Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 129 Dirampok (3)

Sebuah tangan besar yang dingin tiba-tiba mencubit daguku, dilapisi oleh kantong, “Aku sudah menangkap wanitanya, aku yakin pasti dia akan mengantarkan nyawanya sendiri!”

Usai Hu Yeming berkata, dia pun meremas dengan keras daguku, saat itu aku merasakan sakit yang menembus ke dalam hati dan menusuk ke tulang, tidak tahu apakah tulang rahangku patah tidak.

Tidak tahu mobil berhenti dimana, Hu Yeming turun dari mobil, aku juga didorong turun, tidak bisa melihat apa-apa, didorong mereka seperti ni, ‘buk’ aku terjatuh.

Langsung saja dua lutut sakit bak terbakar api.

Orang-orang itu tidak peduli apapun, mengangkatku berdiri, mendorongku masuk ke dalam suatu rumah.

Karung di wajahku dibuka, sinar terang yang tiba-tiba datang membuatku tertusuk hampir tidak bisa membuka mata, aku melihat diriku sudah berada di sebuah kamar dengan tembok yang beraneka warna, Hu Yeming duduk di kursi yang terlihat sangat jelek dan lama merokok, di sampingku, berdiri dua orang pria berbadan besar tegap.

Mereka adalah bawahan yang kabur bersama Hu Yeming.

Mata Hu Yeming yang kejam berpindah ke arahku, “Berikan handphone ke wanita itu, suruh dia telepon ke Mo Ziqian.”

Seorang bawahannya langsung membuka tasku, dari dalam mengambil handphoneku, memberinya padaku, “Cepat, Kakak Hu menunggu!”

Aku tidak bergerak, tidak menerima handphone itu, kalau aku menelepon ke Mo Ziqian, aku bisa mencelakainya, hal seperti ini, aku tidak akan melakukannya.

“Ayo telepon!”

Melihat aku berdiri tak bergerak, amarah Hu Yeming pun mengucur, satu tamparan melandas di mukaku. Aku seketika terjatuh ke lantai dipukul oleh pria itu.

Setengah wajah dan telinga itu saat itu pun mati rasa, darah mengalir keluar dari lubang hidung dan ujung mulutku. Bau amis yang manis mengisi mulut.

Hu Yeming juga menendang ke badanku, “Tidak mau telepon ya? kalau tidak telepon aku pukuli sampai mati kamu!”

Hu Yeming berturut-turut menendang beberapa kali di tubuhku, kedua tanganku membungkus kepala, badanku ditendang sampai tak henti-hentinya berguling, tulang rusuk seperti pun sudah patah.

“Telepon Mo Ziqian, bilang ke dia, wanitanya ada di tanganku!” Hu Yeming tidak berhasil menyuruhku, kemudian memerintahkan bawahannya.

Bawahan itu segera memakai teleponku menelepon nomor Mo Ziqian, ketika kedengaran suara Mo Ziqian dari sana, Hu Yeming mengambil handphonenya, “Dengar, Tuan Mo, wanita yang paling kamu cintai ada ditanganku, kalau kamu tidak ingin dia mati, ke sini sekarang juga, aku menunggumu di sini, andai kamu berani melapor ke polisi, aku bunuh dia sekarang juga!”

“Hu Yeming!”

Suara berat dan marah Mo Ziqian, gemetaran tidak jelas, “Kamu kalau berani melukainya satu rambut saja, aku akan membuatmu lenyap!”

Hu Yeming Hehe tertawa dingin, “Kalau begitu aku mau lihat, Mo Ziqian, aku menunggumu, jangan membuatku menunggu terlalu lama.”

Hu Yeming tertawa dingin menutup telepon, memerintahkan bawahan, “Kurung dia di tempat Tuan Ketiga sana.”

Telingaku tiba-tiba terkejut, di otakku langsung saja terpikir akan 3 ekor ular python, Hu Yeming melarikan diri di luar, tidak disangka juga membawa 3 ekor ular python itu kah?

Dan kemudian tidak membiarkan aku berpikir panjang, dua bawahan itu masing-masing menarik satu lenganku, mendorongku masuk ke dalam kamar lainnya, rumah ini mirip seperti Gudang, tidak ada jendela di keempat sisinya, di atas sana malah ada satu jendela kecil, bisa kelihatan bintang-bintang di langit.

Kedua orang itu mendorongku masuk ke dalam kamar kecil yang penuh aura pembunuhan, kemudian mengunci pintunya.

Aku dengan sangat waspada mengamati sekeliling, tiga ekor itu tidak tahu dimana, kalau tiba-tiba saja muncul keluar, aku bisa langsung tak bernyawa. Tiba-tiba aku kelihatan di kiri depan ada sedikit cahaya hijau kehijauan.

Nafasku langsung tersesak, satu, dua, pas enam, enam titik cahaya hijau itu adalah mata dari 3 ekor ular itu.

Jantungku terangkat erat sekali, dadaku germetar kuat, rambut di sekujur badanku pun langsung naik semua, keringat dingin dengan cepat membasahi kemejaku, tiga ekor ular itu di tempat yang berjarak 2-3 meter dariku.

Aku diam-diam, dengan kuat menahan nafasku, sorotan mata yang membeku diam memelototi mereka, tidak bergerak sedikit pun.

Andai aku bergerak saja sebentar, takutnya mereka pun akan menyerbu ke sini menyobekku menjadi beberapa potong lalu hidup-hidup memakanku.

Setengah hari sudah berlalu, aku hanya terdengar suara-suara halus yang berdesau yang tersebar dari sana, dan tidak kelihatan mereka merayap kemari.

Bulan di langit, sinarnya pun memancar masuk melalui kaca di atas sana, aku baru lah bisa melihat jelas, di seberang sana tak disangka diletakkan sebuah barang seperti kotak kayu, mereka dikurung di kotak kayu yang bercelah-celah itu.

Aku pun tiba-tiba menjadi lega, untunglah, kalau tidak, aku takutnya tidak bisa hidup sampai besok.

Hu Yeming mau menjadikanku sebagai umpan untuk membuat Mo Ziqian masuk ke dalam perangkapnya, tentu saja tidak akan membuatku mati begitu cepat.

Aku langsung berbaring di lantai, ini baru lah merasakan sakit di seluruh badan, terlebih lagi muka, sepertinya sudah bengkak, sebelah telingaku sekarang juga tidak bisa mendengar suara dengan jelas, darah di hidung dan ujung mulutku sudah mengering dan menempel di wajahku.

Aku mengusapnya dengan tangan, juga tidak tahu sudah menghapus bersih atau belum.

Cahaya bulan perlahan melintas ke pohon, sinar dalam ruang gelap pun perlahan memudar, kelopak mataku pun dengan berat menutup.

Tidak tahu sudah berlalu berapa lama, aku terbangun ditendang orang, “Tidur pula, ayo bangun!”

Kakiku sepertinya sudah ditendang putus, sakitnya bukan main, aku menahan sakit, mengenyampingkan badan berdiri, orang itu malah tidak mempedulikanku lagi, tangannya membawa 3 ekor ayam dan melemparnya ke dalam kotak kayu yang mengurung tiga ekor ular itu.

Sesaat, bulu ayam berterbangan, suara ayam itu sangat mengerikan untuk ditonton.

3 ekor ayam dengan cepat dimakan habis oleh mereka.

Bulu-bulu ayam itu terjatuh di badanku, teringat akan kejadian pembunuhan tadi, aku ingin muntah, tapi aku yang belum makan pagi, tidak ada apa pun yang bisa kumuntahkan.

Aku hanya memegangi perutku, muntah kering.

Usai memberi makan ular orang itu pun pergi, pintu kamar kembali dikunci.

Saat ini, dalam ruangan sudah ada sebuah sinar cahaya, sudah pagi, aku melihat tiga ular dengan waspada melototiku. Tiga ekor ayam sepertinya belum mengisi kenyang perut mereka, mereka seharusnya sedang berpikir bagaimana mau memakan aku orang besar yang hidup ini.

Keringat dinginku menetes kembali.

Hatiku mengharapkan Mo Ziqian datang menyelamatkanku, juga berharap pria itu tidak datang, kalau dia tidak datang, hanya aku seorang yang mati, andaikan dia datang, yang mati jadi dua orang.

Kita berdua mati tidak apa-apa, bagaimana dengan Qiang Qiang? Anak itu tidak bisa sudah tidak ada ibu juga tidak ada ayah.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu