahwa sifat Tuan kelima sedang perlahan-lahan berubah.
“Sedang berbisik apaan, cepat pergi masak, aku sudah lapar!”
Tuan kelima keluar dari kamar tidur, dia mengenakan pakaian kasual, tampan dan bersemangat, tidak menggunakan tongkat, meskipun kakinya yang terluka tampaknya tidak terlalu bertenaga, tetapi situasinya terlihat jauh lebih baik.
Hanya saja wajahnya yang tampan itu tertarik panjang dan kelihatannya dia sangat tidak suka pada kami.
Aku mengangkat alis dan menggelengkan kepalaku dengan acuh tak acuh, aku sudah terbiasa melihat wajah orang ini, dia menariknya seberapa panjang pun tidak dapat menakutiku.
“Apa yang kamu lakukan?”
Ketika dapur mengeluarkan bau daging yang wangi, Tuan kelima berjalan ke pintu dan bertanya.
“Daging Kecap.”
Aku memasak, sambil menjawab.
Tuan kelima: “Kamu bisa?”
Aku: “Kamu boleh mencobanya dulu.”
Setelah setengah jam, aku meletakkan sepanci daging Kecap di atas meja dan Tuan kelima menggerutkan alisnya, “Sepertinya ada sesuatu yang menarik.”
Kemudian dia menggunakan sumpit dan mengambil sepotong daging, menaruhnya ke dalam mulut dan menggigit, “Sayangnya, itu tidak cukup garing, cukup lembek, terlalu lembek.”
Tuan kelima mulai merendahkanku lagi, aku menggerakan sudut mulutku, “Aku masih di tahap belajar, tentu saja belum bisa membuatnya terlalu enak, Tuan muda kamu bersabarlah memakannya.”
“Aku takut belajar hingga tua, juga hanya sampai situ.”
Kata-kata Tuan kelima sama sekali tidak memberi wajah, benar-benar galak.
Aku: “Tuan muda kamu jangan bersikap tidak puas, ini semua karena Qiang-Qiang, karena Qiang-Qiang suka makan ini, jadi aku baru belajar, kalau tidak kamu juga tidak dapat makan.”
Blurhhhhh.....
Tuan kelima muntah.....
“Kamu berkata ini semuanya karena Qiang-Qiang?”
“Ya.”
Aku mengangkat alis melihatnya.
Tuan kelima mendengus, “Aku makan makanan yang kamu buat itu karena ingin mengangkat tinggi harga dirimu,” sambil berkata dengan sombong, sambil memasukkan sepotong daging besar ke dalam mulutnya.
Sebenarnya ketika selesai masak, aku sudah mencobanya dulu, rasanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, sama sekali tidak seburuk yang Tuan kelima katakan.
Tuan muda ini kalau tidak menghinaku, dia akan terasa gatal.
“Tuan muda, akhir-akhir ini saham mana akan meningkat?”
Kedua tanganku aku letakkan di meja, bertanya pada Tuan kelima yang sedang makan makanan yang sebenarnya sangat enak tetapi dia berpura-pura terasa menjijikkan.
Tuan kelima mengangkat matanya melihatku, “Kamu ingin bermain saham?”
Aku: “Aku bertanya untuk temanku, teman baikku.”
Novel Terkait
Adieu
Shi QiNikah Tanpa Cinta
Laura WangCinta Seorang CEO Arogan
MedellineThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlMenantu Hebat
Alwi GoLoving The Pain
AmardaCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)