Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 129 Dirampok (2)

Hatiku menciut, dengan jujur mengatakan, “Sebenarnya, Gao Le mau memukul Gao Xing, aku menghadangnya, dia pun terpukul aku.”

Mata pisau Mo Ziqian jadi bertambah cemerlang lagi, “Tangan mana yang memukul.”

Aku: “Kanan.”

Mo Ziqian: “Em, besok habislah tangan itu.”

Aku: …..

Mobil terus berjalan, segera sampai di rumah, aku dan Mo Ziqian turun dari mobil, Mo Ziqian malah menundukkan kepala melihat-lihat di badan belakangku, selanjutnya dengan segera memukul di pantatku, dengan rasa benci dia berkata: “Kalau berani membiarkan siapapun menyentuh milikmu ini, kamu pun akan aku hukum!”

Aku langsung tidak tahu harus berkata apa.

Mo Ziqian duluan masuk ke rumah, setelahnya aku juga berjalan masuk, yang membuatku tidak menyangka itu adalah Wen Yiru sudah kembali, sedang berbincang-bincang dengan Qiang Qiang di ruang tamu. Ketika Mo Ziqian kelihatan Wen Yiru, langkah kaki saat itu juga terhenti, bayangan punggung yang langsing dan tegap itu seketika menjadi lurus dan kaku. Dan Wen Yiru, juga terbengong sebentar, pandangan mata yang damai itu ada rasa terkejut dan juga bersemangat, aku terlihat getaran di ujung bibirnya, kata-kata Ziqian seakan mau lepas dan keluar dari mulut, tapi Mo Ziqian malah tanpa tanda-tanda sama sekali membelokkan badan pergi keluar.

“Ziqian!”

Aku memanggil dengan suara yang besar, sambil mengejarnya keluar.

Tapi ketika aku berhasil mengejar Mo Ziqian, dia malah menepis tanganku, menarik membuka pintu mobil, dengan sendirinya duduk ke dalam, mobil hitam itu tepat dihadapanku langsung pergi.

Hatiku benar-benar tidak enak, Mo Ziqian tiba-tiba pergi seperti ini, Wen Yiru pasti sedih sekali.

Ketika aku masuk ke dalam rumah, Wen Yiru sedang duduk di sofa dengan jiwa yang kosong, Qiang Qiang berlari keluar, “Mama, kenapa Papa pergi?”

Aku: “Papa tiba-tiba teringat ada kerjaan yang perlu dikerjakan.”

Qiang Qiang menjawab Ow, masuk ke dalam rumah denganku.

“Bibi Wen.”

Aku memandangi dari jauh wanita yang duduk dengan pandangan kosong di sofa itu, Wen Yiru saat ini, seharusnya betapa sedih hatinya, putra kandungnya memberikan pun tidak satu kesempatan untuk berbicara ke dirinya.

Wen Yiru setelah lama sekali baru lah dengan suara rendah berkata: “Aku tidak apa-apa.”

Dia berdiri, “Aku agak lelah, naik ke atas istirahat dulu, kamu dan Qiang Qiang makan lah.”

Wen Yiru yang sudah separuh baya masih tetap berbadan langsing melangkah naik ke atas tangga, hanya saja langkah kaki itu masih saja begitu beratnya, anak tangga itu jelas-jelas tidak panjang, tapi dia seakan seperti berjalan mengelilingi dunia saja begitu lamanya.

Setelah aku dan Qiang Qiang usai makan malam, menemani anak laki-laki itu main sepak bola di perkarangan rumah, Qiang Qiang basah sekali berkeringat, bibi Wang membawanya pergi mandi, aku juga mandi membersihkan diri, kemudian mempersiapkan kerjaan besok.

Besok aku akan dinas luar kota pergi ke salah satu kota kabupaten di bagian Selatan, awalnya berpikir malam hari mau memberitahu Mo Ziqian, tapi dia pergi seperti itu, perkataanku belum ada kesempatan keluar dari mulut, aku mengirimkan pesan ke Mo Ziqian, memberitahunya bahwa aku besok dinas luar kota, pria itu belum membalasku.

Aku pergi ke kamar Wen Yiru melihatnya, dia duduk di depan ranjang, memegang sebuah bingkai foto di tangannya, itu adalah foto Mo Ziqian waktu bayi, Wen Yiru setiap malam tidur dengan memandangi foto ini.

“Bibi Wen?”

Aku memanggilnya dengan suara halus.

Wen Yiru menolehkan kepala, tersenyum dangkal kepadaku, dalam senyumannya tercampur dengan seuntaian kesedihan.

“Tidak perlu khawatir, aku tidak apa-apa.”

Wen Yiru adalah wanita yang paling pandai dan baik, dia dari awal juga sudah tahu maksud dari kedatanganku. Dalam hatiku ada agak sedikit lega, “Bibi Wen, beri Ziqian sedikit waktu, dia akan bisa menerimamu.”

Wen Yiru tersenyum menggelengkan kepala, “Dia terima atau tidak diriku, dia tetap adalah putraku satu-satunya, kalau dia bisa hidup bahagia, mengakuiku atau tidak juga tidak apa-apa kan?”

Wen Yiru adalah seorang wanita yang berpemikiran terbuka, hubungan ibu dan anak sudah ada sejak di dalam kandungan, sekalipun putranya tidak mengakui dirinya, tetap saja tidak bisa mengubah kenyataan bahwa dalam tubuhnya mengalir darah wanita itu, kalau putranya bisa hidup bahagia, bagi seorang itu ada apalagi yang perlu dikeluhkan?

Keluar dari kamar tidur Wen Yiru, aku juga pergi melihat Qiang Qiang, aku besok pagi-pagi sekali harus dinas keluar kota, takutnya tidak sempat menunggu putraku bangun.

Karena pesawatnya jam 7 pagi, aku pagi hari jam 5:30 berangkat dari rumah, sesampai di airport aku bergegas mengambil boarding pass, memasukkan bagasi, kemudian berjalan pergi menuju ke pemeriksaan.

Setelah terbang 3 jam, saat mendekati siang hari, aku akhirnya sampai di kota kabupaten bagian Selatan, mobil dari kantor cabang yang ada di sana yang menjemputku, pergi ke hotel terlebih dahulu, meletakkan koper, kemudian sibuk menyelesaikan perkerjaan.

Mo Ziqian ada menelponku, saat itu aku sedang sibuk, tidak ada waktu mengangkat telpon, setelahnya, saat aku membalas telponnya, juga tidak bisa dihubungi.

Setelah beberapa hari berturut-turut berkerja keras akhirnya datang dipenghujung, keesokkan harinya aku pun akan pulang, penanggung jawab kantor cabang bersikeras mau mengantarku, membawa teman-teman kantor makan bersama, ketika keluar dari hotel, tiba-tiba sepertinya ada barang apa yang terjatuh dari langit, barang itu seketika pun langsung terjatuh di atas kepalaku, dan dengan cepat menutupi seluruh kepalaku, mulutku dengan cepat diikat dengan kencang.

Di hadapan mataku semua menghitam, perasaan nafas yang tersesak membuatku ingin berteriak keras, tapi suara yang kukeluarkan malah terbungkam, pundakku dibungkukkan orang, aku pun terdorong seperti itu ke dalam mobil.

Aku berpikir, aku pasti dirampok orang, “Kalian lepaskan aku, uangku ambil untuk kalian.”

Di dua pundakku ada dua tenanga yang hampir bersamaan menekanku, membuatku duduk di mobil yang berkecepatan tinggi mau bergerak pun tidak bisa, “Kami tidak mau uangmu, kami hanya mau nyawamu dan Mo Ziqian!”

Aku menjadi takut, “Siapa kalian!”

Meski di benakku ada firasat yang tidak baik, tapi aku masih tetap bertanya.

Di depan ada ornag yang tertawa dingin Hehe, “Hu Yeming.”

Aku langsung menghembuskan nafas dingin, Hu Yeming, tidak disangka kamu yang menangkapku.

“Ternyata kamu, kamu sekarang sedang jadi buronan polisi, tidak takut tertangkap ya?”

Hu Yeming tertawa dingin, “Aku tidak takut apapun, hanya takut tidak bisa menangkap Mo Ziqian, sekarang sudah beres.”

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu