Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 104 Kejam
"Tidak apa apa. Kamu cepat pergi"
Jiayu juga merasa risau untuk Chen Hui.
Ayah tiri Chen Hui adalah komandan yang tidak memiliki perasaan itu. Selain anaknya Tuan kelima, orang lain tidak akan mempunyai keberanian untuk berlawan dengannya.
Tidak mungkin ada orang yang begitu tidak tahu diri juga.
"Apakah Tuan Kelima yang bertengkar dengannya?"
Aku berdiri dan melihat Chen Hui dengan ekspresi risau
Chen Hui mengangguk, "Tidak tahu kenapa dia bertengkar bersama ayahnya lagi. Ayahnya memukul dia sampai sangat parah"
"Bolehkah kamu memberi tahu aku nanti apakah lukanya parah?"
Aku sangat merisaukan tuan kelima. Orang ini sangat keras kepala. Jika orang lain memiliki ayah seperti ini, orang itu pasti akan menghormati ayahnya seperti Tuhan. Tetapi Tuan Kelima selalu mencoba melawan ayahnya. Aku percaya waktu ayahnya memukul dia, bisa jadi dia masih menunjukkan kepalanya kepada ayahnya agar dia bisa pukul lebih kuat.
Ini adalah Tuan Kelima yang aku kenal.
Chen Hui mengangguk sebelum pergi.
Aku dan Jiayu duduk sebentar, aku tidak memiliki selera lagi. Akhirnya kita membungkus semua makanan dan pulang ke rumah.
Pada saat subuh, Chen Hui mengirimkan pesan teks kepadaku. Katanya Tuan Kelima diantar ke rumah sakit, tulang kakinya patah.
Sebelum pagi, aku sudah bangun. Aku ingin pergi menjenguk Tuan Kelima sebelum pergi kerja. Orang itu pernah menolong aku dan aku sudah memilki perasaan peduli kepada orang itu.
Ketika aku sampai di depan ruang Tuan Kelima, dia sedang marah-marah. Penjaga itu berdiri di depannya dengan badan bergetar. Aku baru saja membuka pintu langsung ada sebuah gelas yang terlempar ke kepalaku.
Secara refleks aku menghindar dan gelas itu menggores telingaku. Telingaku merasa sakit.
"Kenapa kamu di sini"
Setelah gelas jatuh pecah di lantai, Tuan kelima berkata.
Aku mengelus telingaku yang seperti sedang kebakaran.
"Aku hanya datang menjenguk kamu, tidak menyangka kamu akan menyambut aku dengan cara seperti ini"
Sudut mulut Tuan Kelima sedikit terangkat, "Apakah kamu datang menonton leluconku? Ayah memukul anak dengan kuat sampai tulang patah. Tidakkah itu lucu?"
Hatiku merasa sakit. Pria di depanku ini melewati hidup seperti apa? Aku tidak bisa berpikir mengapa orang tua yang kejam itu tega memukul anaknya sampai patah tulang. Bahkan meninggalkan bekas luka di bagian pundaknya.
"Aku sudah bilang aku hanya datang menjenguk kamu. Bukankah kita masih teman?"
Aku memungut semua barang yang di lempar Tuan Kelima dan berkata kepada penjaga, "Kamu keluar dulu"
Penjaga itu segera melarikan dirinya. Di dalam ruangan hanya ada aku dan Tuan Kelima.
Aku mengambil foto X Ray dan melihat tulang kaki yang patah. Hatiku merasa sakit lagi.
Kalau ibu Tuan Kelima, wanita yang kasihan itu masih hidup, seberapa sakit hati dia jika mengetahui anaknya di pukul ayahnya sampai patah tulang.
"Siapa suruh kamu datang, keluar!"
Tuan Kelima sangat emosi,
Aku sudah tahu jelas dengan emosi orang ini. Lagian dia memiliki luka, aku tidak aku marah kepadanya, "Kamu tidak perlu mengusir aku. Aku akan pergi. Aku hanya risau kamu sendiri di rumah sakit makanya aku datang. Aku sudah mau pergi kerja. Kamu istirahat saja"
Aku berjalan keluar, setelah itu ada suara barang dilempar ke lantai lagi, "Siapa suruh kamu pergi?! Berhenti di sana!"
Ini adalah tuan Kelima. Tidak ada logika. Padahal dia yang mengusir kamu, tetapi dia malah berkata siapa yang menyuruh kamu pergi.
Aku berputar balik dan melihat orang emosian itu dengan wajah tenang. Aku sengaja berkata dengan dingin, "Ada apa?"
Ekspresi Tuan Kelima tenggelam, "Jaga aku di sini"
"Aku harus kerja, tuan"
Aku memiliki keinginan menjaga dia tetapi aku sudah ijin kerja terlalu banyak kali. Aku benar benar tidak berani minta ijin lagi. Lagipula tuan ini juga bukan tuan yang mudah dilayani.
"Kalau begitu kamu pergi saja"
Alisku mengerut dan aku berjalan keluar. Penjaga itu berdiri di luar menunngu panggilan Tuan Kelima, aku menyuruh dia untuk agak sabar, Tuan ini agak emosian. Jangan menantang dia, kalau tidak akan semakin susah dilayani.
Penjaga itu berkata dengan wajah kasihan, "Siapa berani menantang dia, saya baru jaga dia satu malam dan dia sudah marah beribu kali. Kalau saya menantang dia, dia akan mengulitiku"
Aku tertawa dengan tidak berdaya, "Dia memang emosian. Tetapi sebenarnya dia baik. Kamu jaga dia dulu, aku akan datang lagi pada malam hari"
"Baik"
Penjaga itu mengangguk
Aku pun pergi kerja. Setelah pulang kerja, aku buru buru pergi ke rumah sakit lagi. Satu lengan tuan kelima sedang di infus, wajahnya yang tampan terlihat emosi lagi. Tidak tahu siapa berbuat salah dengan dia lagi, dia sampai mengangkat tangannya dan melepaskan jarum infus yang berada di tangannya.
"Jangan!"
Aku teriak dan berlari ke sisi tempat tidurnya.
Tetapi aku telat, Tuan Kelima menarik tali infus dengan kuat sehingga jarumnya juga ikut lepas. Darahnya mengenai wajahku. Tempat tidur dan lengan Tuan Kelima juga dikenai banyak tetesan darah.
Penjaga itu berteriak dengan kuat dan bersembunyi di tepi.
Tuan Kelima sama sekali tidak peduli, dia bahkan mau turun dari tempat tidurnya.
Aku benar benar marah, mau sekeras kepala bagaimana pun, orang ini juga tidak boleh meresikokan kesehatan dirinya.
Tuan kelima melihat aku dengan mata cantiknya
"Aku menarik infusku sendiri, mengapa kamu yang cemas?!"
Aku merasa seolah olah ada kapas yang menutupi dadaku. Aku tidak bisa berkata apa apa.
"Bagaimana pun kita juga teman, kamu pernah menolong aku. Aku tentu saja akan cemas melihat kamu menyiksa dirimu"
Tuan Kelima tertawa dengan tidak senang, "Ternyata karena ini"
Waktu berkata, dia mau turun dari tempat tidurnya dengan tangannya yang berdarah dan kakinya yang patah tulang. Aku berteriak, "Naik ke atas!"
Teriakanku membuat Tuan Kelima melihat aku dengan tatapan yang dalam lagi.
Aku marah sampai wajahku memerah, "Kalau ibumu tau kamu menyiksa tubuhmu sendiri, dia akan merasa sangat sedih! Benar, ayahmu tidak menyayangi kamu, tetapi walaupun tidak demi dia, kamu juga harus hidup demi ibumu! Jika ibumu lihat kamu begitu dia akan merasa sangat sakit hati!"
Alis Tuan Kelima mengerut, tiba-tiba dia tertawa, "Mulut kecilmu pandai bicara juga ternyata"
Dia mengangkat kakinya yang patah tulang itu kembali ke tempat tidur dengan lembut dan berbaring di atasnya.
Aku menekan tombol darurat dan setelah itu perawat pun masuk. Melihat darah yang bertetes dimana mana, ekspresi perawat itu menunjukkan kekagetan.
Perawat menginfus lengan Tuan Kelima lagi dan megganti tempat tidur yang baru untuknya juga. Pada saat perawat itu sedang bekerja, Tuan Kelima hanya diam saja. Setelah melakukan semuanya, perawat itu pun segera pergi.
Sepertinya perawat itu sudah tahu emosi jahat tuan ini.
"Berikan ponsel kepadaku"
Tuan Kelima berkata
Aku mengambil ponsel hitam yang berada di atas meja dan memberikan kepada Tuan Kelima. Dia mengambilnya dan membuka internet.
Penjaga mendekatinya, "Tuan, makan malam mau makan apa?"
Tuan Kelima, "Iga babi yang direbus, sup scallop seafood, ikan kakap kukus.
Penjaga pun pergi.
Dalam waktu sejenak perawat itu kembali lagi, "Tuan, kantin rumah sakit tidak memiliki menu seperti ini"
Tuan Kelima memasangkan wajah yang tidak tahu harus berkata apa dan melihat penjaga itu dengan ekspresi apakah kamu bodoh?
Aku memberikan 400 ribu rupiah kepada penjaga itu, "Pergi beli di luar"
Penjaga itu pergi lagi.
Tuan Kelima melirik aku dan terus memainkan ponselnya. Aku duduk di kursi samping tempat tidur dan memejamkan mataku sampai penjaga itu pulang membawa makanan.
Aku meletakkan lauk pauk di atas meja kecil dan Tuan Kelima hanya makan sedikit, "Kamu beli dimana? Mendingan aku makan rumput"
"Tuan, ini beli dari restoran" Aku berkata
Tuan Kelima : "Iya, tidak seenak makanan yang kamu masak"
Aku : "............"
Apakah dia sedang memujiku? Tetapi pria ini selalu mengatakan masakanku tidak enak?
"Lupakan saja. Aku tidak mau makan lagi"
Tuan Kelima melambaikan tangannya, "Pergi sana, jauhkan makanan ini dariku!"
Penjaga itu tidak berani berkata apa pun dan menggeserkan semua makanan dari Tuan Kelima.
"Tuan, kamu akan kelaparan nanti kalau tidak makan"
Aku berkata dengan wajah dingin.
Tuan Kelima melihat aku dengan matanya yang seperti kaca, "Besok aku mau makan mie yang kamu masak"
Aku : "............"
"Boleh. Asal kamu bisa tunggu"
Aku harus kerja pada pagi hari. Jadi aku masak mie pada saat aku pulang ke apartemen pada malam hari. Setelah masak aku membawa mie ke rumah sakit. Tetapi mie adalah makanan yang harus langsung di makan setelah masak, karena dia akan mengembang jika dibiarkan terlalu lama.
Tuan ini benar benar merepotkan.
Ada orang yang mengetuk pintu ruangan, setelah itu ada seseorang yang masuk ke dalam. Aku melihat Chen Hui membawa bunga dan berjalan kepada kita dengan wajah lembut.
Dia menyerahkan bunga segar itu kepadaku, "Cari sebuah vas bunga dan letakkan bunga ini di dalam"
Setelah itu, Chen Hui melihat ke tuan kelima dengan alis mengerut, "Bagaimana lukamu bisa sembuh kalau kamu terus memilih makanan?"
Tuan Kelima, "Jangan pura pura berbaik hati di sini"
Chen Hui mengabaikan kata kata Tuan Kelima, "Aku bertanya kepada dokter tadi. Kakimu bisa sembuh dengan cepat jika kamu istirahat dengan baik. Kalau kamu masih mau keras kepala, proses penyembuhan akan menjadi lambat"
Pada saat berbicara, Chen Hui melihat botol infus yang berada di depannya. Dia mengetuk botol itu dengan lembut beberapa kali, setelah itu proses infus menjadi agak lancar.
Chen Hui menoleh ke penjaga itu dan memberi tahu dia beberapa hal. Setelah itu, dia membuka baju Tuan Kelima dan melihat luka di pundaknya. Tuan Kelima menghindari dia dengan ekspresi jijik.
Novel Terkait
Inventing A Millionaire
EdisonBlooming at that time
White RoseAkibat Pernikahan Dini
CintiaThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensLove In Sunset
ElinaCintaku Yang Dipenuhi Dendam×
- Bab 1 Dua Keluarga
- Bab 2 Kelembutan Terakhir
- Bab 3 Masuk Penjara
- Bab 4 Tingkah Pelacur
- Bab 5 Memberikan Anaknya Kepada Yang Lain
- Bab 6 Seseorang Yang Kaya Dan Misterius
- Bab 7 Tak Terduga
- Bab 8 Begitu Membencimu
- Bab 9 Di Peternakan Kuda
- Bab 10 Campur Tangan Tuan Kelima
- Bab 11 Main Ganda
- Bab 12 Cinta Satu-Satunya
- Bab 13 Anakku
- Bab 14 Belajar Menyenangkanku
- Bab 15 Peran Yang Memalukan
- Bab 16 Penyesalan
- Bab 17 Penuh Keraguan
- Bab 18 Terperangkap
- Bab 19 Penuh dengan Akal Buruk
- Bab 20 Pasangan Serasi
- Bab 21 Memiliki Kesempatan
- Bab 22 Konferensi Pers
- Bab 23 Sangat Memalukan
- Bab 24 Tidak Ada Seorang Pun
- Bab 25 Ciuman Di Luar Kendali
- Bab 26 Membahayakan Dirinya Sendiri
- Bab 27 Paling Menyesal Pernah Mencintaimu
- Bab 28 Suatu Ancaman
- Bab 29 Orang-Orang Malang
- Bab 30 Antara Cinta Dan Benci
- Bab 31 Pembalasan Li Li
- Bab 32 Keterlaluan Bodohnya
- Bab 33 Bersedia Cuci Tangan dan Membuat Sup
- Bab 34 Gangguan Kepribadian
- Bab 35 Dia Mengidap Penyakit Kotor
- Bab 36 Kamu Hanya Bisa Menjadi Milikku
- Bab 37 Orang-Orang Munafik
- Bab 38 Skandal dan Gosip Melanda
- Bab 39 Dikurung
- Bab 40 Proposal Lamaran
- Bab 41 Sifat Tuan Muda
- Bab 42 Memanggil Wartawan
- Bab 43 Tidak Memahami
- Bab 44 Penyergapan Dimana-mana
- Bab 45 Ayah dan Putra yang Berpapasan
- Bab 46 Insting Ibu Dan Anak
- Bab 47 Permainan Mengerikan
- Bab 48 Godaan
- Bab 49 Keracunan Alkohol
- Bab 50 Dirimu Yang Kejam
- Bab 51 Seekor Rubah
- Bab 52 Marah Setengah Mati
- Bab 53 Sudah Di Jalur Yang Benar
- Bab 54 Dikacaukan Dua Kali
- Bab 55 Pria-Pria Brengsek
- Bab 56 Pemesan Kue Misterius
- Bab 57 Identitas Hu Yeming, Pimpinan Kejahatan
- Bab 58 Pandangan Cinta
- Bab 59 Balasan Jahat Untuk Orang Jahat
- Bab 60 Muntah
- Bab 61 Kekasih Lain
- Bab 62 Bantuan
- Bab 63 Bersama Di Mobil Mogok
- Bab 64 Waktu Itu Sangat Indah
- Bab 65 Menjijikan
- Bab 66 Gempa Bumi
- Bab 67 Menyerang Membabi Buta
- Bab 68 Golongan Darah Panda
- Bab 69 Dia Adalah Putramu !
- Bab 70 Ganti Rumah Sakit
- Bab 71 Siapa Yang Berbohong
- Bab 72 Kejutan
- Bab 73 Mengakui Pencuri Sebagai Ibunya
- Bab 74 Kembali Ke Tempat Semula
- Bab 75 Sudah Pergi
- Bab 76 Kesedihan Di Hati
- Bab 77 Ayah Angkat
- Bab 78 Membersihkan Pistol Keluar Api
- Bab 79 Gelang
- Bab 80 Merendahkan
- Bab 81 Membawa Pergi
- Bab 82 Seperti Seorang Kakak
- Bab 83 Kacau Balau
- Bab 84 Bersembunyi di Ruang Rahasia
- Bab 85 Istri Teman
- Bab 86 Kebakaran Besar
- Bab 87 Menyangkal
- Bab 88 Sinis
- Bab 89 Sedikit Trik
- Bab 90 Membayar Dengan Tubuh
- Bab 91 Seperti Mimpi
- Bab 92 Wanita Cantik Yang Kehilangan Kaki
- Bab 93 Potong Perutnya
- Bab 94 Chen Liyan Ditampar
- Bab 95 Pesta Topeng
- Bab 96 Langit Malam
- Bab 97 Pergi Jauh
- Bab 98 Menangkap Basah
- Bab 99 Aku Akan Tanggung Untukmu
- Bab 100 Rela Diselingkuhi
- Bab 101 Selalu Mencintainya
- Bab 102 Itu Dia
- Bab 103 Menjaganya
- Bab 104 Kejam
- Bab 105 Manusia Yang Tidak Memiliki Hati Nurani
- Bab 106 Membantu Dia Mengugurkan Anaknya
- Bab 107 Dia Menyukaimu
- Bab 108 Memaksa
- Bab 109 Tidak Masuk Akal
- Bab 110 Siapa Itu
- Bab 111 Hukuman Yang Mesra
- Bab 112 Malu Dan Marah
- Bab 113 Menyukai Orang Yang Memasak Mie
- Bab 114 Menikmati
- Bab 115 Aneh
- Bab 116 Kesedihan Hati di Kanada (1)
- Bab 116 Kesedihan Di Kanada (2)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (1)
- Bab 117 Bertemu Di Bandara (2)
- Bab 118 Masuk Perangkap (1)
- Bab 118 Masuk Perangkap (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (1)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (2)
- Bab 119 Harapan Yang Remuk (3)
- Bab 120 Jebakan (1)
- Bab 120 Jebakan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (1)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (2)
- Bab 121 Memperjelas Batasan Hubungan (3)
- Bab 122 Koma (1)
- Bab 122 Koma (2)
- Bab 123 Melepaskan (1)
- Bab 123 Melepaskan (2)
- Bab 123 Melepaskan (3)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (1)
- Bab 124 Bangun Dari Koma (2)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (1)
- Bab 125 Calon Suami Yang Ideal (2)
- Bab 126 Sulit Dipercaya
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (1)
- Bab 127 Tidak Dapat Menerima (2)
- Bab 128 Relaks (1)
- Bab 128 Relaks (2)
- Bab 128 Relaks (3)
- Bab 129 Dirampok (1)
- Bab 129 Dirampok (2)
- Bab 129 Dirampok (3)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (1)
- Bab 130 Berusaha Bertahan Hidup (2)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (1)
- Bab 131 Siapa Yang Akan Kamu Selamatkan Dulu (2)
- Bab 132 Perangkap (1)
- Bab 132 Perangkap (2)
- Bab 133 Meninggikan (1)
- Bab 133 Meninggikan (2)
- Bab 134 Mempermalukan (1)
- Bab 134 Mempermalukan (2)
- Bab 135 Wanita Murahan (1)
- Bab 135 Wanita Murahan (2)
- Bab 136 Cadangan (1)
- Bab 136 Cadangan (2)
- Bab 137 Konflik (1)
- Bab 137 Konflik (2)
- Bab 138 Dinyatakan (1)
- Bab 138 Dinyatakan (2)
- Bab 139 Perubahan (1)
- Bab 139 Perubahan (2)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (1)
- Bab 140 Ular Kecil Berbisa (2)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (1)
- Bab 141 Jatuh Dalam Perangkap (2)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (1)
- Bab 142 Bentuk Aslinya (2)
- Bab 143 Mengkhianati (1)
- Bab 143 Mengkhianati (2)
- Bab 144 Anak Siapa (1)
- Bab 144 Anak Siapa (2)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (1)
- Bab 145 Cara Tuan Muda Mengungkapkan Cinta (2)
- Bab 146 Perencanaan (1)
- Bab 146 Perencanaan (2)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (1)
- Bab 147 Hanya Menginginkan Kamu (2)
- Bab 148 Bajingan (1)
- Bab 148 Bajingan (2)
- Bab 149 Apakah Kamu Merasa Puas? (1)
- Bab 149 Apa Kamu Merasa Puas ? (2)
- Bab 150 Gila (1)
- Bab 150 Gila (2)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (1)
- Bab 151 Pengungkapan Cinta Dari Tuan Muda (2)
- Bab 153 Menyogok (1)
- Bab 152 Menyogok (2)
- Bab 153 Identitas (1)
- Bab 153 Identitas (2)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (1)
- Bab 154 Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 155 Jatuh Cinta (1)
- Bab 155 Jatuh Cinta (2)
- Bab 156 Berciuman (1)
- Bab 156 Berciuman (2)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (1)
- Bab 157 Tidak Boleh Melahirkan Anak (2)
- Bab158 PindahTempat (1)
- Bab 158 Pindah Tempat (2)
- Bab 159 Serba Salah (1)
- Bab 159 Serba Salah (2)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (1)
- Bab 160 Pergi Dengan Bangga (2)
- Bab 161 Bodoh Sekali (1)
- Bab 161 Bodoh Sekali (2)
- Bab 162 Tidak Tega (1)
- Bab 162 Tidak Tega (2)
- Bab 163 Jantung Berdebar (1)
- Bab 163 Jantung Berdebar (2)
- Bab 164 Pengkhianatan (1)
- Bab 164 Pengkhianatan (2)
- Bab 165 Wajah Memerah (1)
- Bab 165 Wajah Memerah (2)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (1)
- Bab 166 Datang Mengunjungi (2)
- Bab 167 Pacar (1)
- Bab 167 Pacar (2)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 168 Terlihat Semuanya (1)
- Bab 169 Mengusir (1)
- Bab 169 Mengusir (2)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 170 Benar-Benar Peduli (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (1)
- Bab 171 Rahasia Identitas (2)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (1)
- Bab 172 Membersihkan Wanita (2)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (1)
- Bab 173 Bahaya Di kota Kuno (2)
- Bab 174 Sepupu (1)
- Bab 174 Sepupu (2)
- Bab 175 Mata-mata (1)
- Bab 175 Mata-Mata (2)
- Bab 176 Memeluk (1)
- Bab 176 Memeluk (2)
- Bab 177 Hantu Di Pemakaman
- Bab 177 Ketakutan Hantu Di Pemakaman
- Bab 178 Memihak Kesalahan (1)
- Bab 178 Memihak Kesalahan (2)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (1)
- Bab 179 Mirip Yang Zilan (2)
- Bab 180 Istri (1)
- Bab 180 Istri (2)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (1)
- Bab 181 Tidak Mencintaimu Lagi (2)
- Bab 182 Hati Dingin (1)
- Bab 182 Hati Dingin (2)
- Bab 183 Masuk Perangkap (1)
- Bab 183 Masuk Perangkap (2)
- Bab 184 Wanita Bodoh (1)
- Bab 184 Wanita Bodoh (2)
- Bab 185 Rela (1)
- BAB 185 Rela (2)
- Bab 186 Sembahyang (1)
- Bab 186 Sembahyang (2)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (1)
- Bab 187 Menguntungkan Suami (2)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (1)
- Bab 188 Ibu Rumah Tangga Muda (2)
- Bab 189 Pukul (1)
- Bab 189 Pukul (2)
- bab 190 Bersikap Imut (1)
- bab 190 Bersikap Imut (2)
- Bab 191 Tipuan (1)
- bab 191 Tipuan (2)
- Bab 192 Pesta (1)
- Bab 192 Pesta (2)
- Bab 193 Muntah Darah (1)
- Bab 193 Muntah Darah (2)
- Bab 194 Pacar Baru (1)
- Bab 194 Pacar Baru (2)
- Bab 195 Panggil Mama (1)
- Bab 195 Panggil Mama (2)
- Bab 196 Tidur Bersama (1)
- Bab 196 Tidur Bersama (2)
- Bab 197 Panda (1)
- Bab 197 Panda (2)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (1)
- Bab 198 Bukan Anak Biologis (2)
- Bab 199 Menyalahkan (1)
- Bab 199 Menyalahkan (2)
- Bab 200 Penuaan Dini (1)
- Bab 200 Penuaan Dini (2)
- Bab 201 Suka atau Tidak Suka (1)
- Bab 201 Sama Tidak Sama
- Bab 202 Ganti Pasangan (1)
- Bab 202 Ganti Pasangan (2)
- Bab 203 Bodoh (1)
- Bab 203 Bodoh (2)
- Bab 204 Pelajaran (1)
- Bab 204 Pelajaran (2)
- Bab 205 Peduli (1)
- Bab 205 Peduli (2)
- Bab 206 Pertunangan (1)
- Bab 206 Pertunangan (2)
- Bab 207 Tuduhan (1)
- Bab 207 Tuduhan (2)
- Bab 208 Identitas (1)
- Bab 208 Identitas (2)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (1)
- Bab 209 Pencitraan dan Mencari Sensasi (2)
- Bab 210 Mimpi (1)
- Bab 210 Mimpi (2)
- Bab 211 Merindukanmu (1)
- Bab 211 Merindukanmu (2)
- Bab 212 Jarum Berdarah (1)
- Bab 212 Jarum Berdarah (2)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiri (1)
- Bab 213 Tidak Menghormati Diri Sendiiri (2)
- Bab 214 Tembakan (1)
- Bab 214 Tembakan (2)
- Bab 215 Keguguran (1)
- Bab 215 Keguguran (2)
- Bab 216 Harta Warisan (1)
- Bab 216 Harta Warisan (2)
- Bab 217 Perjalanan Bisnis (1)
- Bab 217 Perjalanan (2)
- Bab 218 Anak Kandung (1)
- Bab 218 Anak Kandung (2)
- Bab 219 Ayah (1)
- Bab 219 Ayah (2)
- Bab 220 Kejam (1)
- Bab 220 Kejam (2)
- Bab 221 Mandul (1)
- Bab 221 Mandul (2)
- Bab 222 Egois (1)
- Bab 222 Egois (2)
- Bab 232 Memberikan Pelukan (1)
- bab 232 Memberikan Pelukan (2)
- Bab 224 Menikah Denganmu (1)
- Bab 224 Menikah Denganmu (2)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (1)
- Bab 225 Diriku yang Tidak Jujur (2)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (1)
- Bab 226 Pertunjukan Seru (2)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (3)
- Bab 227 Pertunjukkan Bagus (4)
- Bab 228 Garis Merah (1)
- Bab 228 Garis Merah (2)
- Bab 229 Dalam Masalah (1)
- Bab 229 Dalam Masalah (2)
- Bab 230 Muntah (1)
- Bab 230 Mual (2)
- Bab 231 Berbahaya (1)
- Bab 231 Berbahaya (2)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (1)
- Bab 232 Kembali Ke Dalam Negeri (2)
- Bab 233 Kecurigaan (1)
- Bab 233 Kecurigaan (2)
- Bab 234 Bantuan (1)
- Bab 234 Bantuan (2)
- Bab 235 Marah
- Bab 236 Dibebaskan (1)
- Bab 236 Dibebaskan (2)
- Bab 237 Pernikahan (1)
- Bab 237 Pernikahan (2)
- Bab 238 Munafik (1)
- Bab 238 Munafik (2)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (1)
- Bab 239 Seperti Seorang Anak Kecil (2)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (1)
- Bab 240 Tidak Menyentuhnya (2)
- Bab 241 Gangguan (1)
- Bab 241 Gangguan (2)
- Bab 242 HIV (1)
- Bab 242 HIV(2)
- Bab 243 Pendarahan Otak (1)
- Bab 243 Pendarahan Otak (2)
- Bab 244 Tamparan (1)
- Bab 244 Tamparan (2)
- Bab 245 Keracunan Makanan (1)
- Bab 245 Keracunan Makanan (2)
- Bab 246 Selingkuh (1)
- Bab 246 Selingkuh (2)
- Bab 247 Vasektomi (1)
- Bab 247 Vasektomi (2)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (1)
- Bab 248 Pertunjukkan Bagus (2)
- Bab 249 Canggung
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (1)
- Bab 250 (Episode Terakhir) Muka Manusia Bagaikan Kulit Kayu Pada Pohon (2)
- Bab 251 (Episode Terakhir) Kekerasan Tuan Muda
- Bab 252(Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (1)
- Bab 252 (Episode Terakhir) Memetik Bunga Persik (2)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (1)
- Bab 253 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (2)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (3)
- Bab 254 (Episode Terakhir) Kisah Mo Ziqian (4)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (1)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (2)
- Bab 255 (Bab Terakhir) : 15 Tahun 1 Balas Dendam (3)