Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - bab 190 Bersikap Imut (2)

Setelah menyantap sarapan, aku mengantar Qiang Qiang ke TK, sekalian berangkat kerja, sesaat sebelum pergi, aku mengingatkan Tuan Kelima supaya istirahat baik-baik untuk pemulihan di rumah, jangan pergi kerja dulu, Tuan Kelima seperti bocah besar yang menurut, saat mengangguk sangatlah alim dan lucu.

Aku belum lama sampai ke perusahaan, Nyonya Wu sudah datang.

Ia tanpa permisi masuk ke kantor, seperti di sampingnya tak ada orang, ia berjalan ke sampingku, agak membungkuk, melihat ke sekitar telingaku.

“Kamu mau apa!”

Aku dilihatnya sampai kulit kepala mati rasa, wanita ini kenapa lagi.

Nyonya Wu tegak lagi, dengan wajah tidak percaya, “wah benar ya, benar-benar ada tahi lalat.”

Aku pusing, ternyata Nyonya ini khusus datang ke kantor untuk melihat tahi lalat di belakang telingaku.

“Nyonya, di belakang telingaku ada tahi lalat, terus kenapa?”

Aku menghentikan pekerjaanku, melihat kearahnya dengan agak tak sabar.

Nyonya Wu mengulurkan tangannya dan meraba telinganya sendiri, “aku juga ada di sini, aneh sekali, tempat kita tumbuh tahi lalat sama.”

“ya terus kenapa.”

Karena wanita ini bukan Yang Zilan, aku juga tak ada yang bisa dibicarakan lagi dengannya.

Semua tahi lalat itu, pasti hanya kebetulan saja.

Nyonya Wu: “tahi lalatku ini keturunan, mamaku ada, nenekku juga ada. Tapi tak tahu kenapa, Aisha tidak ada.”

Nyonya Wu seperti anak kecil saja saat menunjukkan raut wajah yang sangat suram, ketika bicara putrinya tak menurunkan tahi lalat di belakang kupingnya.

“Ya terus bagaimana, bisa saja saat sampai ke dia, genetika yang diturunkan sudah berubah?”

Nyonya Wu mengernyitkan alis, dengan raut wajah yang sangat kebingungan, “memang bisa begitu ya? Di keluargaku beberapa generasi semuanya ada, kenapa cuma Aisha yang tidak ada?”

“oh, omong-omong, telinga mamamu ada tahi lalat tidak?”

Nyonya Wu tiba-tiba berbalik badan dan bertanya.

Aku menggelengkan kepala, “aku tidak punya mama, pada saat aku lahir ia sudah langsung membuangku, nyonya, masih ada yang mau kamu tanyakan?”

Nyonya Wu:“kalau begitu kamu tidak punya ayah juga? Yah, benar-benar anak yang kasihan.”

Nyonya Wu tiba-tiba menunjukkan ekspresi kasihan padaku, menggelengkan kepala dan menghela nafas.

“Anak yang kasihan?”

Tiba-tiba ada suara seorang pria, suara berat yang menarik.

Dari luar sudah ada bayangan seseorang yang paruh baya namun tenang memasuki ruangan, para rekan kerja semua berdiri dan menyapa: “selamat datang bos.”

Benar sekali, orang yang masuk, suaminya Nyonya Wu, papanya Aisha, salah satu partner di firma hukum itu.

Sekalinya Nyonya Wu melihat suaminya, tiba-tiba terisak, dengan suara yang tertahan isakannya berkata: “anak ini benar-benar terlalu kasihan, tanpa disangka ia tak punya orang tua, anak yang dibuang, sama sepertiku.”

Kata-kata Nyonya Wu membuatku terdiam, wanita ini, anak yang dibuang juga?

Bos tertawa, mengulurkan lengannya dan menarik istrinya kedalam pelukannya, dengan suara lembut ia menghibur: “Ai Lisi jangan menangis, jangan menangis ya.”

Bos ini merangkul pinggang ramping istrinya, sudah seperti menghibur anak kecil saja, memeluk dan membawanya ke luar. Aku terbengong untuk beberapa waktu.

Bos ini, apakah ia benar yang dibicarakan sebagai penyayang istri yang ekstrim?

Di hadapan pekerja sebanyak itu, tanpa disangka ia menghibur istrinya seperti menghibur anak kecil.

Saat Bos Wu merangkul istrinya keluar kantor, ia menoleh dan melambaikan tangan pada kami, “kalian lanjut saja.”

Kemudian, ia merangkul pundak Nyonya Wu sambil menghibur sambil berjalan pergi.

Rekan-rekan kerja di kantor, selain 2 yang baru datang, ada juga yang terdiam karena adegan ini, pekerja lama semuanya terlihat sangat biasa saja, seperti dari awal sudah terbiasa dengan adegan seperti ini.

Seorang rekan kerja baru tak tahan berkata: “wah, bos lelaki sejati ya, jadi istrinya pasti sangat bahagia.”

Memang benar bahagia, tidak tahu juga pria normal seperti bos ini, mana tahan ketidakjelasan dan keributan mulut Ai Lisi nya.

Kembali ke rumah, Tuan Kelima sudah menggantikan aku menjemput Qiang Qiang, aku lihat sekilas lengannya, sepertinya sudah agak berkurang bengkaknya.

Tapi pada saat makan malam, ia malah bersikap imut seperti anak kecil, “tidak bisa angkat sumpitnya, ok lah, suapi aku ya?”

Aku memonyongkan bibirku, berkata pada Qiang Qiang:“Qiang Qiang, kamu suapi ayah angkatmu.”

Qiang Qiang melihat ke arahku, melihat lagi ke Tuan Kelima, mengangguk.

Mata Tuan Kelima jadi gelap, mempelototi anak itu, anak itu segera menarik kembali tatapannya, berkata dengan baik: “mama, Qiang Qiang sendiri juga harus makan, mama saja yang suapi ayah angkat!” selesai bicara, ia kemudian mulai menggunakan sumpit tanpa henti memasukkan makanan ke mulut kecilnya.

Aku melihat Tuan Kelima sekilas, orang ini terluka, tapi di bagian tertentu masih saja tidak bisa diam.

Aku terpaksa mengambil sumpit dan menyuapinya, Tuan Kelima sudah seperti bocah besar saja, aku kasih sesuap, ia buka mulut, kalau aku suapkan telat sedikit, ia akan membuka mulutnya dan menganga kepadaku, aku benar-benar ingin memukul kepalanya dengan sumpit: kamu itu, pura-pura saja.

Keesokannya sudah hari Sabtu, Qiang Qiang dan tuan muda itu bertanding sengit mahjong di rumah, aku pergi beli bahan masak, sekalian jalan-jalan.

Tidak jauh dari area militer, ada sebuah pasar barang antik, asli atau palsu yang buruk bercampur dengan yang baik.

Tapi banyak juga orang yang mendapatkan barang asli, sudah seperti menemukan harta karun.

Aku tiba-tiba tergerak untuk berjalan ke sana, tanpa disangka melihat sesosok yang familiar.

Ia memakai pakaian dan jaket ala China, dengan tangannya di belakang punggung, punggungnya nampak lumayan bidang, mengelilingi jalanan panjang itu tanpa tujuan.

Pengawal mengikuti dengan menjaga jarak secukupnya.

Apa Kepala Militer ini juga datang belanja?

Aku berjalan mengikuti dengan penuh penasaran.

Kepala Militer berhenti di depan stand lukisan antik, dengan seksama dan hati-hati memperhatikan sebuah lukisan anggrek.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu