Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - bab 190 Bersikap Imut (1)

Sejak kecil sampai sekarang, Tuan Kelima wataknya buruk dan keras, tidak tahu sudah berapa banyak kali ia dipukuli ayahnya.

“Aku pergi ambil obat dulu.”

Aku buru-buru lari ke kediamanku sendiri di seberang.

Membantu mengolesi obat Tuan Kelima, aku kemudian mulai menggantikannya membersihkan rumah, TV sudah dijatuhkan Kepala Militer itu, tidak tahu juga masih bisa ditonton atau tidak, meja kecil terbuat dari kaca, sudah jadi serpihan.

Beberapa dekorasi yang cukup mahal yang dibawa Tuan Kelima, semuanya juga sudah jadi serpihan yang kacau balau.

Aku memakan waktu yang lama baru bisa membersihkan lantainya.

Dalam hati berkata, Kepala Militer ini jago sekali menghancurkan orang, bukan hanya memukul putranya sendiri, juga menghancurkan barang-barang putranya.

Tuan Kelima mulai mengeluh kesakitan, “Xiaoxiao, aku mau mandi, tidak bisa mengangkat tanganku, bagaimana?”

Melihat tampangnya yang kesakitan dan kasihan, aku juga mengernyitkan alisku, harus bantu dia mandi ? Hubungan kita sekarang belum sampai sejauh itu!

Tuan Kelima:“aduh, sakit sekali, badanku sudah bau, harus mandi, kalau kamu tidak bantu ya sudah lah, aku sebisa mungkin menahan saja.”

Ia berdiri, sambil mengelus tangannya yang terluka, sambil berjalan ke arah kamar mandi.

“Aduh, aduh.”

Di dalam kamar mandi, terdengar suara Tuan Kelima yang kesakitan.

Aku juga tak tahu pasti apa memang ia banyak berpura-puranya, atau memang aduh karena sakit, mau bagaimanapun, aku tak mungkin tidak mempedulikannya!

Aku akhirnya terpaksa masuk ke kamar mandi,Tuan Kelima sedang melepaskan baju, lengannya yang terluka tak bisa diangkat, sampai akhirpun lengan bajunya tak dicopot.

Aku kemudian dengan hati-hati membantu melepaskan lengan bajunya.

“Yang di bawah juga harus dibantu.”

Tuan Kelima berdiri saja tidak bergerak, aku terdiam sebentar.

Aku menundukkan kepala dan melihat celana jas hitamnya yang lumayan baru itu, kepalaku pusing, tapi tetap memaksakan diri membungkuk, melepaskan ikat pinggangnya, kedua tangan Tuan Kelima mengatung, menunduk melihat ke arahku.

Karena terlalu gugup, tanpa disangka aku sudah lama sekali namun tetap tidak bisa membuka ikat pinggangnya.

Sedangkan nafas Tuan Kelima malah berubah jadi cepat.

Suasana hatiku semakin lama semakin gugup, jariku semakin kehilangan ketepatan, bukannya membuka ikat pinggangnya, tanganku malah terpeleset ke bagian bawah tubuhnya, hanya dengan ketidakhati-hatianku sesaat itu, aku merasa ada sesuatu yang berubah dengan sangat cepat.

Seketika itu juga aku gelagapan, dengan kuat sekali lagi jariku akhirnya dapat membuka ikat pinggangnya, namun aku malah tak berani lagi melihat ke arahnya, memalingkan kepala dan berlari keluar.

Kembali ke kamar tidur di kediamanku sendiri, nafasku tetap saja terlalu cepat, jantungku berdebar tak karuan, sudah seperri gadis yang belum tahu dunia dewasa dan melihat sesuatu yang tak seharusnya dilihat, padahal pada kenyataannya, aku sudah bertahun-tahun jadi istri, bahkan pernah melahirkan anak, melihat adegan tadi, tanpa disangka masih saja gugup dan malu sampai seperti ini.

Tidak tahu juga apa yang terjadi pada tuan muda itu, bisa tidak ia pakai baju sendiri, sudah tidak peduli juga, aku hanya memikirkan masalahku sendiri dan tiduran di ranjang.

Dalam sekejap matahari sudah terang.

Tuan Kelima mengirim pesan,“sayangku, tanganku sepertinya bengkak, tidak bisa diangkat, tidak bisa pakai baju juga, bagaimana ya?”

Bagaimana, ya aku saja.

Aku memakai bajuku, memaksakan diri pergi mengetuk pintu Tuan Kelima, wajah Tuan Kelima suram, rambutnya masih berantakan sekali, jelas sekali setelah bangun tidur tidak disisir, tubuhnya hanya mengenakan boxer, kedua kakinya yang berotot itu, berbulu lebat.

Aku agak memonyongkan bibirku, tuan muda hebat ya, tidak bisa memaksakan diri sedikit lagi apa, pakai juga celananya, memangnya enak kalau hanya memakai boxer seperti ini?

Dengan raut wajah memelas Tuan Kelima berkata, “kemarin masih bisa dipaksakan, hari ini langsung bengkak, lihat.”

Ia mengulurkan tangannya, memperlihatkannya padaku, memang benar bengkak.

Segera aku merasa sedih lagi, “sebaiknya aku tetap mengantarmu periksa di rumah sakit ya, jangan sampai tulangmu sampai luka juga.”

Tuan Kelima:“tidak sampai tulang, hanya lebih sakit saja, melakukan apapun rasanya agak sulit. Aduh.......”

Tuan Kelima melengking kesakitan.

“Beberapa hari ini aku akan datang merawatmu.”

Aku mengangkat kemeja yang ia lempar di sofa, mulai memakaikannya baju.

Tuan Kelima seperti bocah besar yang menurut, pasrah padaku untuk membantunya memakai baju.

Hanya saja untuk celana, aku bilang apapun juga tak berani membantu memakaikannya, “kamu lapar kan, aku bantu beli sarapan ya.”

Aku mengambil kesempatan untuk kabur.

Tuan Kelima langsung menarik dan menahanku, “kamu sudah tidak mempedulikan aku?”

Tatapan matanya yang sangat memelas itu, mana ada Tuan Kelima yang selalu melakukan segala hal sesuai caranya, jelas seperti anak anjing, sedang memohon majikan untuk mengasihaninya.

Aku terpaksa berlutut, membantu kedua kakinya untuk masuk ke lubang celana, demi menghindari terjadi kembali kejadian canggung semalam, sampai celananya sudah naik ke paha, aku tidak mempedulikannya lagi.

Mata Tuan Kelima terlihat berbinar dengan senyuman, ia bangkit berdiri, pakai satu tangan untuk mengangkat celananya.

Akhirnya ia malah berkata lagi: “ikat pinggangnya harus kamu bantu pasangkan, aku tidak bisa melakukannya dengan satu tangan.”

Aku terpaksa mengangkat ikat pinggangnya yang mahal itu, setahap demi setahap aku pakaikan, tentu saja, pada akhirnya tetap saja ia yang mengikat ikat pinggang tersebut.

Setelah itu, aku pergi membeli sarapan.

Di restoran area militer, Tuan Kelima suka makan makanan yang berbahan dasar daging, aku membelikannya 10 bakpau daging, dan membelikan diriku sendiri beberapa bakpau sayur, beli juga 2 susu kacang kedelai, Qiang Qiang akan makan di TK, tidak perlu menyiapkan sarapannya di rumah, setelah beli aku langsung pulang.

Saat pulang, Qiang Qiang sudah bangun,Tuan Kelima sedang berdiri di dalam kamar tidur Qiang Qiang, melihatnya memakai baju dan cuci muka.

Aku kira Qiang Qiang yang membukakannya pintu, tidak berpikir banyak.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu